Seberapa Cepat Pesawat Luar Angkasa Harus Melaju untuk Keluar dari Tata Surya?
kumparanSAINS July 10, 2025 12:00 PM
Roket dan pesawat luar angkasa yang kita kirim ke luar Bumi jauh dari gambaran film-film fiksi ilmiah. Tak ada persediaan “dilithium” dan “hypermatter” tanpa batas seperti di film Star Trek yang bisa membuatmu melesat ke mana pun sesuka hati. Di dunia nyata, bahan bakar sangat terbatas dan semua perjalanan dibatasi oleh hukum mekanika orbit.
Namun keterbatasan itu tak menghalangi kecerdikan manusia. Kita sudah berhasil mengirim wahana ke berbagai planet, bahkan menembus batas Tata Surya.
Hingga kini, hanya ada lima wahana buatan manusia yang memiliki kecepatan dan lintasan cukup untuk benar-benar meninggalkan Tata Surya. Voyager 1 dan 2 sudah melampaui pengaruh gravitasi Matahari, menjadi objek buatan manusia pertama yang menjejak ruang antarbintang.
Pioneer 10 dan 11 sedang menyusul, meski lebih lambat. Terakhir ada New Horizons, yang kini sedang melaju jauh melewati Pluto setelah menyapa planet kerdil itu lebih dari satu dekade lalu.
Agar sebuah roket bisa keluar dari Bumi, ia harus mencapai kecepatan lepas minimal 11,2 km per detik, belum termasuk perlawanan atmosfer. Untuk menghindari gesekan berlebih, percepatan roket biasanya meningkat seiring ketinggian.
Masalahnya, untuk mencapai kecepatan itu, kita perlu mendorong massa yang sangat besar, bukan cuma wahana dan muatannya, tapi juga bahan bakarnya sendiri. Itulah mengapa peluncuran biasanya dilakukan di dekat khatulistiwa karena rotasi Bumi memberikan dorongan tambahan secara alami.
Perbesar
Ilustrasi NASA ini menggambarkan Silinder O'Neill: habitat manusia terapung yang mengorbit planet asing. Foto: NASA
Keluar dari Bumi baru langkah pertama. Untuk bisa meninggalkan Matahari, wahana luar angkasa butuh kecepatan yang jauh lebih tinggi. Soalnya, semua objek yang diluncurkan dari Bumi tetap membawa kecepatan orbit planet kita mengelilingi Matahari.
Douglas Adams pernah berkata bahwa “terbang adalah soal menjatuhkan diri ke tanah dan meleset”. Kalimat itu pas untuk menggambarkan benda-benda yang mengorbit, di mana mereka terus jatuh, tapi cukup cepat untuk tak pernah benar-benar menabrak.
Satelit terus menerus jatuh ke Bumi, tapi selalu meleset. Begitu pula Bumi terhadap Matahari. Karena kecepatannya, kita terus mengorbit, bukan jatuh ke dalamnya.
Nah, saat wahana melesat meninggalkan Bumi, kecepatannya bisa dimanfaatkan. Di jarak orbit Bumi, kecepatan minimum untuk lolos dari gravitasi Matahari adalah sekitar 42 km per detik.
Kelima wahana antarplanet yang kita kirim ke jalur keluar Tata Surya memiliki kecepatan lebih tinggi dari itu, dengan New Horizons menjadi yang tercepat. Meskipun gravitasi Matahari terus memperlambat mereka, wahana tersebut kini sudah cukup jauh sehingga gaya tariknya tak lagi cukup untuk menarik mereka kembali.
Dua wahana, Voyager 1 dan 2, sudah melintasi heliosfer, wilayah yang masih dipengaruhi angin Matahari. Tiga lainnya, Pioneer 10, 11, dan New Horizons, sedang membuntuti di belakang.
Meninggalkan Tata Surya bukanlah hal yang mudah. Tapi lewat perhitungan cermat, desain teknik yang jenius, dan dorongan rasa ingin tahu manusia, kita sudah membuktikan bahwa batas terakhir bukan hanya bisa dijelajahi, tapi juga bisa ditinggalkan.