Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama dengan Guru Lain?
Moh. Habib Asyhad July 16, 2025 12:34 PM

Artikel ini tentang bagaimana menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain. Semoga bermanfaat.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Experiential learning sudah menjadi ciri khas beberapa sekolah yang ada di Indonesia saat ini. Adalah model pembelajaran berbasis pengalaman.

Lalu bagaimana menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain? Artikel ini akan mencoba untuk membantu para guru mencari jawabannya.

Apa itu experiential learning?

Mengutip Intisari Online, secara garis besar, experiential learning adalah pembelajaran berbasis pengalaman. Ia adalah metode pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung sebagai sumber utama pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam aktivitas nyata dan mendorong mereka untuk merefleksikan dan mengaitkan pengalaman tersebut dengan konsep-konsep yang dipelajari.

Mengutip Gramedia.com, experiential learning (EL) adalah metode pembelajaran melalui pembentukan pengalaman peserta didik. Metode ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai keberhasilan dengan memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pengalaman apa yang akan mereka fokuskan, keterampilan apa yang ingin mereka tingkatkan, dan dari situ, bagaimana mereka membuat suatu konsep dari pengalaman yang telah mereka alami itu.

EL adalah sebuah proses pembelajaran, proses melakukan perubahan yang memanfaatkan pengalaman sebagai media pembelajaran atau belajar. Experiential learning fokus pada proses belajar yang dilakukan tiap-tiap individu. Experiential learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menempuh proses refleksi, dan juga menempuh suatu proses pembuatan makna dari pengalaman nyata.

Yang harus diperhatikan dalam experiential learning

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan experiential learning, di antaranya adalah:

1. Harus ada perencanaan yang matang

EL tak bisa dilakukan secara spontan, ia harus dipersiapkan dengan matang, semata-mata peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu, dengan perencanaan, materi bisa diberikan dengan tepat sasaran.

2. Harus punya tujuan yang jelas

Jika sudah ada perencanaan, artinya ada tujuan yang jelas. Bagaimanapun juga, metode EL tanpa tujuan yang jelas juga akan percuma. Dengan tujuan yang jelas, proses belajar akan menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus memberikan dampak pembelajaran yang berarti.

3. Guru harus terlibat aktif

Metode EL tak bisa dilakukan oleh siswa sendiri, tetap harus ada peran guru di dalamnya. Tugas guru tentu saja sebagai instruktur, pembimbing, dan temat diskusi yang bisa diandalkan.

Langkah-Langkah Melakukan Experiential Learning

Setidaknya ada tiga langkahdalam metode pembelajaran experiential learning:

1. Kegiatan Persiapan

- Pendidik merumuskan sebuah rencana pengalaman pembelajaran yang memiliki target tertentu dan bersifat terbuka atau open minded.

- Pendidik memberikan motivasi dan rangsangan kepada peserta didik.

2. Kegiatan Inti (Eksplorasi dan Elaborasi)

- Para peserta didik bekerja secara individu atau ditempatkan dalam sebuah kelompok, lalu mereka akan belajar dari pengalaman yang mereka alami.

- Para peserta didik ditempatkan pada berbagai situasi nyata, artinya para peserta didik mampu memecahkan masalah yang nyata terjadi, bukan dalam peristiwa lain atau pengganti.

- Peserta didik aktif terlibat dalam pengalaman yang ada, lalu mereka akan membuat sebuah keputusan, dan menerima konsekuensi atas keputusan yang mereka buat.

3. Kegiatan Penutup

- Pada kegiatan yang terakhir ini, seluruh peserta didik akan menceritakan kembali pengalaman mereka yang terkait dengan teori atau hal yang menjadi materi pembelajaran, untuk memperluas pengalaman dan pemahaman pembelajaran peserta didik.

Bagaimana menerapkan experiential learning bersama guru lain?

Mengutip Tribunnews.com, penerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama guru lain dapat dilakukan melalui kolaborasi lintas mata pelajaran yang mengedepankan pengalaman nyata sebagai sumber belajar. Guru dapat merancang proyek terpadu yang melibatkan murid dalam kegiatan langsung, seperti studi lapangan, simulasi, atau aksi sosial yang relevan dengan materi pelajaran.

Sebagai contoh, guru Pendidikan Pancasila berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia dan Seni Budaya dalam proyek kampanye nilai-nilai kebangsaan yang diwujudkan dalam bentuk poster, artikel, dan pementasan. Setelah kegiatan, murid diajak merefleksikan pengalaman mereka secara terpadu dan menarik kesimpulan dari proses yang dijalani.

Kolaborasi semacam ini memperkuat pemahaman murid, membangun keterampilan sosial emosional, serta menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan kontekstual.

Penerapakan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain bisa juga seperti ini:

1. Perencanaan Bersama (Co-Planning)

Duduk bersama untuk menyusun tema pembelajaran bersama atau proyek lintas mata pelajaran.

Tentukan:

- Kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran.

- Tujuan pembelajaran bersama.

- Pengalaman belajar konkret yang akan diberikan kepada siswa.

- Bentuk penilaian kolaboratif.

2. Merancang Pengalaman Konkret (Concrete Experience)

Rancang kegiatan nyata atau simulatif yang bisa melibatkan banyak aspek pembelajaran.

Bisa berupa:

- Kunjungan lapangan

- Simulasi sosial

- Diskusi kasus nyata

- Proyek berbasis masalah nyata (PBL)

3. Fasilitasi Refleksi Bersama (Reflective Observation)

4. Menghubungkan dengan Konsep (Abstract Conceptualization)

Menerapkan experiential learning (EL) secara kolaboratif bersama guru lain dapat sangat memperkaya pengalaman belajar siswa dan efektivitas pengajaran. Berikut adalah beberapa langkah dan pertimbangan:

Pertama, identifikasi tujuan dan materi yang terhubung antar mata pelajaran. Carilah topik atau proyek yang memungkinkan integrasi berbagai disiplin ilmu. Misalnya, proyek "Menyelamatkan Lingkungan Sungai Lokal" bisa melibatkan guru IPA (ekosistem, polusi), guru Bahasa Indonesia (laporan observasi, kampanye), guru Matematika (analisis data polusi), dan guru Seni (poster, instalasi). Ini memungkinkan siswa mengalami masalah secara holistik.

Kedua, sepakati peran dan tanggung jawab masing-masing guru dalam siklus Kolb. Guru IPA mungkin memfasilitasi Concrete Experience melalui observasi langsung di sungai. Guru Bahasa Indonesia memandu Reflective Observation melalui sesi jurnal dan diskusi. Guru Matematika dan Seni membantu pada tahap Abstract Conceptualization saat siswa menganalisis data dan merumuskan solusi kreatif. Guru IPA dan Bahasa Indonesia kembali memfasilitasi Active Experimentation saat siswa merancang dan melaksanakan kampanye atau solusi kecil. Pembagian peran ini membuat penerapan lebih terstruktur dan efisien.

Ketiga, jadwalkan sesi perencanaan dan refleksi bersama secara rutin. Penting bagi guru-guru yang berkolaborasi untuk bertemu secara berkala. Dalam sesi perencanaan, mereka bisa menyinkronkan kurikulum, membagi tugas, dan mengantisipasi tantangan. Setelah implementasi, sesi refleksi bersama akan membantu mengevaluasi efektivitas kegiatan, mengidentifikasi pembelajaran siswa, dan merencanakan perbaikan untuk siklus berikutnya. Ini juga menjadi ajang peer learning antar guru.

Keempat, manfaatkan beragam keahlian guru untuk memperkaya pengalaman siswa. Setiap guru memiliki kekuatan dan perspektif unik. Guru olahraga bisa mendesain permainan yang melatih kerjasama tim (KSE), guru TIK bisa membantu penggunaan teknologi untuk presentasi hasil, dan seterusnya. Keragaman ini memperkaya dimensi pengalaman yang diterima siswa.

Dengan kolaborasi yang solid, experiential learning tidak hanya menjadi metode mengajar, tetapi juga sebuah pendekatan holistik yang menembus batas-batas mata pelajaran, memungkinkan siswa belajar secara mendalam melalui pengalaman nyata, didukung oleh beragam keahlian dari tim guru yang solid.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.