Grid.ID – Berikut perbedaansquash dan padel yang patut Anda ketahui. Di antara olahraga raket yang dimainkan di dalam ruangan, squash dan padel seringkali disamakan.
Meskipun keduanya melibatkan pemukulan bola dengan raket atau paddle di dalam lapangan yang dikelilingi dinding, terdapat banyak perbedaan squash dan padel yang mendasar. Perbedaan ini mencakup sejarah, peralatan, lapangan, sistem penilaian, hingga gaya bermain.
Memahami detail ini akan membantu Anda mengapresiasi keunikan masing-masing olahraga. Inilah beberapa perbedaansquash dan padel, sebagaimana dikutip dari redbull.com, Senin (14/7/2025).
Sejarah dan Evolusi
Squash berakar dari awal abad ke-19, tepatnya di Harrow School, Inggris. Para siswa di sana mengadaptasi permainan handball dan rackets yang lebih tua.
Mereka bermain dengan bola yang dilubangi dan memantulkannya ke dinding sekolah. Versi baru ini membutuhkan bola yang lebih lunak. Bola itu bisa digunakan di area tertutup. Inilah yang kemudian mengarah pada pengembangan lapangan squash modern dan gameplay khasnya.
Sementara itu, padel baru ditemukan pada tahun 1969. Penemunya adalah Enrique Corcuera dari Meksiko.
Padel merupakan olahraga hybrid yang menggabungkan tenis dan squash. Permainan ini dirancang untuk dimainkan di ruang tertutup dengan dinding.
Olahraga ini menggunakan paddle padat, bukan raket bersenar. Padel dengan cepat mendapatkan popularitas di Spanyol. Kemudian, ia menyebar ke Eropa dan Amerika. Ini menjadi olahraga favorit karena aspek sosialnya dan kemudahan aksesibilitasnya.
Raket
Salah satu perbedaan squash dan padel yang paling mencolok adalah alat yang digunakan untuk memukul bola. Dalam squash, digunakan raket bersenar. Sementara itu, padel menggunakan paddle padat dengan lubang-lubang kecil di permukaannya.
Ukuran kedua jenis alat pemukul ini juga sangat berbeda. Raket squash memiliki panjang maksimum 86,5 cm. Ukuran kepala raket biasanya antara 182 cm² dan 195,5 cm².
Ini memungkinkan bobot yang lebih ringan, antara 100 hingga 200 gram. Bahan yang digunakan dalam raket squash seringkali mencakup komposit serat karbon dengan tambahan bahan seperti tungsten atau basalt.
Penambahan ini bertujuan untuk mengoptimalkan distribusi berat, meningkatkan stabilitas raket, dan meningkatkan feel keseluruhan saat bermain. Desain yang ringkas dan bobot yang lebih ringan dari raket squash membantu ayunan cepat dan kemampuan manuver di ruang terbatas lapangan squash.
Paddle padel standar memiliki dimensi maksimum 45,5 cm panjang, 26 cm lebar, dan tebal 38 mm. Beratnya antara 330 hingga 400 gram.
Untuk bahan pembuatannya, paddle padel memiliki spektrum bahan yang luas. Contohnya, fiberglass, serat karbon, karet EVA, FOAM, atau bahan yang lebih unik seperti Kevlar, graphene, dan bahkan tungsten.
Semua paddle dilengkapi dengan tali. Pemain harus mengikat tali ini ke pergelangan tangan mereka.
Ini untuk meningkatkan kontrol dan mencegah paddle terlepas dari tangan saat melakukan pukulan eksplosif. Paddle ini dirancang, di antara fungsi lainnya, untuk memukul bola dalam jarak yang lebih pendek, sesuai untuk ruang yang lebih kecil dan tertutup, serta tahan terhadap benturan insidental ke dinding lapangan.
Bola
Perbedaan squash dan padel berikutnya adalah bola. Bola squash lebih kecil. Diameternya sekitar 4 cm, dan pantulannya jauh lebih rendah.
Bola ini terbuat dari senyawa karet mentah. Bola squash memiliki pantulan rendah yang meningkat saat memanas selama bermain.
Diatur oleh World Squash Federation (WSF), bola-bola ini tersedia dalam berbagai jenis dan ditandai dengan titik berwarna. Misalnya, titik kuning ganda (super slow), titik kuning tunggal (slow), hijau atau putih (medium), dan merah (fast). Ini untuk menyesuaikan dengan berbagai tingkat pemain dan kondisi lapangan.
Bola padel sangat mirip dengan bola tenis. Namun, tekanannya sedikit lebih rendah dan ukurannya sedikit lebih kecil.
Peraturan International Padel Federation (FIP) menetapkan bahwa bola padel harus terbuat dari karet. Warnanya kuning atau putih.
Diameternya harus antara 6,32 cm hingga 6,77 cm. Beratnya antara 56 hingga 59 gram.
Lapangan
Perbedaan squash dan padel juga terletak pada desain lapangan. Lapangan padel dikelilingi oleh empat dinding dan pagar yang terintegrasi ke dalam permainan. Lapangan squash menghilangkan jaring dan memiliki empat sisi yang dibatasi oleh dinding.
Lapangan squash berukuran panjang 9,75 m dan lebar 6,4 m (13,72 m panjang dan 7,62 m untuk ganda). Lapangan ini dikelilingi oleh empat dinding. Permukaannya umumnya terbuat dari kayu atau bahan sintetis.
Warnanya seragam dan terang untuk kontras dengan bola squash yang kecil dan berwarna gelap. Lapangan ini memiliki garis luar di bagian atas dinding depan, serta di dinding samping dan belakang.
Desain yang sepenuhnya tertutup ini penting untuk squash. Ini memungkinkan pemain menggunakan dinding dalam permainan cepat. Ini juga membutuhkan kelincahan dan pemikiran strategis.
Lapangan padel adalah persegi panjang berukuran 10 m x 20 m dan dipisahkan di tengahnya oleh jaring. Permukaan lapangan bisa berupa beton berpori dan semen, rumput sintetis, atau karpet. Warnanya biasanya hijau, biru, atau coklat tanah.
Fitur paling mencolok di lapangan padel adalah dinding yang mengelilinginya (dengan tinggi minimum tiga meter setiap sisi). Dinding ini bisa terbuat dari kaca, akrilik, atau semen. Bola diizinkan memantul dari dinding selama permainan, asalkan bola memantul di lantai terlebih dahulu.
Sistem Penilaian dan Gameplay
Sistem penilaian dalam squash dan padel juga memiliki ciri khas. Penilaian squash dapat mengikuti sistem tradisional atau point-a-rally (PAR). Dalam penilaian tradisional, poin hanya dicetak oleh server.
Dalam PAR, yang digunakan dalam permainan profesional, poin dapat dicetak terlepas dari siapa yang melakukan servis. Pertandingan biasanya adalah best-of-five game.
Setiap game dimainkan hingga 11 poin. Seorang pemain harus menang dengan selisih dua poin bersih. Ini membuat setiap rally menjadi krusial.
Padel mengadopsi sistem penilaian yang sama dengan tenis. Poin dihitung sebagai 15, 30, 40, dan game. Set dimainkan hingga enam game. Margin dua game dibutuhkan untuk menang.
Tiebreak juga digunakan pada skor 6-6. Kerangka penilaian yang familiar ini membantu membuat padel mudah diakses, terutama bagi pemain tenis yang beralih ke atau dari padel. Ini memfasilitasi adaptasi yang mulus terhadap dinamika permainan.
Dalam hal gameplay, squash menuntut gerakan cepat dan tajam dalam ruang yang jauh lebih kecil dan tertutup. Ini meningkatkan kebutuhan akan refleks cepat dan permainan strategis.
Tuntutan teknis meliputi penguasaan cara menggunakan dinding secara efektif. Ini membutuhkan kontrol bola yang tepat dan kemampuan untuk mengantisipasi gerakan lawan.
Hal tersebut bisa menjadi tantangan bagi pemula. Intensitas squash dan kedalaman taktisnya menjadikannya tontonan yang mendebarkan, mirip dengan pertandingan catur berkecepatan tinggi dengan sentuhan fisik.
Dalam padel, berkat keberadaan dinding, permainan lebih mudah. Permainan lebih mudah dikuasai. Padel memiliki teknik yang lebih sederhana daripada tenis.
Pada tingkat amatir, gerakannya lebih lambat daripada squash. Belajar bermain pada level yang layak biasanya membutuhkan waktu yang jauh lebih sedikit.
Ini adalah salah satu alasan mengapa padel saat ini menjadi salah satu olahraga dengan pertumbuhan tercepat secara global. Namun, meskipun padel tidak membutuhkan kemampuan teknis sebanyak itu, pertandingan padel yang bagus adalah tontonan yang layak disaksikan.
Tuntutan Fisik dan Potensi Cedera
Terakhir, perbedaan squash dan padel berikutnya adalah potensi cedera. Pemain squash membutuhkan kelincahan dan refleks yang luar biasa. Ini untuk mengelola kecepatan cepat dan ruang kecil lapangan.
Persiapan fisik berfokus pada pembangunan gerakan eksplosif dan fleksibilitas untuk permainan yang ketat. Stamina mental dan pemikiran strategis cepat sangat penting. Ini ideal untuk pemain yang berkembang dalam tantangan fisik dan mental berkecepatan tinggi.
Dalam squash, cedera umum seringkali melibatkan punggung bawah, lutut, dan siku. Hal itu karena putaran, lunges, dan perubahan arah yang intens dan berulang. Pemain perlu sangat memperhatikan tekanan yang diberikan pada area-area ini selama bermain.
Padel membutuhkan koordinasi yang baik dan reaksi cepat. Ini karena lapangannya lebih kecil dan ada permainan dinding. Latihan harus menekankan kelincahan dan presisi. Ini penting untuk memanfaatkan dinding secara efektif serta kerja sama tim untuk berkomunikasi dengan baik dengan pasangan.
Dalam padel, pemain sering mengalami cedera pergelangan kaki, cedera pergelangan tangan, dan ketegangan otot. Ini karena pivot cepat olahraga, interaksi dinding, dan penggunaan paddle padat.
Ukuran lapangan yang lebih kecil meningkatkan kemungkinan perubahan arah yang tiba-tiba. Ini mengharuskan pemain untuk menjaga kelincahan dan menggunakan strategi pencegahan untuk menghindari cedera umum.
Itulah perbedaan-perbedaan squash dan padel. Jadi, olahraga mana yang menurut Anda lebih cocok untuk pemula, squash atau padel?