China dikabarkan akan bernegosiasi soal kebijakan dagangnya yang selama ini menjadi sorotan Amerika Serikat (AS). Nantinya diskusi akan dilakukan lewat perwakilannya di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Dikutip dari Reuters, pada Selasa (1/7) tak hanya soal tarif, saat ini China juga siap berdiskusi soal subsidi, dan statusnya sebagai negara berkembang bahkan isu-isu yang selama ini dianggap jadi penghalang reformasi WTO oleh AS.
"Kami mendengar semua yang dikatakan AS di WTO, dan kami terbuka untuk diskusi," kata salah satu delegasi senior China yang enggan disebutkan namanya menurut Reuters.
Saat ini nama-nama diplomat di bawah tingkat duta besar memang tidak dipublikasikan. Sejak April lalu, posisi Duta Besar China untuk WTO juga masih kosong karena ditarik pulang jadi negosiator perdagangan.
Pernyataan China ini muncul di tengah memanasnya hubungan dagang antara AS dan China. AS selama ini memprotes soal tarif tinggi dari China dan berbagai subsidi industri yang dinilai tidak adil.
Dari sisi Chiba, negara tirai bambu tersebut juga sempat membalas dengan kebijakan tarif serupa.
Saat ini AS ingin reformasi WTO benar-benar berjalan, tapi menurut mereka itu tidak bisa dilakukan jika negara-negara besar seperti China masih menikmati hak istimewa sebagai ‘negara berkembang’.
Menurut AS, status ini bisa membuat China bisa menerapkan tarif lebih tinggi dan memberi subsidi lebih banyak.
Menanggapi hal tersebut, delegasi China menjelaskan saat ini status negaranya sebagai negara berkembang tidak bisa diganggu gugat.