Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Muslim Mahardika mendukung pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan campuran aspal untuk pembangunan jalan yang tengah didorong Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

"Ini bisa menjadi solusi jangka panjang dalam penanganan sampah plastik, khususnya kantong plastik yang selama ini sulit didaur ulang," ujar Muslim dalam keterangannya di Yogyakarta, Rabu.

Ia mengatakan kantong plastik berasal dari minyak bumi, sama halnya dengan aspal yang merupakan residu pengolahan minyak sehingga keduanya dapat dikombinasikan dalam komposisi yang tepat untuk menghasilkan manfaat ganda.

"Campuran dengan persentase sebanyak enam persen plastik ke dalam aspal dinilai efektif, dan dapat mengurangi jumlah sampah plastik secara signifikan," katanya.

Muslim menyampaikan bahwa sejak 2019, ia bersama tim di UGM telah mengembangkan mesin pencacah plastik yang dirancang sederhana agar bisa digunakan masyarakat umum. Mesin itu tidak dilengkapi fitur kompleks sehingga mudah dioperasikan siapa pun.

Ia mencontohkan penerapan hasil dari hibah mesin pencacah plastik berkolaborasi bersama swasta di wilayah Kulon Progo, masyarakat dapat mengumpulkan kantong plastik bekas untuk dicacah, lalu dikirim ke Kementerian PUPR sebagai bahan campuran aspal.

Meski begitu, ia mengakui tantangan tetap ada, terutama dari keberadaan sisa non-plastik seperti kerikil atau paku yang masih menempel pada sampah dan berpotensi merusak mesin pencacah.

Namun, menurut Muslim, penggunaan plastik dalam aspal tetap lebih ramah lingkungan dibandingkan jika dibiarkan mencemari laut.

"Kalau tidak digunakan, plastik kresek justru lebih berbahaya bagi ekosistem," ujarnya.

Menurut dia, jika program itu diperluas secara nasional, bukan tidak mungkin sampah plastik bisa berubah menjadi komoditas bernilai, mengingat kebutuhan material aspal di Indonesia yang sangat besar.

Muslim menilai kolaborasi lintas sektor sangat penting agar program inovasi tersebut berkelanjutan.

"Universitas bisa menyumbang inovasi, industri mendukung penerapan, pemerintah daerah membuat regulasi dan kebijakan, dan masyarakat memilah serta mengumpulkan plastik. Jika perlu, mereka mendapat insentif dari bank sampah," ujar dia.