Sekarang 'Tugas'-nya Tak Hanya Padamkan Api, Begini Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia
Moh. Habib Asyhad July 08, 2025 05:34 PM

Sekarang, petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) punya tugas yang beraneka ragam, tak hanya memadamkan api. Begini sejarah pemadam kebakaran di Indonesia.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Sekarang ini, semua-semuanya jika ada masalah, yang dipanggil adalah petugas Pemadam Kebakaran alias Damkar. Tak hanya memadamkan api, Damkar juga dipanggil untuk menangkap biawak yang masuk ke rumah, ular yang ditakuti banyak orang, dll. Ada juga orang yang nggak jadi bunuh diri dan lebih memilih curhat ke Damkar.

Lalu bagaimana sejarah Pemadam Kebakaran alias sejarah Damkar di Indonesia?

Sudah ada sejak zaman Belanda

Mengutip Dpkp.palangkaraya.go.id, urusan pemadaman kebakaran di Indonesia sudah ada sejak sejak zaman Belanda. Ketika itu namanya masih de Brandweer, dan ada di kota-kota besar di Hindia Belanda saat itu.

Mengutip Kompas.com,pemadam kebakaran pertama di Indonesia didirikan di era Hindia Belanda, yang bernama De Brandweer. De Brandweer pertama kali didirikan di Surabaya pada 1810, disusul dengan lahirnya De Brandweer Batavia (Jakarta) yang mulai diorganisir pada 1873.

Petugas De Brandweer didominasi oleh orang Belanda yang profesional, meski awalnya belum memiliki anggota tetap. Barulah setelah kejadian kebakaran besar di Kramat Kwitang pada 1913, De Brandweer disusun lebih serius.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, De Brandweer berganti nama menjadi "Syoobootai”. Kemudian, setelah Indonesia merdeka, pasukan pemadam kebakaran ditetapkan sebagai Barisan Pemadam Kebakaran.

Menurut buku Dari BRANDWEER ke Dinas Kebakaran DKI Jakarta yang ditulis oleh GH Winokan, yang juga mantan petugas Damkar, urusan pemadaman kebakaran sudah menjadi perhatian pemerintah kolonial Hindia Belanda di Batavia pada 1873. Brandweer dibentuk oleh Resident op Batavia lewaat Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stand Vorstenden Van Batavia.

Ketika itu terjadi kebakaran beasr di Kramat-Kwitang. Pemerintah Kota Batavia ternyata tak sanggup mengatasi kebakaran tersebut. Lalu pada 25 Januari 1915, pemerintah mengeluarkan Reglement of de Brandweer atau Peraturan tentang Pemadam Kebakaran. Lalu pada 4 Oktober 1917 keluar peraturan baru melalui ketentuan yang disebut Staadsblad 1917 No. 602. Dalam ketentuan ini terdapat pembagian urusan pemadam kebakaran: Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam Kebakaran Militer.

Pada zaman itu, alat-alat pemadam kebakarannya tentu tak secanggih sekarang. Di zaman Belanda,pasukan pemadam kebakaran tidak menggunakan mobil yang berisi air, melainkan dengan memanfaatkan saluran air yang berada di dekat lokasi kebakaran dan membawanya dengan ember secara manual.

Tapi persoalan tentu akan terjadi ketika musim kemarau tiba di mana saluran air mengering: kebakaran sulit dipadamkan, risikonya juga tinggi bagi petugas karena hanya dibekali tangga, alat penyemprot manual, dan baju tempur yang lebih mirip jas hujan.

Dulu, salah satu markas pemadam kebakaran berada di Jl. Kiai Haji Zainul Arifin nomor 71 (sekarang Jalan Ketapang), Jakarta Pusat. Damkar juga pernah punya kantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur, markas mereka di Jalan Matraman Raya. Awalnya pemadam kebakaran di Indonesia tak punya petugas tetap, baru pada 1850 punya petugas tetap.

Di Jakarta ada prasasti tanda peringatan Brandweer Batavia 1919-1929. Prasasti itu adalah hadiah dari masyarakat Betawi kepada para petugas pemadam kebakaran saat itu.

Karena kebakaran besar di Kramat-Kwitang pada 1913, sebagaimana disebut di atas,pada 1919 wali kota Batavia mulai mereorganisasi kegiatan pemadam kebakaran, yang ditandai dengan didirikannya kantor Brandweer Batavia di daerah Gambir sekarang. Perubahan berikutnya terjadi pada 31 Juli 1922 melalui ketentuan yang disebut Bataviasch Brandweer Reglement.

Pada masa penjajahan Jepang, aturan soal pemadam kebakaran berubah melalui ketentuan yang dikenal sebagai Osamu seirei No.II tentang Syoobootai atau pemadam kebakaran pada 20 April 1943. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya sekitar 1957 hingga 1969, istilah pemadam kebakaran kembali diubah menggunakan nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran yang disingkat BPK.

Lalu pada era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, nama BPK diubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran melalui Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No. ib.3/3/15/1969. Perubahan itu tidak hanya mengubah nomenklatur, tetapi juga mengganti tugas pokok dan fungsi DPK, yakni menambahkan nomenklatur Bagian Pencegahan.

Sejarah pemadam kebakaran di dunia

Lalu bagaimana sejarah pemadam kebakaran di dunia?

Mengutip Kompas.com, pemadam kebakaran, atau apa pun yang kegiatannya semacam itu, sudah ada sejak zaman Romawi Kuno, tepatnya sekitar abad pertama Sebelum Masehi (SM). Satuan khusus ini pertama kali dibentuk oleh Marcus Licinius Crassus (115-53 SM), seorang jenderal dan politisi Romawi.

Yang menarik, Crasus membentuk satuan khusus itu ternyata untuk keuntungan pribadi. Dia menyusun pasukan damkar berjumlah sekitar 500 orang, yang akan diterjunkan ketika terjadi bencana kebakaran. Tapi ketika sampai di lokasi kejadian, pasukan damkar tersebut tidak langsung memadamkan api, tapi mereka akan lebih dulu menawarkan biaya layanan pemadaman api kepada sang pemilik.

Jika sang pemiliki menolak untuk membayar, Crassus dan pasukannya akan membiarkan rumah atau bangunan apa pun terbakar habis.

Lalu pada 60 Masehi, karena kebakaran besar yang terjadi, dibentuklah pasukan pemadam kebakaran kekaisaran bernama Vigiles oleh Kaisar Nero. Pasukan Vigiles, yang terdiri dari budak yang dilatih, memiliki tugas utama menjaga ketertiban kota dan melakukan patroli di malam hari. Pasukan Vigiles terdiri dari beberapa batalion yang ditugaskan di sejumlah distrik dan dibayar dengan uang pajak.

Ada beberapa divisi dalam Pasukan Vigiles, di antaranya:

1.Uncinarius: orang yang membawa kait besar dan bertugas membongkar atap rumah yang terbakar.

2. Siphonarius: orang yang bertugas mengoperasikan pompa air.

3. Aquarius: pasukan yang tugas utamanya memasok air ke pompa dan mengatur rantai ember.

4. Kaisar: kepala kegiatan pemadaman.

Dari Romawi Kuno, kita bergeser ke Inggris. Pada 1666, negara itu mengalami kebakaran dahsyat yang mengubah sistem pemadam kebakaran. Kebakaran sendiri terjadi selama lima hari, antara 2-6 September, yang mengakibatkan sebanyak 13.200 rumah dan 87 gereja terbakar. Sementara jumlah korban tidak dapat dipastikan karena banyaknya mayat yang hangus dan tidak berhasil diidentifikasi.

Kebakaran berasal dari toko roti milik Thomas Farynor di Jalan Pudding Lane, London, yang kemudian menyebar dengan cepat hingga Thames karena angin kencang. Di Thames, api merambat ke gudang minyak dan lemak, akibatnya api semakin membesar hingga mampu menghancurkan sebagian jembatan London.

Setelah insiden itu, didirikanlah perusahaan asuransi kebakaran pertama bernama "The Fire Office" pada 1667 oleh Nicholas Barbon. Sejak itu, perusahaan-perusahaan serupa ikut bermunculan dan setiap gedung yang memiliki asuransi akan diberi tanda atau lencana di dindingnya. Sehingga, ketika terjadi kebakaran, pemadam kebakaran dari perusahaan terkait akan dipanggil.

Sistem ini memang membuat penanganan kebakaran menjadi lebih baik. Di sisi lain, sering kali gedung dibiarkan terbakar sampai pemadam kebakaran yang bersangkutan datang. Hal serupa terjadi di Amerika, di mana damkar swasta sering bersaing untuk menangani kebakaran.

Pemadam kebakaran kota terorganisir pertama lahir di Edinburgh, Skotlandia, pada 1824, yaitu Edinburgh Fire Engine Establishment, yang diketuai oleh James Braidwood. Ide ini diikuti oleh London, yang mendirikan The London Fire Engine Establishment pada 1833.

Uniknya, yang ditunjuk menjadi kepala departemen pertama dari The London Fire Engine Establishment adalah James Braidwood juga. James Braidwood bertugas hingga 1861, ketika ia meninggal di tengah menjalankan tugasnya memadamkan api yang melahap sebuah gudang di Tooley Street, London.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.