Mengenal Mitos Lusan dalam Tradisi Jawa, Ketika Anak Pertama Tak Boleh Lakukan Pernikahan dengan Anak Ketiga
Faza Anjainah Ghautsy July 12, 2025 12:34 PM

Grid.ID- Mengenal mitos lusan dalam tradisi Jawa. Dalam hal ini, masyarakat meyakini bahwa anak pertama tak boleh lakukan pernikahan dengan anak ketiga.

Dalam budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai tradisional, kepercayaan dan mitos masih memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan pernikahan. Salah satu kepercayaan yang hingga kini masih banyak diyakini oleh sebagian masyarakat adalah mitos lusan.

Adapun lusan berasal dari bahasa Jawa yaitu telu yang artinya tiga, dan kapisan yang artinya pertama. Mitos ini merupakan sebuah pantangan adat yang menyebutkan bahwa anak pertama sebaiknya tidak menikah dengan anak ketiga.

Meski terdengar sederhana, mitos ini dipercaya bisa membawa dampak besar dalam kehidupan rumah tangga pasangan yang melanggarnya. Adapun sejumlah alasan mengapa mitos lusan melarang anak pertama menikah dengan anak ketiga yaitu antara lain.

1. Perbedaan Karakter yang Menonjol

Dilihat dari sisi psikologis, terdapat perbedaan mendasar antara anak pertama dan anak ketiga, di mana anak sulung cenderung memiliki sifat sebagai pengarah, merasa lebih matang, dan sering dijadikan panutan oleh adik-adiknya. Di sisi lain, anak ketiga umumnya memiliki sifat yang lebih manja, sulit diatur, dan kerap bertindak sesuai kehendaknya sendiri.

Ketika dua kepribadian yang sangat bertolak belakang ini disatukan dalam kehidupan rumah tangga, potensi konflik menjadi semakin besar. Pertengkaran mungkin tidak dapat dihindari, namun paling tidak bisa diantisipasi sejak awal.

2. Rumah Tangga Dihantui Permasalahan

Melansir dari TribunJogja.com, dalam tradisi kepercayaan Jawa, hubungan antara anak pertama dan ketiga diyakini sering kali tidak berjalan mulus. Bila keduanya tetap memaksakan diri untuk menikah, mereka dipercaya akan menghadapi berbagai ujian rumah tangga yang berat dan berlarut-larut.

3. Masalah Keuangan yang Tak Kunjung Usai

Pasangan ini juga dianggap akan mengalami kesulitan dari sisi ekonomi, yaitu rezeki diyakini sulit mengalir, sehingga kebutuhan sehari-hari pun sukar terpenuhi. Tak hanya itu, peluang kerja yang layak pun dipercaya sulit diperoleh, dan jika mencoba menjalankan usaha, kemungkinan besar akan mengalami kegagalan.

4. Ancaman Kehilangan Orang Tercinta

Salah satu aspek paling menyeramkan dari mitos lusan dalam tradisi Jawa adalah risiko kehilangan nyawa. Kepercayaan turun-temurun ini menyebutkan bahwa salah satu pasangan atau bahkan orang tua mereka bisa saja meninggal setelah pernikahan berlangsung.

Hal inilah yang kemudian membuat banyak orang Jawa berpikir dua kali sebelum mengizinkan pernikahan antara anak pertama dan ketiga. Meski begitu, semua keyakinan ini hanyalah bagian dari mitos yang berkembang dalam budaya dan tradisi masyarakat dan kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah,serta tidak ada jaminan bahwa nasib buruk benar-benar akan terjadi.

Namun, setiap ada permasalahan tentunya juga ada solusi. Melansir dari Bridestory.com, beberapa solusi pernikahan anak pertama dan ketiga antara lain yaitu, pertama, membangun komunikasi yang jujur sejak awal pernikahan.

Saling terbuka soal perasaan dan pendapat akan membantu mencegah konflik berkepanjangan, sehingga jangan sampaimemendam masalah dan diskusikan segera bersama pasangan. Selanjutnya, setiap orang punya karakter unik, maka dari itu, perbedaan pendapat adalah hal biasa dalam hubungan dan bisa menjadi sarana belajar untuk saling memahami.

Selain itu, pernikahan merupakan sesuatu yang yang dilakukan dengan kerja sama. Sehingga, pasangan harus bisa belajar menerima kritik, mendengarkan tanpa menyela, dan jangan ragu meminta maaf saat berbuat salah.

Terakhir, yaitu berusaha menyisihkan waktu untuk quality time bersama. Aktivitas sederhana seperti berbincang atau jalan bersama bisa mempererat ikatan dan menjaga kehangatan hubungan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.