TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejak tahun 2020, lebih dari 1,2 juta unit Chromebook telah didistribusikan ke lebih dari 80.000 sekolah di seluruh Indonesia. Program dari Kementerian Pendidikan ini merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah dalam mendorong transformasi digital pendidikan nasional, dengan total investasi mencapai Rp 9,9 triliun.
Namun di lapangan, masih banyak sekolah—terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar)—yang belum dapat memanfaatkan perangkat ini secara optimal.
Keterbatasan akses internet serta sistem operasi tertutup pada Chromebook menjadi dua kendala utama yang menyebabkan perangkat sering kali hanya menjadi barang pajangan di ruang kelas.
Melihat tantangan ini, Kipin Edutech memperkenalkan Kipin Classroom, sebuah server lokal hybrid yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan sekolah di Indonesia.
Dengan Kipin Classroom, seluruh konten belajar digital dapat diakses secara offline, tanpa koneksi internet. Server ini menyediakan lebih dari 5.000 buku pelajaran, 2.000 video pendidikan, 50.000 soal latihan, serta ribuan materi literasi dan aktivitas siswa.
Tak hanya itu, sistem ini juga mendukung pelaksanaan ujian digital secara mandiri dan aman melalui jaringan lokal sekolah.
“Dengan Kipin Classroom, Chromebook yang sebelumnya terbatas fungsinya kini bisa digunakan setiap hari dalam kegiatan belajar mengajar,” ujar Santoso Suratso, CEO Kipin.id, Minggu (13/7/3025).
Santoso menjelaskan, integrasi Chromebook dengan Kipin Classroom membawa berbagai manfaat nyata.
Integrasi Chromebook dengan Kipin Classroom menjadikan notebook besutan Google ini bisa mengakses lebih dari 5.000 buku pelajaran, 2.000 video pendidikan, 50.000 soal latihan, serta ribuan materi literasi dan aktivitas siswa secara offline.
Pertama, perangkat yang sebelumnya kurang dimanfaatkan kini bisa difungsikan secara maksimal—mulai dari membaca buku pelajaran, menonton video edukasi, hingga mengikuti ujian digital—semuanya tanpa memerlukan sambungan internet.
Selain itu, sekolah juga diuntungkan dari sisi anggaran. Penggunaan konten digital secara lokal membantu mengurangi kebutuhan akan buku cetak, kertas ujian, dan pembelian kuota internet bulanan bagi siswa maupun sekolah.
"Keamanan konten pun terjamin, karena seluruh materi pembelajaran disimpan dan diakses melalui jaringan lokal yang tertutup. Ini membuat lingkungan belajar lebih aman dari risiko paparan konten negatif," ucapnya.
Yang tak kalah penting, pendekatan ini memungkinkan pemerataan akses digital. Sekolah-sekolah di daerah tanpa koneksi internet pun tetap bisa menggelar pembelajaran digital secara setara dengan sekolah lain di kota-kota besar.
Sejumlah sekolah telah membuktikan keefektifan integrasi ini, antara lain SMPN 2 Serawai di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan SD Naskat Namaar di Pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara.
Di kedua sekolah tersebut, perangkat Chromebook kini digunakan secara aktif setiap hari berkat dukungan Kipin Classroom sebagai pusat pembelajaran digital lokal.
Melalui inisiatif ini, Kipin mendorong para pemangku kebijakan dan institusi pendidikan untuk melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan Chromebook yang telah tersedia di sekolah. Kipin juga merekomendasikan integrasi Kipin Classroom sebagai solusi pelengkap agar perangkat tersebut benar-benar mendukung aktivitas belajar.
Dukungan pendanaan melalui skema BOS, APBD, maupun APBN diharapkan dapat memperluas jangkauan solusi ini ke lebih banyak sekolah, khususnya di daerah 3T.
“Transformasi digital pendidikan tidak cukup hanya dengan pengadaan perangkat. Diperlukan juga sistem pendukung yang kontekstual, sederhana, dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Kipin Classroom hadir untuk menjawab hal itu,” kata Santoso. (*)