Tangis Anak Petani Terharu Lolos Masuk Kedokteran UGM, Rumah Sederhananya Didatangi Wakil Rektor
Mujib Anwar July 26, 2025 12:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Seorang anak petani di Kulon Progo menjadi sorotan setelah menembus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Gadis bernama Sahida Ilmi (18) tersebut lolos melalui jalur prestasi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). 

Sahida Ilmi merupakan putri pasangan petani Sugi (50) dan Susti Handayani (48).

Sahida Ilmi yang lulus dari SMAN 1 Wates Kulon Progo tersebut lolos Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Prestasi Sahida Ilmi membuat Wakil Rektor UGM, Arief Setiawan Budi Nugroho, dan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Suryono, mendatangi rumahnya di tengah sawah Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pas kami datang, Sahida lagi bantu-bantu ibunya," tulis akun Instagram @santosoim.

Caption Instagram ini menuliskan, keterbatasan ekonomi tidak mengalami Sahida Ilmi untuk mengejar mimpi dan berprestasi.

"Saya senang dan beryukur karena allah mengetuk hati dan menggerakan bapak ibu semua hingga bisa menemukan saya di sini," kata dia.

Atas prestasinya, Sahida Ilmi mendapat uang tunai untuk biaya kuliah awal di UGM.

Selama SMA, Sahida Ilmi juga penerima beasiswa persiapan masuk kampus dari Rumah Amal Salman ITB.

Sahida pun mengungkapkan rahasianya lolos Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Ia membagi waktu belajarnya secara disiplin.

Yaitu pagi selepas salat subuh dan malam setelah salat isya hingga pukul 22.00 WIB.

"Hari sekolah, belajar sekitar 1–2 jam. Kalau pada hari libur, saya mengerjakan tugas," kata Sahida, dikutip dari Kompas.com.

Sahida Ilmi remaja asal Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menembus Fakultas Kedokteran Gigi di UGM melalui jalur prestasi.
Sahida Ilmi remaja asal Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menembus Fakultas Kedokteran Gigi di UGM melalui jalur prestasi. (Instagram/santosoim - KOMPAS.COM/DANI JULIUS)

Lulusan SMAN 1 Wates Kulon Progo ini meraih rata-rata nilai 87,85.

Nilai pelajaran kimia dan biologi nyaris menyentuh angka 90, sehingga membuka peluang menembus passing grade tinggi Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Sahida sudah menunjukkan prestasi sejak dini.

Di masa SMA, ia selalu masuk peringkat teratas dan pernah meraih juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Fisika tingkat kabupaten.

Rumah Sahida sederhana, berdinding batako dan tanpa langit-langit.

Ia tinggal bersama kedua orangtua serta kakak tertuanya yang difabel.

Rumah mereka hasil renovasi bantuan program bedah rumah.

Sugi, ayah Sahida, mengandalkan pekerjaan buruh tani dan usaha menggiling padi dari mesin pemberian anak keduanya untuk mencukupi kebutuhan harian.

"Selama ini usaha tani untuk kebutuhan makan saja. Maka perlu kerja sampingan untuk biaya di luar makan, seperti biaya operasional," kata Sugi.

Sugi selalu mengantar jemput Ilmi ke sekolah sejauh delapan kilometer dengan ongkos bensin harian Rp15.000.

Meski minim penghasilan, keluarga tetap mendukung pendidikan Sahida sepenuhnya.

Sahida tetap mengingat pesan almarhum guru SD-nya yang selalu mendorongnya untuk istiqomah dalam belajar.

Semangat ini ia pegang hingga berhasil diterima di UGM.

"Seperti pesan gurunya untuk terus istiqamah," kata Sugi.

Kini Sahida sedang menyiapkan berkas untuk beasiswa KIP dan Beasiswa Perintis.

Ia telah menerima bantuan awal berupa laptop dan uang saku dari perusahaan yang dihubungkan oleh dosen ITB, Imam Santoso.

Sabtu (28/6/2025), Wakil Rektor UGM Arief Setiawan, Budi Nugroho, dan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Suryono, datang langsung ke rumah Sahida untuk memberikan dukungan.

"Harapannya bisa mengangkat derajat keluarga," ucap Sahida dengan haru.

Sahida Ilmi remaja asal Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menembus Fakultas Kedokteran Gigi di UGM melalui jalur prestasi. (KOMPAS.COM/DANI JULIUS)
Sahida Ilmi remaja asal Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menembus Fakultas Kedokteran Gigi di UGM melalui jalur prestasi. (KOMPAS.COM/DANI JULIUS)

Kisah sukses lainnya datang dari seorang gadis asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Margaret.

Margaret bukan dari kalangan yang berada, ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kayu sederhana.

Rumah kayu tersebut hanya memiliki satu buah kamar, dengan sedikit perabotan.

Meski begitu, Margaret dapat mewujudkan impiannya.

Ia diterima Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Terbang dari Jakarta ke Pulau Rote, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus influencer, Imam Santoso, mendatangi rumah Margaret.

Tak cuma sendiri, Imam Santoso juga pergi bersama dosen legendaris UI, Doktor Sudibyo.

Kedatangan Imam Santoso dan dosen legendaris tersebut untuk memberikan beasiswa dan hadiah berupa uang tunai serta laptop kepada Margaret dari Paragon Corp.

Doktor Sudibyo adalah dosen di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Ia juga Kepala Subdirektorat Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa di Direktorat Kemahasiswaan UI.

Tak cuma itu, Sudibyo juga merupakan pendiri Vocal Grup UI (Vocademia).

Sudibyo merupakan 'legenda hidup' bagi para mahasiswa UI. 

Air mata Margaret dan orang tuanya langsung tumpah.

Dengan berderai air mata, Margaret lalu bercerita soal perlakuan tak menyenangkan yang diterima dari guru di sekolahnya.

Murid berprestasi ini mengaku pernah diremehkan oleh gurunya gara-gara mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.

"Diomongin ulang-ulang, 'Enggak bisa bayar uang sekolah, tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret.

"Sempat tunggak uang sekolah," imbuhnya.

Ucapan menyakitkan guru tersebut, sempat membuat Margaret berkecil hati, ia berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.

Namun H-2 sebelum SNBP, tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali menguat.

"Jadi waktu itu hampir tidak datar SNBP, H-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.

"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.

Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orang tuanya sendiri.

"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab, 'Sudah daftar' saja', ditanya dimana, saya diam saja," kata Margaret.

"Kalau mama nanya saya juga diam saja. Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.

LOLOS UI - Gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur bernama Margaret menceritakan pengalamannya direndahkan guru dan tetangganya, seorang gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur bernama Margaret, bangkit dari cacian guru hingga orang terdekatnya, diam-diam daftar UI dan Lolos. Margaret berhasil bungkam cacian.
Margaret menceritakan pengalamannya direndahkan guru dan tetangganya, diam-diam daftar UI dan lolos (Instagram/santosoim)

Di hari pengumuman, Margaret terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mengetahui Margaret diterima di UI, kakak kandungnya langsung bekerja ekstra keras mengumpulkan uang untuk ongkos sang adik ke Jakarta.

"Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Imam Santoso.

Perjuangan Margaret tak berhenti sampai di situ.

Setelah dinyatakan diterima di UI, Margaret kembali mendapatkan pernyataan merendahkan, kali ini bukan dari guru, melainkan tetangganya.

Tetangga Margaret mengatakan agar gadis tersebut tak usah bermimpi bisa kuliah di luar Pulau Rote, pasalnya ia berasal dari keluarga miskin.

"Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus, 'Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar, tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa'," kata Margaret.

"Sempat dibilang juga, 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," imbuhnya.

Air mata Margaret dan kedua orang tuanya terus mengalir saat menceritakan kejadian tersebut.

Namun, kini Margaret bisa membungkam mulut guru dan tetangganya dengan prestasi.

Margaret yang berasal dari keluarga sederhana, bisa berkuliah di UI di tengah keterbatasan ekonomi.

"Karena tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk seseorang atau pemimpi yang terlalu kecil," tulis Imam Santoso.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.