Cara Toniansah Bisa Selamat Usai Terbawa Kapal Tenggelam di Selat Bali, 20 Detik yang Sangat Krusial
Ficca Ayu Saraswaty July 06, 2025 10:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah Toniansah terapung di laut Selat Bali.

Ia menanti pertolongan sambil menggenggam ayah yang telah tiada.

Kisah pilu dibagikan oleh penumpang Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya yang berhasil selamat.

Ia bernama Eka Toniansah (15) atau yang akrab disapa dengan Toniansah.

Toniansah menceritakan perjuangannya untuk bertahan hidup di laut lepas Selat Bali selama berjam-jam.

Dengan bantuan jaket pelampung, tubuhnya berhasil tetap mengapung, sementara tangannya tak lepas menggenggam sang ayah, Eko Sastrio (51), yang telah meninggal dunia.

Eko dan Toniansah diketahui warga Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

"Itu sampai jam setengah enam, sampai ditolong oleh nelayan," kata paman Toniansah, Agus.

Eko sehari-hari bekerja sebagai sopir, sementara putranya, Toniansah, ikut sebagai kernet sambil belajar mengemudi mengikuti jejak sang ayah.

Sebelum tragedi, Eko masih ada di dalam truk tronton yang dikemudikannya, sedangkan Toniansah berada di dek atas kapal bersama para penumpang lainnya.

Namun, tak lama kemudian Eko menyusul sang anak.

"Tapi bapaknya kehabisan rokok. Jadi menyusul naik ke atas meminta rokok ke anaknya," terang Agus.

Hanya selang beberapa menit, kapal tersebut terguncang akibat dihantam ombak besar.

Kondisi KMP Tunu Pratama Jaya mulai tidak stabil. Dalam waktu singkat, kapal miring ke kiri hingga akhirnya karam.

Dalam situasi panik yang melanda para penumpang, Eko dan Toniansah dengan cepat berusaha mencari jaket pelampung.

Toniansah berhasil mengenakan jaket berukuran sesuai tubuhnya dan mengencangkannya dengan baik, sehingga tetap terpasang aman saat kapal akhirnya tenggelam.

Tak begitu dengan Eko. Eko juga mendapat jaket pelampung, tetapi jaket itu tak muat dengan tubuhnya hingga kapal tenggelam.

"Mereka tidak sempat melompat. Jadi sempat ikut terbawa kapal tenggelam sekitar 20 detik," lanjut Agus.

20 detik yang singkat itu ternyata sangat krusial. Toniansah berhasil muncul ke permukaan laut Selat Bali dengan selamat.

Sayangnya, sang ayah sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya diduga sudah terlalu banyak kemasukan air laut.

Dengan segala tenaga yang tersisa, Toniansah berjuang bertahan di kegelapan malam yang mencekam itu.

Ia terus menggenggam tubuh sang ayah dengan harapan bisa membawa jasadnya hingga ke daratan.

Harapan Toniansah akhirnya menjadi kenyataan saat fajar mulai menyingsing. Sekitar pukul 05.30 WIB, perahu nelayan melintas di dekat mereka.

Keduanya kemudian dievakuasi oleh nelayan ke daratan.

RUANG MESIN BOCOR - Kebocoran di ruang mesin kapal diduga menjadi penyebab tenggalamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu malam, 2 Juli 2025. Kapal mengangkut 53 orang penumpang dan kru kapal 12 orang berdasar data manifes sementara. Keluarga korban KMP Tunu Pratama Jaya, Eka Toniansah dan Eko Sastrio di rumahnya di Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jumat (4/7/2025). Dalam tragedi itu, Toniansah selamat, sementara Eko meninggal. (Istimewa)

Kronologi kejadian

Diketahui, Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam di Selat Bali, pada Rabu (2/7/2025) malam.

Kapal tersebut membawa 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan.

Berdasarkan catatan dari pihak berwenang, KMP Tunu Pratama Jaya sedang melayani penumpang dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. 

Sebelum tenggelam, KMP Tunu Pratama Jaya diketahui sempat meminta pertolongan melalui radio.

"Saya dapat informasi memang KMP Tunu Pratama Jaya pada pukul 23.17 WIB, itu meminta pertolongan melalui radio," tutur Kasi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli KSOP Tanjung Wangi, Ni Putu Cahyani, Kamis (3/7/2025), dikutip dari TribunJatim.com.

Belum diketahui penyebab tenggelamnya kapal tersebut.

Pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai melakukan investigasi penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.

"Investigasi akan kami lakukan, ketika kapal berangkat. Biasanya kapal berangkat ada SPB (Surat Persetujuan Berlayar), apakah sesuai dengan ketentuan," ujar Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, saat rapat SAR di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Jawa Timur, Jumat (4/7/2025).

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.