Revolusi Data: Transformasi Sistem Statistik Nasional Menuju Indonesia Emas 2045
Karmaji July 02, 2025 12:41 PM
Namanya Pak Warto. Usianya 62 tahun, fisiknya masih sangat kuat. Sehari-hari, ia mengurus kebun cabai miliknya di lereng Gunung Muria, Jawa Tengah. Sudah puluhan tahun hidupnya bergantung pada cuaca dan keberuntungan. Ia sungguh mendambakan anaknya yang masih kuliah, bernama Khanza, kelak mampu meneruskan usaha taninya dengan lebih baik. Ketika ditanya, dari mana ia tahu kapan mulai menanam cabai, ia menjawab singkat, "Lihat langit, dengar orang-orang pasar."
Tak pernah sekalipun ia melihat apalagi mengetahui angka indeks harga konsumen, laporan inflasi pangan, apalagi proyeksi musim tanam. Baginya, data adalah sesuatu yang jauh, tidak nyata, formal, tak bersentuhan dengan hidupnya sehari-hari. Tapi bukankah cerita Pak Warto semacam ini seharusnya juga menjadi bagian dari wajah statistik nasional kita?

Statistik yang Menapak Bumi, Menyentuh Tanah

Selama ini, barangkali statistik di Indonesia seperti langit dan bumi: mengambang di awan birokrasi, tapi jarang menyentuh tanah tempat rakyat berpijak. Statistik menjadi domain teknokratik—rumit, formal, dan terlembagakan. Hanya untuk orang-orang pintar saja yang paham. Akibatnya, banyak warga merasa tak terhubung dengan yang namanya data. Data yang seharusnya menjadi cermin kehidupan bersama warga justru menjelma jadi tumpukan angka yang hanya dibaca segelintir orang, yaitu orang-orang pintar di kantor-kantor yang mentereng!
Padahal, jika dirancang dan dikelola dengan baik, sangatlah mungkin statistik bisa menjadi bahasa yang menghubungkan negara dengan rakyatnya. Bisa menjadi kompas arah pembangunan, pengukur keadilan, dan bahkan alat demokrasi pengetahuan. Di sinilah barangkali titik berangkat dari perlunya Grand Design Transformasi Sistem Statistik Nasional Indonesia. Agar statistik menapak bumi, menyentuh tanah yang dipijak rakyat.

Mengapa Kita Butuh Grand Design?

Indonesia tengah menuju satu tonggak sejarah: Indonesia Emas 2045. Visi besar ini semestinya bukan sekadar perayaan usia seabad kemerdekaan bangsa ini, tapi juga komitmen kolektif membangun negara maju yang adil dan berkelanjutan. Tapi pertanyaannya: bagaimana kita bisa mengarungi perjalanan menuju 2045, jika kita tidak tahu dengan pasti di mana kita berpijak hari ini?
Jawaban paling jujur adalah: kita butuh sistem statistik nasional yang baru dan terbarukan—bukan sekadar diperbaiki, tapi ditransformasikan. Karena tantangan ke depan sudah pasti sangat berbeda dari masa lalu:
  • Krisis iklim yang menuntut prediksi berbasis data lingkungan dan spasial.
  • Ketimpangan sosial yang hanya bisa dibaca dari data mikro, komunitas, dan non-tradisional.
  • Digitalisasi ekonomi yang menghasilkan data dalam volume besar dan berkecepatan tinggi.
  • Tuntutan partisipasi publik, transparansi, dan demokratisasi informasi.
Statistik tak bisa lagi hanya menjadi instrumen pelaporan pemerintah. Ia harus berevolusi menjadi infrastruktur kecerdasan bangsa.

Tujuh Pilar Menuju Sistem Statistik Masa Depan

Grand Design yang sedang kita pikirkan kali ini bukan sekadar dokumen strategis-teknokratis. Ia adalah fondasi sistemik untuk membangun Sistem Statistik Nasional (SSN) yang adaptif, kolaboratif, dan etis. Sebuah sistem yang menghasilkan statistik cerdas, humanistik, partisipatif, dan berdaulat. Terdapat tujuh pilar strategis yang perlu dijabarkan lebih mendalam dan dapat digunakan menjadi arah transformasi:
  • Tata Kelola dan Kelembagaan Statistik: SSN harus lebih lincah, inklusif, dan mampu merespons dinamika secara cepat.
  • Integrasi dan Interoperabilitas Data: Semua data, dari pusat hingga daerah, dari kementerian hingga komunitas, lintas-sektor, harus bisa saling terhubung.
  • Inovasi Teknologi Statistik, Data Science dan AI: Transformasi digital statistik berbasis: big data, AI, dan analitik prediktif menjadi bagian dari ekosistem statistik nasional.
  • Standar, Kualitas, dan Etika Statistik: Pengelolaan statistik harus memenuhi standar dan kualitas, menjunjung tinggi hak privasi, keadilan data, dan akuntabilitas.
  • Keterbukaan dan Aksesibilitas Statistik: Statistik publik harus mudah diakses, dimengerti, dan dimanfaatkan oleh siapa pun.
  • Kapasitas SDM dan Literasi Statistik: Perlu investasi memadai dalam talenta statistik dan penguatan literasi statistik kepada warga negara.
  • Kolaborasi Multipihak dan Ekosistem Statistik: Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Perlu sinergi multipihak dengan kampus, swasta, komunitas, dan media.

Bukan Sekadar Angka, Tapi Ekosistem Hidup

Transformasi ini digagas untuk mengubah paradigma statistik dari sistem tertutup ke ekosistem terbuka. SSN tidak lagi sekadar mesin produksi angka, tetapi jaringan pengetahuan yang hidup. Setiap aktor—negara, warga, ilmuwan, jurnalis, aktivis—punya ruang untuk memberi makna pada data.
Bayangkan pada suatu waktu:

Jalan Panjang, Tapi Harus Dimulai Sekarang

Transformasi ini tentu saja tidak instan. Ia membutuhkan reformasi regulasi, investasi teknologi, perubahan budaya birokrasi, serta penguatan kapasitas SDM. Tapi satu hal yang pasti: tidak ada masa depan berbasis pengetahuan tanpa statistik yang transformatif.
Grand Design SSN tentu saja perlu peta jalan (roadmap) yang realistis namun visioner. Barangkali inilah kira-kira gambaran peta jalannya:
Peta jalan ini bukan harga mati, tetap bisa dikritisi, diprioritasi untuk dilaksanakan sebagaimana grand design ini juga dipandang sebagai living document selayaknya ekosistem hidup.

Pandangan Masa Depan: Statistik, Data Science, dan AI

Kembali ke tahun 2045 yang bukan sekadar perayaan seratus tahun kemerdekaan. Tahun itu akan menjadi tonggak peradaban digital di mana statistik telah bertransformasi secara penuh menjadi sistem preskriptif berbasis kecerdasan buatan, sekaligus menjadi pilar sistem pengetahuan dan peradaban nasional, di mana:
Kembali ke kisah Pak Warto. Jika transformasi ini berjalan baik, kelak warga negara seperti Pak Warto tak lagi hanya melihat langit dan menebak pasar. Ia bisa membuka aplikasi sederhana, melihat prediksi musim tanam, membaca tren harga cabai di wilayahnya, dan bahkan mencatat hasil panennya untuk memperkuat statistik pertanian nasional.
Saat itulah statistik benar-benar menyatu dengan kehidupan rakyat. Bukan sekadar milik negara, milik pemerintah, tetapi milik bersama. Bukan hanya instrumen teknis, tetapi bagian dari ekosistem keadaban.

Bangsa yang Mengenali Dirinya, Akan Menemukan Jalannya

Negara yang tidak bisa mengenali dirinya—dengan jujur dan terbuka melalui data—akan selalu salah arah. Tapi bangsa yang mampu membaca dirinya sendiri, mampu mendengar denyut dan nafas kehidupan rakyatnya melalui statistik yang inklusif dan partisipatif, adalah bangsa yang akan menemukan jalannya ke masa depan.
Transformasi Sistem Statistik Nasional adalah ikhtiar kita semua untuk menjadikan Indonesia tak hanya besar secara angka, tapi juga besar secara makna. Karena hidup haruslah sarat dengan makna!
Dan untuk itu semua, dimulai dari sekarang!
#SSN5 #GrandDesignSSN #TransformasiSSN #TransformasiStatistik #StatistikCerdas #DataUntukBangsa #IndonesiaEmas2045 #RevolusiData #PolicyForData
----- AK20250702-----
LiterasiBaruIndonesia (#2): Semuanya berupa gagasan, pemikiran, dan harapan masa depan, yang dituangkan secara santai tapi serius maupun serius tapi santai. Situasional, menggugah kesadaran literasi terhadap hal-hal yang menjadi kepentingan publik. Gunakan artikel ini secara bijak dan seperlunya. Komunikasi: aji.karmaji@gmail.com.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.