Guru SMA Swasta Sedih Murid Baru 12 Orang, Terancam Sulit Penuhi Beban Mengajar, 24 Jam per Minggu
Arie Noer Rachmawati July 06, 2025 05:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Kesedihan menyelimuti guru swasta di Bandung.

Sebab, sekolah baru menerima pendaftaran 12 calon siswa baru hingga Sabtu (5/6/2025).

Sekolah tersebut yakni SMA Pendidikan Membangun Bangsa (PMB) di Jalan Arcamanik, Kota Bandung.

Jumlah ini jauh di bawah harapan pihak sekolah, yang biasanya menerima puluhan siswa setiap tahun ajaran.

Kepala SMA PMB, Nurlaela, mengaku prihatin dengan kondisi ini.

Ia khawatir dampak minimnya siswa baru akan memengaruhi kinerja guru, terutama yang sudah mengantongi sertifikasi.

"Kami baru menerima 12 murid baru, dan pasti akan kesulitan bagi guru yang sertifikasi untuk memenuhi target kinerjanya," ujar Nurlaela dikutip dari Tribun Jabar, Sabtu.

Menurut Nurlaela, di sekolahnya terdapat enam guru bersertifikasi.

Berdasarkan aturan, mereka wajib mengajar minimal 24 jam per minggu untuk memenuhi beban kerja.

Namun, dengan jumlah siswa yang sangat sedikit, sulit bagi sekolah untuk memenuhi jam mengajar yang diperlukan.

"Tugas sebagai wali kelas, pembina ekstrakurikuler, pembina OSIS, hingga lainnya bobotnya hanya dua jam. Tidak mungkin semua tugas itu hanya diberikan kepada satu guru," jelasnya.

Karena itu, para guru bersertifikat terpaksa mencari tambahan jam mengajar di sekolah lain.

Namun, menurut Nurlaela, kondisi sekolah swasta lain di Bandung pun serupa, sehingga tak mudah bagi guru untuk mendapatkan jam tambahan.

"Kan, sekolah (swasta) yang lain juga kondisinya sama-sama kekurangan murid baru, sehingga tidak mudah untuk mencari jam mengajar tambahan ini," katanya.

Ilustrasi guru mengajar.
Ilustrasi guru mengajar. (Tribunnews.com)

Dampak Penambahan Rombel Sekolah Negeri

Nurlaela menduga minimnya pendaftar di SMA PMB tahun ini tak lepas dari kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang menaikkan jumlah rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri, dari sebelumnya 36 menjadi 50 siswa per kelas.

Tahun lalu, SMA PMB masih menerima pendaftaran puluhan siswa baru hingga cukup untuk membentuk dua rombel.

Namun, tahun ini hanya 12 calon siswa yang mendaftar, padahal tahun ajaran baru sudah di depan mata.

"Kebijakan penambahan rombel dari 36 siswa menjadi 50 siswa di sekolah negeri ini seperti memadamkan nasib guru sertifikasi di sekolah swasta," kata Nurlaela.

Ia berharap ada solusi yang bisa menyelamatkan nasib guru-guru swasta yang kini kesulitan memenuhi target kerja karena minim siswa.

Selain itu, Nurlaela juga berharap orangtua murid tetap mempertimbangkan kualitas pendidikan di sekolah swasta yang tetap kompetitif.

"Kondisi ini membuat kami cukup sedih. Kami berharap ada jalan keluar supaya para guru tetap bisa menjalankan tugasnya dengan baik," pungkasnya.

Kondisi serupa dialami SDN 2 Wonorejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

SD Ngeri itu hanya mendapat lima siswa yang mendaftar.

Lima siswa tersebut mendaftar sejak pembukaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) pada 2 Juni 2025.

Kondisi ini mendorong guru di sekolah tersebut melakukan promosi dari rumah ke rumah.

Hal itu dilakukan para guru demi menyelamatkan sekolah dari kekosongan murid.

Wali Kelas 6 SDN 2 Wonorejo, Sri Mariyani, mengungkapkan sejak dibukanya pendaftaran pada 2 Juni 2025, baru ada lima anak yang mendaftarkan diri di sekolah tersebut.

Pendaftaran sendiri dijadwalkan akan ditutup pada Selasa, 24 Juni 2025, besok.

"Untuk pendaftaran peserta didik baru, untuk tahun ini, kebetulan masih minim ya, atau masih kurang. Ada lima siswa," ujarnya saat diwawancarai.

Menurut Mariyani, dalam lima tahun terakhir, sekolahnya memang tidak mendapatkan banyak murid.

Tercatat paling banyak yakni sekitar 10 anak.

"Tahun ini termasuk yang sedikit. Biasanya kan bisa 7, gitu, 8 sampai 10 siswa," katanya, mengutip Kompas.com.

Upaya promosi ke TK-TK terdekat juga sudah dilakukan oleh pihak sekolah guna menambah jumlah siswa.

Selain itu, pihak sekolah bahkan melakulan door to door ke rumah-rumah untuk menginformasikan keberadaan SDN 2 Wonorejo.

"Saya juga tiap tahun itu kan langganan ke TK Bakti itu pasti. Cuma ya, kami kan tidak bisa memaksa orang tua juga," ungkapnya.

"Terus saya juga door to door gitu, ke rumah-rumah juga," jelas Mariyani.

Ia berharap Dinas Pendidikan (Disdik) Karanganyar bisa memberikan solusi terkait permasalahan ini.

Sehingga siswa yang mendaftar ke SDN 2 Wonorejo lebih banyak lagi.

"Ya, harapannya sih kami sebagai guru ya, Dinas lebih, mungkin lebih ini ya, lebih memperhatikan supaya gimana caranya kita bisa lebih, istilahnya, dapat murid lagi gitu," harap Mariyani.

"Atau mungkin kami berharap kayak seperti SMP gitu, domisili gitu, ya. Berarti kalau domisili sini ya harus masuknya sini gitu," tutupnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.