TIMESINDONESIA, MALANG – Departemen Pendidikan Bahasa Jerman dan Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) menggelar workshop bertema “Penerjemahan Bahasa Jerman Kontemporer, Integrasi Teknologi AI, dan Strategi Profesional bagi Dosen”.
Kegiatan yang digelar Selasa (8/7/2025) menghadirkan narasumber utama, Dian Ekawati, M.A., Ph.D., dosen sekaligus praktisi dari Universitas Padjadjaran Bandung.
Workshop ini dirancang sebagai upaya peningkatan kapasitas dosen dalam menghadapi dinamika dunia penerjemahan modern, baik dalam konteks akademik, profesional, maupun pedagogik.
Fokus utama kegiatan adalah memperkenalkan pendekatan terkini dalam praktik penerjemahan dari Bahasa Jerman dan Mandarin ke Bahasa Indonesia, serta sebaliknya.
Sesi dokumentasi bersama timWorkshop Penerjemahan Kontemporer Workshop (Foto: Adam Juliano Kristianto/Sastra Jerman UM)
Dalam paparannya, Dian menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan penerapan standar terjemahan profesional.
Para peserta tidak hanya diajak memahami pendekatan konvensional dan kontemporer dalam teori penerjemahan, tetapi juga terlibat langsung dalam sesi praktik menerjemahkan menggunakan berbagai alat bantu, termasuk mesin penerjemah dan AI tools.
Workshop ini juga memberi ruang bagi peserta untuk melakukan refleksi kritis terhadap kualitas dan akurasi hasil terjemahan, khususnya dalam aspek idiom, nuansa budaya, dan konteks makna.
“Meskipun teknologi sangat membantu, pada akhirnya kualitas terjemahan tetap bergantung pada kepekaan dan kemampuan manusia sebagai penerjemah,” ujar Dian dalam diskusi.
Kegiatan ini turut menghadirkan sesi berbagi pengalaman dari para dosen yang telah mengajar mata kuliah penerjemahan, serta masukan berharga dari para praktisi profesional, termasuk asesor penerjemah tersumpah dari Kemenkumham RI.
Diharapkan melalui workshop ini, para dosen semakin siap dalam mengajarkan mata kuliah penerjemahan secara profesional, kontekstual, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Lebih jauh, kegiatan ini juga menjadi pijakan penting dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai penerjemah andal yang mampu beradaptasi dengan era digital tanpa kehilangan sentuhan humanis dalam setiap karya terjemahannya. (*)