Ibu Satria Menanti Sambil Tatap Foto di Dinding
M Syofri Kurniawan July 24, 2025 07:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Suasana di gang sempit Kupangdukun, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu (23/7) siang, tampak tenang. 

Hanya deru kendaraan dari jalan raya Semarang-Yogyakarta yang terdengar dari kejauhan, sesekali memecah keheningan lingkungan yang sehari-harinya dikenal damai. 

Di antara deretan rumah dalam gang yang hanya bisa dilalui satu mobil dan satu motor, terdapat sebuah rumah, tempat Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Korps Marinir TNI AL yang kini tengah menjadi sorotan nasional karena bergabung dengan tentara bayaran di Rusia, menghabiskan masa kecilnya. 

Pintu rumah di gang sempit itu tertutup rapat, tidak ada tanda aktivitas dari luar, hanya suara samar-samar terdengar dari dalam.

Ibunya, yang enggan diwawancara, memilih berbicara lewat diam. 

Dalam kesunyian ruang tamu, foto-foto Satria saat berseragam marinir masih terpajang dalam pigura, seolah tak pernah kehilangan tempat.

Tatapan ibunya berkaca-kaca saat memandangi potret anak yang kini entah kapan bisa kembali.

Harapan itu belum pudar, ia terlihat percaya pada waktu dan pada pihak-pihak berwenang yang suatu saat bisa mengembalikan anaknya ke Indonesia. 

Di tengah sepinya rumah dan padatnya warung-warung di luar gang, terdapat satu perasaan yang tak bisa dibendung, yakni rindu seorang ibu yang tak terucap.

Satu di antara tetangga sekaligus teman kecil Satria, Bangun Prihanto (41), masih ingat betul kenangan masa kecil mereka.

Baginya, kabar Satria menjadi tentara bayaran di Rusia datang seperti badai di siang bolong.

Tak ada yang menyangka, anak gang sempit itu kini terlibat dalam konflik internasional.

Rumah mereka hanya terpaut tiga bangunan. 

Hampir setiap hari mereka bermain bersama, berbagi jalan hidup dari Taman Kanak-kanak (TK), sempat berpisah di bangku SMP, kemudian kembali bertemu di SMK yang sama.

"Kami sekolah di TK Virgo, SDN Kupang 01, saya SMPN 02 dan dia SMPN 01 Ambarawa, dan terakhir kami bareng lagi di SMK Dr Tjipto," tuturnya. 

Daya juang tinggi

"Orangnya punya daya juang tinggi, dari dulu cita-citanya mau jadi tentara, dan dia wujudkan itu,” sambungnya, sambil mengenang sosok Satria yang dikenal supel dan mudah bergaul.

Bangun menuturkan, terakhir kali bertemu Satria sekitar setahun lalu, sebelum keberangkatan ke Rusia.

Saat itu, Satria tengah bertugas di Kalimantan, dan sempat pulang ke Ambarawa. 

Mereka sempat nongkrong bersama, membicarakan masa lalu dan kehidupan militer.

“Waktu itu dia masih jadi tentara aktif. Setelah itu, saya nggak dengar kabarnya lagi hingga ramai di internet,” bebernya.

Dari informasi yang beredar, istri Satria kini bertempat tinggal di Cilacap bersama anaknya.

Satria juga sempat mengunggah tangkapan layar obrolan melalui pesan dengan anaknya.

Pesan itu berisi anaknya yang menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada Satria.

Adapun, Kepala SMK Dr Tjipto Ambarawa, Budi Raharjo membenarkan Satria adalah satu di antara alumni sekolah yang dia pimpin, lulus pada tahun ajaran 2004/2005 dari jurusan Otomotif (dahulu Teknik Mesin).

Meski belum menjabat sebagai kepala sekolah saat itu, Budi menggali informasi dari guru-guru lama yang pernah mengajar Satria.

“Anaknya tidak memiliki prestasi yang terlalu menonjol. Tapi anak-anak seperti itu justru setelah lulus justru memiliki nilai lebih di masyarakat,” ucapnya, saat ditemui di ruang kerjanya.

Kini, nama Satria mencuat karena video permohonan maaf dan permintaan pulangnya yang beredar di media sosial.

Dalam video berdurasi dua menit, dia mengaku menyesal menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia, dan berharap dapat kembali ke Indonesia.

“Saya tidak tahu bahwa kontrak itu bisa mencabut kewarganegaraan saya. Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi saya segalanya,” ujar Satria dalam video tersebut. (rez)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.