Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, stres kerja burnout syndrome atau occupational stress menjadi masalah umum yang berdampak langsung pada produktivitas dan kesehatan mental. Stres ini muncul akibat tekanan emosional berlebih dari berbagai tuntutan pekerjaan.
Jika tidak ditangani, stres dalam pekerjaan bisa berkembang menjadi stres kerja burnout syndrome, sebuah kondisi kelelahan fisik dan emosional yang serius dan mengganggu kualitas hidup.
Maka dari itu, penting bagi Anda untuk memahami apa itu stres kerja, mengenali gejalanya, dan mengetahui cara tepat untuk mengatasinya.
Stres kerja adalah kondisi stres yang muncul akibat tekanan pekerjaan yang terus-menerus. Faktor penyebabnya bisa beragam, antara lain:
Beban kerja berlebihan
Minimnya dukungan dari atasan atau rekan kerja
Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
Ketika stres berlangsung dalam jangka panjang tanpa solusi yang efektif, hal ini dapat memicu burnout yang menyebabkan tubuh kelelahan, motivasi menurun, dan emosi jadi tidak stabil.
Stres di lingkungan kerja dapat dikenali melalui berbagai gejala fisik dan emosional. Gejala fisik yang umum meliputi kelelahan yang berkepanjangan, sakit kepala atau migrain, nyeri otot di leher dan punggung, gangguan pencernaan seperti sakit perut atau diare, gangguan tidur, serta peningkatan konsumsi alkohol atau rokok.
Secara emosional dan psikologis, stres kerja ditandai dengan perasaan cemas yang berlebihan, mudah marah atau tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, merasa kewalahan dan sering menunda-nunda pekerjaan. Selain itu, hilangnya motivasi, semangat kerja yang menurun, dan kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial juga menjadi ciri yang perlu diwaspadai.
Menurut laporan dari American Psychological Association, sekitar 79% pekerja di Amerika Serikat mengalami stres akibat pekerjaan. Dari jumlah tersebut, tiga dari lima pekerja mengaku merasakan dampak negatif seperti kelelahan dan penurunan motivasi yang signifikan.
Jam kerja panjang dan tuntutan multitasking bisa memicu kelelahan dan stres.
Minimnya dukungan dari atasan atau rekan kerja memperburuk tekanan psikologis.
Adanya perselisihan, pelecehan, atau bullying menciptakan ketidaknyamanan kronis.
Ketidakjelasan tanggung jawab kerja bisa menyebabkan kebingungan dan stres mental.
Faktor seperti pencahayaan minim, kebisingan, atau suhu yang tidak nyaman juga berkontribusi pada stres.
Work-life balance yang terganggu memperbesar risiko gangguan kesehatan mental.
Mengelola stres kerja tidak selalu butuh hal besar, istirahat sejenak, membaca berita positif, menikmati secangkir kopi/teh bisa jadi langkah awal. (Ilustrasi foto: generate image by AI)
Mengelola stres kerja bukanlah hal instan, namun ada beberapa strategi praktis yang bisa Anda terapkan:
Fokus pada tugas utama dan kerjakan satu per satu. Multitasking justru bisa memicu stres dan kesalahan.
Jika beban pekerjaan terasa berat, sampaikan kepada atasan atau tim. Dukungan sosial sangat membantu mengurangi tekanan.
Olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan cukup tidur adalah bagian dari perawatan diri (self-care). Tambahkan aktivitas relaksasi seperti meditasi untuk menenangkan pikiran.
Break singkat dapat menyegarkan fokus dan meningkatkan semangat kerja.
Liburan adalah waktu untuk detoks mental. Gunakan untuk rehat dari tekanan pekerjaan agar bisa kembali lebih segar.
Jika stres kerja semakin memburuk dan mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor profesional. Langkah ini bisa menjadi titik awal pemulihan yang efektif.
Stres kerja adalah masalah yang umum namun tidak boleh diabaikan. Mengenali tanda-tanda fisik dan emosional sejak dini dapat membantu Anda mengambil langkah tepat sebelum stres berkembang menjadi burnout.
Dengan mengelola pekerjaan secara bijak, menjaga kesehatan mental, serta menjaga komunikasi yang sehat di lingkungan kerja, Anda bisa menghadapi tekanan kerja dengan lebih baik dan tetap produktif setiap hari. (*)