Studi: Masyarakat di Negara Miskin dan Korup Cenderung Punya Kepribadian Gelap
kumparanSAINS July 10, 2025 12:00 PM
Sebuah studi baru menemukan bahwa masyarakat yang hidup di negara dengan tingkat korupsi, ketimpangan sosial, kemiskinan, dan kekerasan yang tinggi cenderung memiliki kepribadian gelap, seperti narsisme, psikopati, dan sifat pendendam.
Studi baru ini dipimpin oleh Ingo Zettler, profesor psikologi dari University of Copenhagen, Denmark, dengan menganalisis data dari hampir 2 juta orang di 183 negara dan di 50 negara bagian di Amerika Serikat.
“Sudah cukup dikenal bahwa faktor genetik dan sosial-ekologis membentuk kepribadian seseorang. Namun, riset sebelumnya jarang membahas sifat-sifat kepribadian yang bersifat negatif secara etika atau sosial,” ujar Zettler kepada Newsweek.
“Karena sekarang kami memiliki data dari sekitar 2 juta orang di seluruh dunia yang mengisi kuesioner tentang inti dari semua sifat kepribadian negatif melalui situs kami, kami jadi tertarik untuk melihat apakah kondisi sosial yang buruk berkontribusi pada meningkatnya sifat egois, mementingkan diri sendiri, dan sifat-sifat negatif lainnya,” lanjut Zettler.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa apa yang disebut "Dark Triad"—tiga sifat kepribadian gelap: narsisme, psikopati, dan machiavellianisme— bisa terlihat dari ekspresi wajah seseorang, bahkan kadang membuat mereka tampak lebih menarik. Namun, studi terbaru ini menggali lebih dalam, menghubungkan kepribadian gelap tersebut dengan kondisi sosial masyarakat.
Untuk mengukur tingkat kesulitan atau adversitas sosial dalam suatu masyarakat, tim peneliti menggunakan data dari Bank Dunia tentang korupsi (tingkat pengendalian korupsi), ketimpangan (Indeks Gini), kemiskinan (jumlah penduduk dengan penghasilan di bawah $6,85/hari), dan kekerasan (jumlah pembunuhan per 100.000 orang).
Sementara itu, untuk mengukur kondisi di tingkat negara bagian di Amerika Serikat, peneliti menggunakan data dari Biro Sensus AS mengenai ketimpangan dan kemiskinan, data pembunuhan dari FBI, serta catatan vonis kasus korupsi dari Departemen Kehakiman AS. Data-data ini memungkinkan peneliti untuk melakukan perbandingan yang konsisten baik di level global maupun nasional.
Ketika data kondisi sosial digabungkan dengan hasil kuesioner kepribadian dari lebih dari 2 juta partisipan, hasilnya mengejutkan.
"Semakin berat kondisi sosial di suatu masyarakat, semakin tinggi tingkat dark factor (faktor gelap kepribadian) di antara warganya. Hal ini berlaku baik secara global maupun di dalam Amerika Serikat," kata Zettler.
Sebagai contoh, Indonesia dan Meksiko, serta negara bagian seperti Louisiana dan Nevada yang dianggap memiliki tingkat korupsi, ketimpangan, kemiskinan, dan kekerasan yang tinggi, menunjukkan tingkat Dark Factor yang tinggi.
Sebaliknya, negara-negara seperti Denmark dan Selandia Baru, serta negara bagian seperti Utah dan Vermont yang memiliki tingkat korupsi dan ketimpangan yang rendah, cenderung memiliki penduduk dengan kepribadian gelap yang lebih sedikit.
Walaupun hubungan antara lingkungan sosial dan kepribadian gelap tidak ekstrem, para penulis studi menekankan bahwa efeknya sangat nyata dan memiliki konsekuensi besar di dunia nyata.
“Sifat-sifat kepribadian yang negatif berkaitan dengan perilaku seperti agresi, penipuan, dan eksploitasi, yang semuanya memiliki dampak sosial tinggi. Oleh karena itu, bahkan perbedaan kecil dalam sifat kepribadian bisa menyebabkan perbedaan besar dalam cara masyarakat berfungsi,” jelas Zettler.
Zettler percaya bahwa temuan ini bisa dijadikan dasar untuk merancang reformasi sosial dan memperkuat pentingnya membangun masyarakat yang lebih sehat dan adil.
“Temuan kami memperkuat bahwa kepribadian bukan hanya sesuatu yang kita bawa sejak lahir, tapi juga dibentuk oleh masyarakat tempat kita tumbuh dan hidup,” tegasnya.
Dengan kata lain, reformasi sosial yang berhasil menurunkan korupsi dan ketimpangan tidak hanya memperbaiki kualitas hidup saat ini, tetapi juga berpotensi mengurangi tingkat kepribadian gelap dalam masyarakat di masa depan.