BOLASPORT.COM - Piala Presiden 2025 bukan hanya soal siapa yang juara. Turnamen ini jadi ujian nyata untuk mengukur prestasi klub Indonesia untuk menghadapi lawan asing dan keluar dari zona nyaman.
Piala Presiden 2025 sudah selesai dan klub asal Thailand Port FC keluar sebagai juara setelah mengalahkan tim asal Inggris Oxford United.
Dalam laga puncak Port FC sukses menaklukan Oxford United 2-1 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Minggu (13/7/2025).
Hasil ini membuat catatan sejarah baru, karena untuk pertama kalinya sejak edisi perdana 2015 lalu, klub luar negeri yang sukses memenangkan turnamen pramusim ini.
Turnamen pramusim Piala Presiden 2025 ini dikemas lebih menarik karena melibatkan lawan-lawan asing yang membawa warna, gaya, dan tantangan berbeda.
Namun, ini bukan hanya turnamen biasa, tetapi ada ambisi besar di balik keterlibatan klub asing dalam turnamen ini.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjelaskan bahwa keterlibatan klub asing di Piala Presiden 2025 ini bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun daya saing sepak bola nasional.
Tak bisa dipungkiri bahwa peringkat Liga Indonesia masih berada di bawah negara ASEAN lainnya.
Thailand masih menjadi negara dengan peringkat terbaik dan berada di posisi kedelapan di Asia.
Mantan pemilik Inter Milan tersebut ingin memperbaiki peringkat Liga Indonesia dan tentu saja ia mencari cara agar klub mampu bersaing di kompetisi internasional.
Apalagi musim sebelumnya wakil Indonesia di Asia tak bisa berbuat banyak, meski Madura United bisa dibilang berhasil menyelamatkan muda Indonesia.
Pasalnya, Madura United berhasil melaju hingga ke semifinal AFC Challenge League 2024/2025, saat Persib Bandung gagal di AFC Champions League Two dan tersingkir di penyisihan grup.
Untuk itu, PSSI mendorong agar klub Liga 1 terus berkembang, sehingga diharapkan wakil Indonesia yakni Persib dan Dewa United musim ini bisa berbicara banyak
“Sebenarnya, cita-citanya dengan adanya Piala Presiden kita mengundang klub dari luar negeri maksudnya ada dua. Satu, membina hubungan dengan klub-klub yang mempunyai pemain kita di luar negeri,” ujar Erick Thohir saat ditemui awak media di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Sabtu (5/7/2025).
“Tadinya, saya berharap dari Belanda datang. Dan kedua, kita ingin coba klub-klub kita itu kalau melawan tim luar negeri itu seperti apa kualitasnya.”
Menurutnya, pertanyaan soal kualitas liga Indonesia tidak cukup dijawab dengan duel antarklub lokal saja.
Akan tetapi, uji tanding yang konkret yakni melawan klub asing di turnamen resmi adalah jawabannya.
“Jadi, kita hanya bisa mendorong Liga harus terus berkembang. Kita ingin mencoba mengukur seperti apa kualitas daripada klub-klub kita dibandingkan klub-klub yang ada di luar negeri,” ucapnya.
Ini selaras dengan pernyataan Ketua Steering Committe (SC) Piala Presiden 2025 Maruarar Sirait yang sejak awal mengungkapkan alasan melibatkan klub asing.
Ia ingin klub Indonesia terbiasa menghadapi lawan asing, agar iklim kompetisi tumbuh lebih sehat dan mental pemain makin terasah.
“Alasannya, saya rasa ini bagus supaya kita juga makin banyak bertanding dengan tim luar negeri sebagai (bagian dari persiapan) Tim Nasional kita,” kata Maruarar Sirait.
“Dengan begitu, klub-klub kita juga sudah terbiasa main sama klub-klub asing,” tegasnya.
Melibatkan klub asing pun membuat beberapa pemain menyambut dengan baik turnamen ini dengan baik karena bisa menghadirkan atmosfer buat mengasah tim.
Salah satunya Witan Sulaeman yang tergabung dalam Liga Indonesia All Star yakni tim yang dibentuk berdasarkan pilihan penggemar sepak bola Tanah Air.
Witan Sulaeman menyambut baik turnamen ini karena memberikan atmosfer bebeda.
Namun, pemain Persija Jakarta itu juga melempar kritikan karena jumlah peserta Piala Presiden 2025 yang hanya diikuti oleh enam klub yakni Persib Bandung, Dewa United, Arema FC, Port Fc, Oxford United, dan Liga Indonesia All Star.
Mantan pemain Radnik Surdulica tersebut menyentil format turnamen ini karena pada edisi 2017 dan 2019 jumlah peserta sempat mencapai 20 klub.
Witan Sulaeman menili atmosfer seperti ini menrutnya penting dirasakan lebih luar oleh semua pemain agar pengaruhnya terhadap prestasi jadi nyata.
“Tentunya sebagai pemanasan untuk memulai Liga, ini juga bagus. Tapi, kalau menurut saya pribadi lebih bagus lagi diputar untuk semua klub di Liga Indonesia, biar semua pemain merasakan atmosfer ini,” kata Witan Sulaeman.
Rahmad Darmawan yang dipercaya menukangi Liga Indonesia All Star mengaku senang karena turnamen ini melibatkan klub luar negeri.
Pelatih kawakan itu mengatakan bahwa uji coba melawan klub asing bukan hal baru. Justru tradisi lama yang sempat hilang dan kini kembali.
Oleh karena itu, gelaran Piala Presiden 2025 ini dinilai bagus, karena ini turnamen bukan hanya soal pemain menghadapi tekanan dan ekspektasi saja.
Namun, turnamen Piala Presiden ini juga bisa menjadi kesempatan menguji karakter pemain sebelum kompetisi mulai.
“Saya berterima kasih karena pemain bisa merasakan international match seperti ini. Dulu waktu saya masih main, setiap kota bikin turnamen, ada di Medan, Makassar, ngundang tim-tim besar,” jelas Rahmad Darmawan.
“Harapan saya, kembali dihidupkan. Di Piala Presiden mendatang, undang tim yang lebih bagus lagi karena ini penting membangun konfidensi pemain.”
Apresiasi tak hanya datang dari pelatih Indonesia, tapi dari tim luar negeri Pelatih Port FC Alexandre Torreira da Gama yang menilai Piala Presiden 2025 merupakan kompetisi level tinggi.
Pelatih asal Brasil ini tak hanya puas karena Port FC meraih gelar juara Piala Presiden 2025 saja.
Namun, ia merasa puas karena kualitas pertandingan yang mereka hadapi.
“Kami datang ke sini untuk mencoba menjadi juara dan kami pulang dengan medali dan trofi,” kata Alexandre Gama.
“Kami bermain melawan juara Indonesia (Persib), tim peringkat dua (Dewa United), dan klub Inggris (Oxford United). Ini level yang sangat berbeda dengan sepak bola Thailand atau Indonesia. Tapi kami selalu menunjukkan organisasi yang baik dan semangat besar.”
Untuk itu, setelah merasakan atmosfer pertandingan yang luar biasa ini, Gama pun berharap bisa kembali bermain di Piala Presiden berikutnya.
“Kami senang. Seperti yang saya bilang, ini kompetisi yang sangat kuat, levelnya sangat tinggi. Saya harap kami diundang lagi, karena ini kompetisi yang bagus. Dan saya pikir, tim juara layak untuk kembali,” ungkapnya.
Sementara itu, Presiden Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) sekaligus pemilik Port FC Nualpham Lamsam yang dikenal Madam Pang melihat bahwa turnamen ini bukan hanya soal pertandingan saja.
“Saya bisa katakan bahwa ini adalah pengalaman yang sangat baik bagi Port FC. Saya merasakan adanya persahabtan dan rasa saling menghormati yang sangat baik antara Indonesia dan Thailand,” ucap Madam Pang.
Sementara itu, pelatih Oxford United Gary Rowett mengakui bahwa timnya memang gagal membawa pulang gelar juara Piala Presiden 2025 ini.
Namun, ia memastikan bahwa para pemainnya pulang dengan membawa kesan yang mendalam karena dapat pengalaman luar biasa dengan melihat antusiasme suporter Indonesia.
“Saya pikir secara keseluruhan ini adalah pengalaman yang berharga. Secara keseluruhan, Anda bisa melihat anak-anak di Indonesia berselebrasi dengan pemain. Lalu, penonton di turnamen ini selama dua pekan,” tutur Gary Rowett.
“Ini adalah pengalaman yang berharga dari aspek kami. Para fans juga sangat brilian. Jadi, banyak hal positif yang kami bawa pulang.”
Walaupun turnamen Piala Presiden 2025 ini berlangsung dengan gegap gempita, tetapi sebenarnya tak semua berjalan mulus.
Pasalnya, tak hanya Witan Sulaeman yang melempar kritikan, tetapi pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak pun menyampaikan catatan penting.
Bojan Hodak mengkritik soal jadwal turnamen pramusim Piala Presiden 2025 yang dinilai digelar tidak pada waktu yang tepat.
Ini karena banyak klub yang baru memulai latihan, sehingga ia ingin semua pihak bisa melihat kesiapan teknis dan perlindungan pemain agar upaya mengukur prestasi itu bisa tepat sasaran.
“Saya sudah bilang musim lalu, Piala Presiden datang di waktu yang kurang pas. Kalau digelar akhir Juli, itu sempurna. Tapi, sekarang, yang penting tidak ada pemain cedera,” kata Bojan Hodak usai Persib gagal lolos ke semifinal Piala Presiden 2025.
Piala Presiden 2025 telah selesai. Tetapi warisan yang ditinggalkan lebih dari sekedar siapa yang menang.
Pasalnya, yang tersisa adalah kesadaran bahwa prestasi sejati datang ketika klub Indonesia diuji secara terbuka, dan tak lagi sekedar bermain dalam ekosistemnya sendiri.
Ini bisa menjadi cerminan klub Indonesia saat melawan tim luar negeri, karena kita bisa melihat refleksi lebih jujur siapa kita sekarang dan ke mana kita harus melangkah.
Turnamen pramusim Piala Presiden 2025 ini pun bisa menjadi pelajaran berharga bagi Persib dan Dewa United, dua wakil Indonesia di kompetisi Asia nanti.
Meski gagal mencapai puncak, keduanya mendapat pengalaman penting yang sejalan dengan misi PSSI dan penyelenggara turnamen mengukur dan mengasah kualitas klub Indonesia di level yang lebih tinggi.