SD Negeri di Kulon Progo Hanya Dapat 1 Siswa Baru, Disdikpora akan Gabungkan Sekolah Sepi Peminat
Bobby Wiratama July 04, 2025 06:32 PM

TRIBUNNEWS.COM - Minat orang tua untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah negeri di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menurun sehingga sejumlah sekolah kekurangan siswa.

SD Negeri Wijimulyo Lor, Kulon Progo hanya menerima satu siswa pada proses Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025.

Kepala SDN Wijimulyo Lor, Theresia Sriyati, menjelaskan penurunan jumlah siswa yang mendaftar dalam empat tahun terakhir menurun drastis.

“Benar bahwa sekolah kita menerima satu siswa saja tahun ini. Namun, nanti akan ada juga satu tambahan dari murid pindahan,” bebernya, Kamis (3/7/2025).

Seluruh siswa di sekolahnya hanya 29 orang yang terbagi dalam enam kelas.

Menurut Theresia, letak sekolah yang terpencil membuat para orang tua tak berminat mendaftarkan anaknya.

Diketahui, sekolah yang berdiri sejak 1970 itu dekat persawahan dan jauh dari pemukiman padat penduduk.

“Dengan jumlah siswa yang semakin banyak, sekolah bisa menyeleksi anak sesuai bakat, minat, dan potensi untuk mengejar prestasi,” lanjutnya.

Diharapkan pemerintah memberi solusi untuk sekolah negeri yang berada di tempat terpencil karena masalah jumlah siswa dialami beberapa tahun terakhir.

Hal serupa terjadi di SDN Punukan, Dusun Beji, Kapanewon Wates yang hanya menerima enam siswa baru.

Diduga penurunan jumlah lulusan TK dan persaingan SD unggulan menjadi penyebab turunnya jumlah siswa yang mendaftar.

Sedangkan untuk jenjang SMP, masalah serupa juga terjadi seperti di SMP Negeri 4 Girimulyo.

Indrati Sayuto selaku kepala sekolah menyatakan ada 13 siswa baru yang mendaftar dari kuota 64 orang.

Para siswa mendaftar melalui jalur domisili dan lulusan SD setempat.

"Namun kami tidak terlalu ambil pusing dengan masalah pelajar yang sedikit," katanya.

Sekretaris Disdikpora Kulon Progo, Nur Hardiyanto, membenarkan adanya kekurangan siswa baru pada tahun ajaran 2025-2026.

"Ada puluhan SD dan sekitar 13 SMP yang daya tampungnya belum terpenuhi," bebernya, dikutip dari TribunJogja.com.

Berdasarkan pengamatannya, jumlah anak di beberapa wilayah di Kulon Progo minim dan tak sebanding dengan jumlah sekolah.

"Akibatnya ada fenomena sekolah yang berebut murid baru karena sedikitnya pendaftar," lanjutnya.

Menurutnya, penggabungan sekolah menjadi solusi kekurangan siswa.

Namun, hal itu sulit direalisasikan di jenjang SMP karena jarak antar sekolah cukup jauh.

"Jadi tidak mungkin kami melakukan regrouping untuk jenjang SMP," tuturnya.

(Mohay) (TribunJogja.com/Alexander)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.