Tumini Diusir setelah Tinggal di WC Umum 15 Tahun, Camat Janjikan Gerobak Jualan, Lurah: Ikhlas Ya
Mujib Anwar July 04, 2025 07:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Tumini (47), yang tinggal di WC umum selama 15 tahun kini diusir.

Sejak tahun 2010, Tumini mengelola dan tinggal di ponten umum taman milik perusahaan Jasa Tirta, Taman Lumumba atau Taman Ngagel Tirto Surabaya.

Belakangan, Tumini juga membuka warung hingga akhirnya kisahnya viral di media sosial.

Namun sejak itu, perabotan Tumini di ponten dibersihkan oleh Satpol PP dan jajaran terkait Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada Rabu (2/7/2025).

Selama ini, Tumini mendapatkan biaya kebutuhan hidup dari pengguna atau warga yang menggunakan ponten umum tersebut.

Agar Tumini bisa kembali produktif, Lurah Ngagel Juanedi memberikan penawaran supaya Tumini bisa berjualan dalam kegiatan kelurahan, misalnya senam lansia di saat weekend di Taman Asreboyo.

“Kami ada pemberdayaan UMKM. Kadang kami punya event, kalau mau ikut silakan. Atau pas senam lansia di Taman Asreboyo, ibunya bisa jualan di situ, silakan,” terangnya, melansir dari Kompas.com.

Selain itu, Tumini dijanjikan oleh Camat Wonokromo untuk bantuan gerobak usaha dan modal untuk mengganti pekerjaan.

Merespons hal itu, Junaedi akan berkoordinasi lebih dulu dengan pihak kecamatan.

“Ya kalau pakai rombong, kami sampaikan harus hati-hati, jangan di jalan-jalan besar. Karena sama, di sana nanti bisa dibawa Satpol PP,” ungkapnya.

Terpisah, Tumini berharap agar bantuan gerobak dan modal usaha segera terealisasi.

Rencananya, apabila sudah mendapat bantuan gerobak dan modal usaha, dia berencana membuka warung menjajakan aneka minuman kemasan dan kopi.

“Jual es rentengan, kopi, mie, gorengan-gorengan gitu enak. Kalau awal-awal mungkin sepi nanti kalau lama tambah apa gitu makanan yang dijual. Pokoknya enggak di pinggir jalan,” pungkas Tumini.

Lurah Ngagel, Junaedi mengaku pernah memperingatkan Tumini agar tidak menjadikan tempat tersebut sebagai hunian sejak sebelum viral.

“Awalnya dulu kami melakukan monitoring sampah pembersihan di wilayah itu. Bu Tumini ini sebenarnya sudah kami komunikasikan secara humanis sebelum viral,” katanya.

Seketika itu, Junaedi memperingatkan bahwa fasilitas umum dilarang dipakai sebagai tempat tinggal.

“Kami bilang, nanti akali seandainya ada perencanaan atau penertiban, njenengan (kamu, Tumini) ikhlas ya. Ternyata ponten tersebut ramai di instagram,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, dia menegaskan kembali kepada Tumini bahwa tempat tersebut haris steril, tidak digunakan sebagai tempat tinggal dan warga yang menggunakan ponten tidak dipungut biaya.

“Sudah kosong kan (perabot Tumini). Kemudian tadi kami tinjau lagi, kami tambahi, ponten tersebut ada di taman itu sifatnya gratis,” ungkapnya.

Junaedi juga menekankan bahwa di lokasi tersebut tidak ada keterangan tarif yang harus dibayar oleh pengguna ponten.

“Apakah ada misal buang air kecil bayar sekian gitu, tidak ada karcisnya juga kan,” imbuhnya.

Jika sudah disterilkan penuh, pihaknya berencana menutup tulisan ponten umum di dinding dengan cat agar tidak disalahpahami oleh masyarakat.

Kendati demikian, dia juga menegaskan bahwa Tumini boleh singgah di area Taman Lumumbu sebagai hak warga untuk menikmati fasilitas umum. Namun, Tumini dilarang menjadikan lokasi itu sebagai tempat tinggal.

“Kalau dia tinggal lagi di ponten, insyaAllah kami akan melakukan penindakan kepada beliaunya,” pungkasnya.

Sementara itu, Tumini pasrah dan tidak masalah untuk mengosongkan ponten umum dari perabotannya.

“Keputusannya dikosongkan saja. Kan sudah steril. Kata Pak Lurah, karena ini ponten umum jadi digratiskan. Yang bersih-bersih nanti jadi tugas petugas taman,” kata Tumini.

Namun, dia mengeluhkan pendapatannya sehari-hari bila toilet tersebut digratiskan. Sementara biaya listrik dan pompa air dia yang tanggung.

“Tapi katanya minta digratiskan. Kalau digratiskan saya nunggu dapat apa. Barangkali bisa dilanjutkan karena sudah dibersihkan (barang-barangnya),” pungkasnya.

Dia berharap mendapat bantuan usaha gerobak dan modal supaya produktif mencari uang.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.