TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Daun jati yang awalnya hanya jadi sampah saja, ternyata dari tidak ternilai itu bisa dimanfaatkan oleh Muhammad Chasan Asykari (26) warga Desa Ngabul, Kecamatan Jepara, menjadi barang bernilai rupiah yang tinggi dan ada nilai seninya.
Berbekalkan suka menggambar, Chasan ingin mencoba menciptakan lukisan yang berbeda dengan lainnya, namun dengan memanfaatkan barang yang disekitar.
Sekiranya bulan Desember tahun 2022 menjadi awal Chasan mencoba menggambar sosok gurunya yang sempat membimbing dirinya saat menempuh pendidikan di Matholiul Huda Bugel.
Dia mengatakan alasan dirinya mengambar gurunya lantaran, kagum dengan sosok beliau, dan mengenang jasa yang telah diberikan kepada dirinya.
Sejak saat itu pula, membuat Chasan menjadi semangatnya untuk menekuni seni lukis.
Waktu itu pula Chasan menggabar sosok gurunya dengan mengunakan media kertas dan pena.
Belum menggunakan daun jati.
"Waktu itu ketika guru saya meninggal dunia, saya membuat lukisan untuk mengenang beliau. Karena saya pikir waktu itu lukisan wajah kan banyak yang minat dan banyak membeli, entah untuk diri sendiri atau kado," kata Chasan kepada Tribunjateng, Rabu (23/7/2025).
Setelah itu, Chasan mencoba untuk berkreasi untuk memanfaatkan beberapa media, seperti pasir, ataupun serbuk kayu.
Namun karena keterbatasan jarak dan susah untuk didapat, akhir Chasan memcoba memutar otak kembali.
Akhirnya, melihat banyaknya sampah daun jati yang berserakan didekat rumahnya.
Ia pun mencoba memanfaatkan daun jati yang ada.
Sebelum memutuskan menggunakan media daun jati, Chasan juga belajar dari internet terlebih dahulu untuk bisa memanfatkan daun jati.
"Karena laut jauh dari rumah saya, terus serbuk kayu lumayan sulit, dan menggunakan daun jati yang mudah di dapat dan gratis," ungkapnya.
Sudah merasa mantab dengan yang didapatkan, awalnya Chasan mencoba mempraktikan mencoba membuat gambar wajah ponakannya sendiri.
Dirasa sudah mulai bisa memanfaatkan daun jati, rasa keinginan Chasan mulai tumbuh untuk menggambar tokoh yang lain.
Chasan pun berhasil membuat gambar tokoh sosok ulama karismatik yaitu, Mbah Maemon Zubair.
Bagi dia, gambar Mbah Maemon menjadi gambaran daun jati yang cukup berkesan.
Menurutnya di awal karirnya, dirinya bisa mengambar sosok idolannya di daun jati.
Meskipun saat ini sudah cukup lihai mengambar di daun jati, kadsng Chasan masih cukup kesulitan.
Sebelum daun jati bisa digambar kata dia, perlu melalui proses tahapan, daei diremdak terlebih dahulu, supaya daun bisa sedikit melunak dan tidak mudah pecah.
Setelah itu, daun ditekan menggunakan buku atau benda berat lain agar permukaannya rapi.
Selanjutnya proses mengambar sketsa terlebih dahulu, setelah itu baru melalui prosea cutting dengan menggunakan cater kecil secara perlahan.
“Hal yang sulit itu saat mengcutting, karenna kalau tidak hati-hati lukisan bisa rusak,” ujarnya.
Dia menuturkan perlu membutuhkan waktu beberapa bulan untuk bisa membuat lukisan di daun jati.
Berbekalkan pengalaman yang ada, pria yang juga sebagai guru Madrasah di satu di antara di Kabupaten Jepara ini hanya memperlukan beberapa hari saja untuk bisa menghasilkan lukisan daun jati.
"Rata - rata 2-3 hari sudah selesai tapi itu tergantung juga dengan tingkat kesulitan dan berapa banyak wajah di daun jati," tuturnya.
Melihat tingkat kesulitan dan proses yang cukup panjang, lukisan daun jati Chasan dijual dengan harga cukup murah.
Mulai dari Rp 220 ribu hingga Rp 520 ribu per buah.
Dia menuturkan, karyanya sudah menjangkau ke luar Kabupaten Jepara.
Ia mengakui sempat mendapatkan pesanan dari Kalimantan Selatan, dengan menggambar wajah Bupati Hulu Sungai Selatan.
Hingga kini, sudah ratusan lukisan yang berhasil ia buat dan dipasarkan melalui akun media sosial miliknya dengan nama 'Lukisan Daun Jati Jepara'.
Karyanya tidak hanya bernilai estetika, tapi juga menjadi simbol transformasi limbah menjadi karya seni penuh makna.
“Yang paling jauh pemesanan dari Kalimantan Selatan dan yang paling bermakna saat melukis Mbah Maemon, karena pas waktu lukis beliau sudah meninggal,” tutupnya. (Ito)