TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Di balik gemerlap pantai Copacabana dan hiruk-pikuk pusat kota Rio de Janeiro, Brasil berdiri sebuah kawasan permukiman yang jarang masuk brosur wisata.
Namanya Complexo da Maré, rumah bagi lebih dari 100 ribu jiwa, sekaligus menjadi simbol paling nyata dari ketimpangan urban di Brasil.
Albert, staf lokal KBRI untuk Brasil, menyebut da Mare sebagai satu area paling dihindari aparat penegak hukum.
“Polisi takut untuk masuk ke sana,” kata Albert saat ditemui di sela-sela kunjungan jurnalis Indonesia ke KTT BRICS, Jumat (5/7/2025).
Bukan tanpa alasan, permukiman ini dikenal sebagai sarang konflik bersenjata antara geng narkoba dan aparat keamanan.
Bahkan, untuk membatasi dampaknya ke jalan bebas hambatan, pemerintah Brasil membangun tembok beton tinggi di sepanjang sisi da Mare.
“Tempat ini sengaja dikasih tembok beton karena khawatir dampaknya masuk ke highway. Sering terjadi tembak-menembak di sini,” ujar Albert.
Pantauan Tribunnews.com di lokasi, de Mare memang terletak tak jauh dari bandara internasional Galeo, Rio de Janeiro.
Di sana, terlihat tumpukan permukiman padat penduduk seperti Jakarta.
Bedanya, di sana memperlihatkan pemandangan yang lebih mirip zona perang daripada permukiman warga sipil.
Ada mobil lapis baja polisi, dan pos penjagaan bersenjata terlihat berjaga di sepanjang perimeter.
Namun, penjagaan itu bisa saja diperketat karena menjelang KTT BRICS yang berlangsung dua hari lagi.
Menurut Albert, sebagian besar warga da Mare hidup dalam kondisi ekonomi ekstrem.
Banyak di antaranya terpaksa bergantung pada penghasilan ilegal.
“Banyak yang bekerja sebagai pengedar narkoba dan obat bius,” jelas Albert.