TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, menjelaskan alasan negaranya menangguhkan kerja sama dengan badan nuklir PBB atau IAEA.
"Tentu kepercayaan kami dengan IAEA sudah menurun. Kami belum keluar dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir atau NPT, kami masih menjadi bagian dari NPT. Tapi ini adalah jalan yang memiliki dua arah. Apabila kami memberikan komitmen dan menjalankan komitmen kami, ada juga juga fasilitas dan kemudahan komitmen balik dari pihak IAEA yang harus diberikan kepada Iran," kata Boroujerdi saat open house penandatanganan petisi di rumahnya kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025).
Dia menegaskan jika kerja sama ingin berlanjut, maka IAEA harus menunjukkan komitmen yang serius dengan Iran.
"Tentu saja kami tidak bisa melaksanakan kewajiban kami secara sepihak. IAEA pu harus menjalankan kewajibannya," kata dia.
Boroujerdi juga mengaku heran Israel yang bukan bagian dari IAEA maupun NPT mencampuri urusan nuklir milik Iran.
Bahkan, Israel mengajak negara lain untuk ikut memerangi Iran karena soal nuklir.
Padahal Boroujerdi menyebut Iran telah menandatangani protokol tambahan seluruh aktivitas nuklirnya berada di bawah pengawasan ketat dari IAEA.
"Apakah ini adalah sebuah tata tertib dan norma di dunia sekarang? Atau ini merupakan aturan dari alam rimba? Tentu yang kami bicarakan adalah tata tertib NPT," kata dia.
"Kami tidak bicara di luar itu, kami tidak bicara berkaitan dengan peraturan yang dibuat-buat. Tetapi kami bicara bahasa bersama, yang mana adalah NPT dan peraturan internasional," kata dia.
Berdasarkan NPT, Iran disebut Boroujerdi, memiliki hak untuk menggunakan teknologi nuklir dengan tujuan-tujuan yang damai.
"Kami harus diberikan asistensi dan kemudahan, dan itu adalah yang kami jalankan sesuai dengan peraturan internasional," sambungnya.
Menurutnya, fenomena yang terjadi hari ini tampak ingin mendiskreditkan Iran dalam kepemilikan nuklir
"Ini adalah hal yang berbahaya, pendekatan keliru yang serius," tandas dia.