Penelitian Microsoft: AI Lebih Baik daripada Dokter untuk Mendiagnosis Masalah Kesehatan yang Rumit
Siti Nurjannah Wulandari July 02, 2025 07:32 AM

TRIBUNNEWS.COM – Microsoft mengungkapkan bahwa sistem kecerdasan buatan (AI) mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dokter manusia dalam mendiagnosis kondisi kesehatan yang kompleks.

Dilansir The Guardian, unit AI Microsoft yang dipimpin oleh pelopor teknologi asal Inggris, Mustafa Suleyman, telah menciptakan sistem yang meniru cara kerja panel dokter ahli dalam menangani kasus-kasus yang rumit secara diagnostik dan menuntut secara intelektual.

Microsoft menyatakan bahwa saat dipasangkan dengan model AI o3 milik OpenAI, sistem ini berhasil “memecahkan” delapan dari sepuluh studi kasus yang dipilih secara khusus sebagai tantangan diagnostik.

Sebaliknya, ketika studi kasus yang sama diberikan kepada dokter praktik yang tidak memiliki akses ke rekan sejawat, buku teks, atau chatbot, tingkat keberhasilannya hanya dua dari sepuluh.

Microsoft juga menyoroti bahwa diagnosis menggunakan AI berpotensi lebih murah dibandingkan menggunakan dokter manusia karena prosesnya yang lebih efisien.

Meski demikian, Microsoft menekankan bahwa AI tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran dokter.

Mustafa Suleyman mengatakan bahwa pihaknya meyakini AI akan melengkapi tenaga medis, bukan menggantikannya.

“Peran klinis dokter jauh lebih luas daripada sekadar menulis diagnosis. Mereka harus mampu menghadapi ambiguitas dan membangun kepercayaan dengan pasien serta keluarga mereka. Hal-hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh AI,” tulis Microsoft dalam sebuah blog resmi yang mengumumkan penelitian mereka, yang saat ini sedang diajukan untuk proses peer review.

ILUSTRASI AI - Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunduh dari laman freepik.com, Rabu (4/6/2025). Berikut top 10 perusahaan AI yang memimpin pasar dunia.
ILUSTRASI AI - Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunduh dari laman freepik.com, Rabu (4/6/2025). (Freepik.com/rawpixel.com)

Meski demikian, penggunaan slogan “jalan menuju kecerdasan super medis” menunjukkan adanya potensi perubahan besar di sektor layanan kesehatan.

Kecerdasan umum buatan (AGI) merujuk pada sistem yang mampu melakukan tugas kognitif setara dengan manusia dalam berbagai bidang.

Sedangkan kecerdasan super adalah konsep teoretis yang menggambarkan sistem yang melampaui kapasitas intelektual manusia secara keseluruhan.

Suleyman mengatakan kepada The Guardian bahwa sistem ini diperkirakan akan beroperasi dengan sangat baik dalam waktu dekat.

“Cukup jelas bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk membuat sistem ini hampir tanpa kesalahan dalam 5–10 tahun ke depan. Ini akan menjadi tantangan besar bagi seluruh sistem kesehatan di dunia,” ujarnya.

Menjelaskan latar belakang penelitian ini, Microsoft menyatakan bahwa mereka sempat meragukan validitas sistem AI yang mampu meraih skor tinggi dalam Ujian Lisensi Medis Amerika Serikat (USMLE), ujian utama untuk memperoleh lisensi medis di AS.

Dikatakan bahwa ujian pilihan ganda seperti USMLE cenderung menguji kemampuan menghafal, bukan pemahaman mendalam atas materi, sehingga dapat memberikan kesan yang melebih-lebihkan kemampuan AI.

Sebagai alternatif, Microsoft mengembangkan sistem AI yang meniru cara kerja dokter di dunia nyata.

Sistem ini dirancang untuk berpikir secara bertahap, misalnya, mengajukan pertanyaan spesifik dan merekomendasikan tes diagnostik sebelum menyimpulkan diagnosis akhir.

Sebagai contoh, pasien dengan gejala batuk dan demam mungkin perlu menjalani tes darah dan rontgen dada sebelum dokter menetapkan diagnosis pneumonia.

Pendekatan baru ini memanfaatkan studi kasus kompleks dari New England Journal of Medicine (NEJM).

Tim Suleyman mengubah lebih dari 300 studi menjadi “tantangan kasus interaktif” yang digunakan untuk menguji pendekatan tersebut.

Model AI yang digunakan dalam pengujian mencakup berbagai sistem dari sejumlah pengembang, termasuk OpenAI (pembuat ChatGPT), Meta, Anthropic, Grok milik Elon Musk, dan Gemini dari Google.

Microsoft juga mengembangkan sistem AI khusus yang bertindak sebagai agen koordinasi, disebut “orkestrasi diagnostik”, untuk bekerja bersama model-model tersebut dalam menentukan tes yang diperlukan dan kemungkinan diagnosisnya.

Sistem orkestrasi ini pada dasarnya meniru diskusi panel dokter dalam membuat keputusan medis.

Meskipun hasil awalnya menjanjikan, Microsoft mengakui bahwa teknologi ini belum siap untuk diterapkan dalam praktik klinis.

Diperlukan pengujian lebih lanjut, terutama untuk menilai kinerja sistem “orkestrator” dalam menangani gejala-gejala umum.

10 Pekerjaan yang (Masih) Aman dari AI Versi Paybump

Mengutip Paybump, sebuah platform pengembangan karier, AI memang unggul dalam pemrosesan data cepat.

Namun, AI masih memiliki banyak keterbatasan, seperti:

1. Kecerdasan Emosional: AI dapat mengenali pola, tetapi tidak dapat berempati terhadap seseorang yang cemas, sedih, atau stres.

2. Kreativitas: AI hanya menghasilkan karya berdasarkan perintah, bukan imajinasi atau pengalaman hidup.

3. Penilaian Etika dan Intuisi: AI tidak bisa mengambil keputusan di area abu-abu atau mempertimbangkan nilai-nilai moral seperti manusia.

4. Kemampuan Beradaptasi: AI bekerja optimal dalam situasi yang bisa diprediksi. Dalam skenario yang kompleks atau tak terduga, AI bisa gagal total.

Inilah 10 pekerjaan yang (masih) aman dari AI versi Paybump:

1. Tenaga Kesehatan (Dokter, Perawat, Terapis)
Profesi ini memerlukan empati, keputusan cepat, dan komunikasi langsung dengan pasien.

2. Guru dan Pendidik
Mengajar bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi menginspirasi dan memotivasi siswa.

3. Pekerja Sosial
Melibatkan empati mendalam dan kemampuan menavigasi situasi emosional kompleks.

4. Profesional Kreatif (Penulis, Desainer, Seniman)
Kreativitas dan orisinalitas manusia tidak bisa digantikan oleh mesin.

5. Psikolog dan Konselor
Pendekatan personal dan rasa empati sangat penting dalam layanan kesehatan mental.

6. Manajer Sumber Daya Manusia
Memahami dinamika tim dan menyelesaikan konflik memerlukan intuisi dan komunikasi manusiawi.

7. Manajer Penjualan dan Akun
Transaksi bisnis besar bergantung pada hubungan, bukan sekadar data.

8. Pengacara dan Profesional Hukum
Penalaran, etika, dan pertimbangan kompleks masih jauh dari jangkauan AI.

9. Ahli Strategi Pemasaran
Memahami emosi audiens dan membangun koneksi emosional adalah kunci keberhasilan kampanye.

10. Pemimpin Bisnis
Kepemimpinan memerlukan visi, inspirasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang tidak selalu berbasis logika semata.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.