Perjalanan Panjang Meliput KTT BRICS di Negeri Samba, Nyaris Tak Bisa Terbang Karena Kesehatan
Adi Suhendi July 05, 2025 04:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Pukul lima pagi, suasana Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta belum terlalu ramai, Kamis (3/7/2025)

Masih sempat terasa dingin sisa embun pagi saat enam jurnalis berkumpul untuk perjalanan menghadiri dan meliput Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil.

Perjalanan ini dijadwalkan memakan waktu hampir dua hari, tepatnya 42 jam dengan dua kali transit.

Kami sempat briefing singkat lebih mirip pemanasan mental tentang apa saja yang akan dihadapi.

Pukul 09.00 WIB, pesawat Qatar Airways lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta atau Soetta. Tak banyak interaksi di antara kami semua memilih tidur.

Sebagian karena memang sudah begadang semalam, sebagian karena tahu tenaga harus disimpan untuk dua hari ke depan.

Setelah menempuh 9 jam di udara, kami tiba di Bandara Internasional Hamad, Doha, sekitar pukul 15.00 waktu setempat. 

Bandara ini besar dan megah, tapi 9 jam transit bukan perkara gampang.

Ada yang sibuk mengecas perangkat, ada yang sekadar melamun di sofa boarding area.

Saya memilih tidur dan sesekali jalan-jalan, sekadar mengusir jenuh.

Tapi insiden tak terduga muncul sebelum keberangkatan ke Brasil.

Saat boarding ke pesawat tujuan Guarulhos, Sao Paulo pukul 23.58, saya dicegat petugas imigrasi Qatar. 

Ia melihat wajah saya yang pucat dan tampak lemas. Saya sempat menggigil. Kurang makan, kurang tidur karena terlalu banyak tekanan fisik dan mental. 

Petugas khawatir saya tak kuat menempuh 15 jam penerbangan berikutnya dan justru akan merepotkan di tengah perjalanan.

Saya berusaha meyakinkan bahwa saya baik-baik saja. Tapi otoritas Qatar tak semudah itu diyakinkan. 

"Penerbangan ini bisa terganggu jika kami meloloskan satu orang yang sakit. Kamu bisa dirawat di sini sebelum nanti melanjutkan perjalanan di penerbangan berikutnya," ucap petugas imigrasi tersebut.

Saya diminta menunggu selama 30 menit untuk pemeriksaan medis.

Seorang petugas kesehatan datang, memeriksa kondisi, dan setelah diskusi singkat, akhirnya saya dinyatakan layak terbang. 

Pukul 08.00 pagi waktu Brasil, kami akhirnya mendarat di Bandara Guarulhos (GRU), Sao Paulo.

Sempat muncul kekacauan kecil. Satu rekan jurnalis dicegat untuk pemeriksaan ulang. 

Proses klaim bagasi pun tak kalah melelahkan. Karena kami melakukan check-in mandiri, proses pengecekan di Brasil cukup rumit. 

Antrean panjang dan petunjuk arah yang membingungkan membuat banyak penumpang, termasuk kami bingung mencari gate selanjutnya.

Lelah belum selesai. Dari Sao Paulo, kami lanjut terbang 1,5 jam lagi ke Rio de Janeiro.

Sesampainya di sana, langit Brasil menyambut dengan biru yang cerah dan hawa khas tropis. 

Tapi badan kami semua terasa seperti habis digiling waktu.

Dari Jakarta ke Rio, butuh 42 jam, belasan ribu kilometer, dan satu kejadian nyaris gagal terbang.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro Brasil 6-7 Juli 2025 akan dihadiri sejumlah pemimpin atau kepala negara.

Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan hadir.

Namun Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir.

Xi Jinping akan diwakili oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang.

Vladimir Putin tidak akan hadir tetapi berpartisipasi dalam diskusi dari jarak jauh melalui konferensi video.

BRICS adalah kelompok negara yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa), yang menjalin kerja sama terkait pengembangan dan pengaruh dalam urusan internasional.

Nama BRICS sendiri merupakan akronim dari huruf depan masing-masing negara anggotanya.

Indonesia resmi menjadi anggota BRICS pada 6 Januari 2025.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.