Awal Mula Perang Thailand-Kamboja
M Syofri Kurniawan July 25, 2025 09:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, PHNOM PENH - Kamis (24/7/2025) pagi waktu setempat, jet tempur F-16 Thailand menjatuhkan bom di perbatasan dengan Kamboja.

Serangan menewaskan sedikitnya delapan orang. 

DilaporkanCNN, komando militer regional ke-2 Thailand di timur laut mengatakan di Facebook bahwa pihaknya mengerahkan jet tempur F-16 ke Kamboja.

Mereka juga mengklaim telah menghancurkan dua unit dukungan militer regional Kamboja.

Kementerian Pertahanan Kamboja mengonfirmasi bahwa jet tempur F-16 Thailand menjatuhkan dua bom di jalan dekat kuil kuno Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO.

“Kamboja berhak membela diri secara sah dan akan menanggapi agresi kekerasan Thailand dengan tegas,” demikian pernyataan kementerian tersebut.

Ia menambahkan, angkatan bersenjata “sepenuhnya siap untuk membela kedaulatan kerajaan dan rakyatnya, apapun akibatnya”.

Serangan udara dari militer Thailand ini terjadi sehari setelah seorang tentara Bangkok kehilangan kaki akibat ledakan ranjau darat di wilayah perbatasan kedua negara.

Thailand dan Kamboja menjalin hubungan yang rumit, baik kerja sama maupun persaingan, selama beberapa puluh tahun terakhir.

Kedua negara bertetangga ini berbagi perbatasan darat sepanjang 800 kilometer, yang sebagian besar dipetakan oleh Prancis ketika menguasai Kamboja sebagai koloni.

Awal mula konflik Thailand-Kamboja terbaru

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru.

Pada 2011, pasukan Thailand dan Kamboja bentrok di daerah sekitar kuil Preah Vihear abad ke-11, mengakibatkan ribuan orang dari kedua pihak mengungsi dan menewaskan sedikitnya 20 orang.

Tahun ini situasi memanas sejak Mei lalu, ketika satu tentara Kamboja tewas dalam baku tembak dengan pasukan Thailand di wilayah sengketa Segitiga Zamrud, perbatasan yang mempertemukan Thailand, Kamboja, dan Laos.

Konflik tersebut kemudian berkembang menjadi krisis diplomatik yang berdampak pada dinamika politik dalam negeri Thailand.

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, diskors dari jabatannya setelah rekaman percakapan pribadinya dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik.

Dalam rekaman tersebut, ia terdengar mengkritik tindakan militer negaranya sendiri dan memanggil Hun Sen dengan sebutan "paman".

Pada Rabu (23/7/2025), bentrokan Thailand dan Kamboja terjadi setelah lima tentara Bangkok terluka akibat ledakan ranjau darat.

Insiden ini mendorong Thailand menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.

Thailand juga menutup seluruh penyeberangan perbatasan dengan Kamboja.

Ketegangan meningkat lagi pada Kamis (24/7/2025) pagi waktu setempat ketika militer Thailand menuduh pasukan Kamboja melepaskan tembakan ke pangkalan militer “Negeri Gajah Putih” itu, yang terletak di dekat kuil Ta Muen Thom, situs perbatasan yang menjadi sengketa kedua negara.

Bangkok juga menuduh Kamboja menembakkan dua roket BM-21 ke wilayah sipil di distrik Kap Choeng, Provinsi Surin, Thailand.

Kementerian Luar Negeri Thailand mengungkapkan, serangan Kamboja terhadap wilayah sipil terus berlanjut sepanjang Kamis, termasuk di rumah sakit di Surin.

Thailand menyebut bahwa Kamboja sebelumnya menerbangkan drone ke wilayah tersebut sebelum mengirim pasukan bersenjata.

Kamboja membantah tuduhan-tuduhan Thailand.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, mengatakan bahwa pasukan negaranya bertindak dalam batas pembelaan diri setelah terjadi pelanggaran wilayah oleh pasukan Thailand. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.