Geram, Pelatih Papua Tagih Janji Erick Thohir Wujudkan Liga Sepak Bola Putri
Glery Lazuardi July 12, 2025 12:30 PM

TRIBUNNEWS.COM, KUDUS – Harapan agar sepak bola wanita Indonesia tumbuh lebih pesat kembali disuarakan dari lapangan.

Kali ini datang dari Touskha Oktafia Stevelien Iba, asisten pelatih All Stars Papua, yang menyampaikan langsung unek-uneknya soal minimnya kompetisi untuk pemain putri di daerah.

Touskha menagih janji Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang pernah berkomitmen membangun fondasi kuat bagi sepak bola putri Indonesia sejak awal kepemimpinannya pada 2023.

"Kalau di daerah, turnamen bola perempuan sangat jarang. Kami butuh event seperti ini, karena di daerah kami hanya bisa nunggu PON atau Piala Pertiwi saja," ujar Touskha usai timnya kalah 0-1 dari All Stars Tangerang, Sabtu (12/7/2025).

Minimnya liga membuat pemain putri di Papua harus bergabung dan berlatih di sekolah sepak bola (SSB) putra.

Meski tetap berlatih, tanpa kompetisi khusus bagi wanita, kemajuan mereka sulit terukur.

Jullysti Dayren Gianni Matui, pemain belakang All Stars Papua, juga menyoroti pentingnya turnamen sebagai jembatan mimpi ke Timnas.

"Kejuaraan khususnya di Papua itu harus ada. Kami ingin masuk Timnas, jadi harus terus main. Tanpa turnamen, sulit berkembang," kata Jullysti.

Hal serupa dirasakan Savaira Rizqin, gelandang All Stars Tangerang.

Meski berada di daerah yang lebih dekat ke pusat sepak bola nasional, kekurangan turnamen tetap jadi masalah.

"Di Tangerang, kalau ada turnamen ketemunya itu-itu saja. Kami kekurangan turnamen, harus ada kompetisi seperti Piala Pertiwi ini, untuk jam terbang dan pengalaman bagi kami," ujar Savaira.

Minimnya turnamen berdampak langsung pada regenerasi pemain.

Bagi banyak pemain muda, satu turnamen setahun jadi satu-satunya panggung unjuk gigi.

Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi PSSI yang ingin menembus Piala Dunia Wanita.

Erick Thohir sendiri sebelumnya telah menyampaikan komitmennya untuk membangun sepak bola putri dari bawah. Ia bahkan menunjuk pelatih asal Jepang, Satoru Mochizuki, dan bekerja sama dengan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA).

"Karena itu kami mendatangkan pelatih Mochi sekaligus bekerja sama dengan federasi sepak bola Jepang JFA untuk menata secara total," ujar Erick.

"Ini adalah misi jangka panjang yang meski kondisi awal kita minus tapi kita harus memulainya dengan bekal keseriusan, konsistensi, dan semangat. Saya yakin ini adalah awal dari kebangkitan sepak bola putri kita."

Ia menambahkan, dalam road map transformasi sepak bola nasional, sepak bola perempuan akan jadi fokus utama.

"Kita tidak boleh menganaktirikan sepak bola perempuan. Selama ini kita memang belum memiliki training center jangka panjang. Kita akan bangun secara bertahap dimulai dari level nasional kemudian turun ke level provinsi dan lebih mikro lagi," tegas Erick.

Sayangnya, hingga kini liga atau kompetisi reguler untuk wanita belum juga terealisasi.

Tampaknya liga atau kompetisi reguler hanya sekedar omon-omon belaka.

Padahal kegagalan Timnas Putri lolos ke Piala Asia Wanita 2026 menjadi tamparan keras bahwa sistem pembinaan belum kuat.

Dalam laga kualifikasi melawan Taiwan di Stadion Indomilk, Tangerang, Sabtu (5/7), Indonesia kalah 1-2.

Meskipun Helsya Maeisyaroh sempat menyamakan kedudukan di awal babak kedua, Timnas Putri tak mampu membalikkan keadaan.

Dengan hasil tersebut, Indonesia dipastikan gagal melaju ke Piala Asia Wanita 2026 di Australia.

Ini menjadi alarm bagi PSSI agar segera mempercepat realisasi kompetisi sepak bola putri yang inklusif dan berkesinambungan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.