Tangis Dosen UI Dengar Mimpi Anak Kuli Masuk UI Dicibir Guru, SOSOK Pak Dibyo Peraih Rekor MURI
Ferdinand Waskita Suryacahya July 26, 2025 08:30 AM

TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok dosen legendaris Universitas Indonesia (UI) Sudibyo atau akrab disapa Pak Dibyo disorot setelah menangis dengar mimpi anak kuli bangunan di Kupang bernama Margaret.

Margaret berhasil mewujudkan mimpinya setelah diterima Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Pasalnya, Margaret sempat dicibir guru saat mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.

Mendengar perjuangan Margaret, Pak Dibyo tak bisa menahan air matanya saat bertemu langsung dengan Margaret. 

Ia menangis terharu  mendengar cerita perjuangan gadis tersebut dalam meraih impiannya.

Lalu, siapa sosok Pak Dibyo?

Ternyata Pak Dibyo memiliki segudang prestasi. Bahkan pengalaman Pak Dibyo pernah diangkat dalam film dokumenter.

Nama Pak Dibyo sudah tidak asing di telinga mahasiswa UI.

Pada tahun 2007 pengalaman Pak Dibyo sebagai konduktor diabadikan dalam film “The Conductors” sebagai film dokumenter, oleh sutradara Andi Bachtiar Yusuf, Addie MS dan Yuli Somphiel sebagai konduktor suporter klub sepakbola Arema Malang.

Selain itu, prestasi Pak Dibyo yang sangat membanggakan yakni pernah meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) 

Berkat dedikasinya, Paduan Suara Mahasiswa Baru pernah meraih rekor kategori pemrakarsa dan penyelenggara paduan suara dengan peserta terbanyak, yaitu 3.700 mahasiswa.

Penghargaan dari MURI diberikan kepada Rektor UI pada tahun 2005. 

Tahun 2002, pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), UI kembali meraih rekor MURI kategori “Mencanting Batik oleh Mahasiswa Baru Terbanyak” dan “Paduan Suara Mahasiswa Baru Terbanyak”. Piagam MURI tersebut langsung diberikan oleh Pendiri MURI Prof. Dr. (HC). Jaya Suprana kepada Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D., dan diberikan kepada Dibyo sebagai konduktor paduan suara mahasiswa baru terbanyak dengan jumlah 9.000 orang. Pak Dibyo memberikan pesan bagi mahasiswa Universitas Indonesia.

“Cintailah almamatermu dan jadilah orang-orang hebat baik di Indonesia maupun di Dunia,” katanya.

Pak Dibyo selalu terlihat di sebuah acara wisuda di Balairung UI. Di sana ia bertindak sebagai dirigen paduan suara. 

Pak Dibyo juga merupakan seorang pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa UI Paragita dan Vocal Grup UI (Vocademia).

Selain mengajar sebagai dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Pak Dibyo juga menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa di Direktorat Kemahasiswaan UI.  

 

DOSEN UI MENANGIS - Dosen legendaris UI, Sudibyo atau yang biasa dikenal anak-anak UI dengan panggilan Pak Dibyo menangis mendengar kisah perjuangan Margaret, anak di Kupang, NTT, yang berhasil lulus Psikologi UI. (Situs Pascakomunikasi Fisip UI dan Instagram Imam Santoso).
DOSEN UI MENANGIS - Dosen legendaris UI, Sudibyo atau yang biasa dikenal anak-anak UI dengan panggilan Pak Dibyo menangis mendengar kisah perjuangan Margaret, anak di Kupang, NTT, yang berhasil lulus Psikologi UI. (Situs Pascakomunikasi Fisip UI dan Instagram Imam Santoso). (Situs Pascakomunikasi Fisip UI dan Instagram Imam Santoso)

Bagi anak UI, ia merupakan 'legenda hidup'. 

Pak Dibyo sudah berkarier sebagai dosen sejak tahun 1993. 

Semasa mahasiswa, ia sudah memiliki hobi menyanyi dan mengikuti kegiatan paduan suara di kampus. 

Pak Dibyo menjadi dirigen sejak masih kuliah di semester 3, pada saat masa kepemimpinan Rektor UI Nugroho Notosusanto.

Kisah Pak Dibyo di dunia koor kampus

Kisah berawal dari pementasan Paduan Suara UI yang diadakan di Kota Magelang, tempat ia bersekolah. Ia tertarik dan termotivasi untuk mengikuti Paduan Suara UI.

“Mulai sejak saat itu, saya menyukai Paduan Suara UI. Untuk dedikasi sebagai dirigen paduan suara merupakan penyaluran hobi saja, tugas utama di UI ialah sebagai dosen,” ujarnya saat diwawancarai dikutip dari situs resmi Universitas Indonesia. 

Dibyo diberikan peluang oleh Rektor UI untuk memimpin Paduan Suara bagi Mahasiswa Baru sejak tahun 1983. 

“Salah satu motivasi menjadi dirigen, yaitu harus bisa memotivasi orang lain. Dengan ribuan Mahasiswa Baru UI yang memiliki rasa kebanggaan menjadi bagian dari UI. Rasa bangga yang dimiliki mahasiswa disalurkan melalui bernyanyi dan merupakan sebuah bentuk ekspresi. Dengan kebanggaan itulah, kita sentuh hati mereka dengan menyanyi. Selain itu, aspek yang harus dimiliki pada saat menyanyi, yaitu tanggung jawab, disiplin, dan dapat menjalin ikatan antarsatu sama lain," kata Pak Dibyo. 

Sebagai dirigen paduan suara, ia memiliki kisah menarik.

Beberapa Alumni UI yang sudah berusia dan berkeluarga masih mengenali dirinya. 

Kisah Margaret yang membuat Pak Dibyo menangis

Anak seorang kuli bangunan di Kupang, Nusa Tenggara Timur bernama Margaret menceritakan pengalamannya direndahkan guru dan tetangganya, karena mempunyai impian berkuliah di Universitas Indonesia.

Margaret bukan dari kalangan yang berada, ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kayu sederhana.

Meski mengalami keterbatasan ekonomi, Margaret dapat mewujudkan impiannya.

Ia diterima Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Pak Dibyo dan Imam Santoso, Dosen Instutit Teknologi Bandung (ITB), mendatangi rumah Margaret untuk memberikan beasiswa dan hadiah berupa uang tunai serta laptop kepada Margaret dari Paragon Corp.

Air mata Margaret dan orangtuanya langsung tumpah.

Dengan berderai air mata, Margaret lalu bercerita soal perlakuan tak menyenangkan yang diterima dari guru di sekolahnya.

Murid berprestasi itu mengaku pernah diremehkan oleh gurunya gara-gara mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.

"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI','Stop mimpi tinggi'," ucap Margaret.

"Sempat tunggak uang sekolah," imbuhnya.

Ucapan menyakitkan guru tersebut, sempat membuat Margaret berkecil hati, ia berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.

"Sempat tidak mau daftar," kata Margaret.

Namun h-2 sebelum penutupan pendaftaran SNBP, tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali muncul.

"Jadi waktu itu hampir tidak daftar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.

"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.

Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.

"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margaret.

"Kalau mama nanya saya juga diam saja,"

"Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.

Di hari pengumuman, Margaret terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mengetahui Margaret diterima di UI, kakak kandungnya langsung bekerja esktra keras mengumpulkan uang untuk ongkos sang adik ke Jakarta.

"Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Imam Santoso.

Perjuangan Margaret tak berhenti sampai disitu.

Setelah dinyatakan diterima di UI, Margaret kembali mendapatkan pernyataan merendahkan, kali ini bukan dari guru, melainkan tetangganya.

Tetangga Margaret mengatakan agar gadis tersebut tak usah bermimpi bisa kuliah jauh, pasalnya ia berasal dari keluarga miskin.

"Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus 'Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa'," kata Margaret.

"Sempat dibilang juga 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," imbuhnya.

Air mata Margaret dan kedua orangtunya terus mengalir saat menceritakan ucapan pedas tersebut.

Namun kini Margaret bisa membungkam mulut guru dan tetangganya, dengan prestasi.

"Pak Dibyo, dosen legend Universitas Indonesia sampai menangis tanpa air mata, datangi Margaret di Kupang yang tembus Psikologi UI dengan begitu banyak cibiran," tulis Imam Santoso di Instagramnya.

Sumber: (TribunJakarta.com/ui.ac.id)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.