TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia masih melakukan negosiasi tarif impor yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebesar 32 persen. Lewat negosiasi tersebut diharapkan angkanya bisa turun.
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengatakan, meski Indonesia akan sulit mendapatkan mendapatkan tarif resiprokal nol persen, setidaknya bisa berada dikisaran angka 10 persen.
"Kayaknya susah untuk dapat nol persen. Kita tentunya harus semaksimal mungkin menurunkan dari 32 persen. Kalau kita lihat yang didapatkan oleh Inggris 10 persen, jadi kalau bisa dapet 10 persen itu jauh lebih baik tentunya dari 20 persen," jelas Mari saat acara Peringatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) di Menteng, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Mari menjelaskan, dari 32 persen tarif yang diterapkan, tarif resiprokal yang diberikan untuk Indonesia adalah 22 persen, dimana 10 persen lainnya merupakan tarif universal untuk semua negara.
"Jadi yang dibilang reciprocal tariff itu sebetulnya 22 persen, yang 10 persen itu universal tariff for everyone. 22 persen itu discount 50 persen dari itungan dia untuk reciprocal tarif," jelasnya.
Saat ini negosiasi sedang terus berjalan, meski sudah mendekati waktu akhir, tepatnya pada 9 Juli 2025. Mari menyampaikan saat ini tim Indonesia sedang berada di Amerika Serikat.
"Kita berharap ya, kita berharap bahwa kita bisa menyelesaikan negosiasinya sebelum 8 Juli. Ini tim kita, tim negosiasi sedang ada di Washington DC saat ini," jelas Wakil Ketua DEN.
Mari menyebutkan kisi-kisi yang saat ini sedang dibawa tim negosiasi dari Indonesia untuk menurunkan tarif resiprokal tersebut.
"Ada bagian penurunan tarif, ada bagian untuk mengurangi non tarif dan juga ada bagian-bagian yang terkait dengan pembelian-pembelian, meningkatkan impor dari Amerika ke Indonesia. Pak Airlangga juga sudah menyebut kita sedang membahas kerjasama di bidang critical minerals," ucapnya.