TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini update kasus misteri kematian diplomat Arya Daru.
Sosiolog membeberkan empat hal yang janggal.
Sosiolog Kriminal Soeprapto membeberkan empat poin kejanggalan kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan.
Drs. Soeprapto, S.U. adalah seorang sosiolog kriminal yang pernah menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia dikenal karena kontribusinya dalam memahami dan mengatasi fenomena kejahatan jalanan di Indonesia, khususnya yang dikenal dengan istilah klitih di Yogyakarta.
Arya Daru Pangayunan ditemukan tewas di sebuah kamar kos kawasan Menteng pada Selasa (8/7/2025), Jakarta Pusat.
Meski ditemukan dalam kondisi tragis dengan kepala terbungkus plastik dan terlilit lakban, hingga kini belum ada kejelasan apakah Arya bunuh diri atau menjadi korban pembunuhan.
Menanggapi misteri ini, menurut dia, penyelidik patut mendalami lebih dalam.
Berbagai spekulasi dimunculkan, namun fakta peristiwa yang ditemukan penyelidik Polda Metro Jaya tak juga memberikan gambaran pasti.
Di antaranya satu hari sebelum kematiannya Senin (7/7/2025), Arya Daru sempat naik ke roof top lantai 12 gedung Kementerian Luar Negeri dengan membawa ransel dan kantong belanjaan.
Selain terlilit lakban, kepala Arya Daru juga terbungkus plastik.
Pintu slot kamar terkunci dari dalam saat penjaga kos membuka paksa kamar Arya Daru.
Handphone Arya Daru pun menghilang tanpa kejelasan.
Detik-detik saat Arya Daru membuang kantong kresek hitam dari kamar kosnya pun belum diketahui apa isinya.
Rekaman pengawas CCTV di kos Arya Daru dibilangan Menteng Jakarga Pusat 'jumping' tak diketahui pasti apa yang terjadi setelah diplomat muda itu kembali ke kamar.
Soeprapto membedah satu per satu temuan-temuan yang sudah disampaikan kepada publik.
Pertama soal temuan bukti bahwa Arya Daru sempat naik ke rooftop lantai 12 Gedung Kemenlu.
Hal ini dapat menjadi tambahan bahan bagi polisi untuk menguak kasus ini mengarah ke mana.
"Perlu diperjelas dengan mengkaji isi tas plastik dan tas punggungnya apakah hanya dokumen, atau hanya pakaian, atau keduanya," terang Soeprapto kepada wartawan, Sabtu (26/7/2025).
"Kemudian dilihat CCTV-nya apakah hanya sendirian, atau bertemu dan atau berkomunikasi dengan seseorang," tambahnya.
Kedua, menurutnya, plastik dan lakban di wajah Arya Daru jika dilakukan sendiri perlu didalami atas tekanan dari siapa.
Dia menilai penyelidik mesti memeriksa bungkusan plastik yang dibuang sebelum ditemukan meninggal.
"Apakah ada tanda-tanda obat bius atau zat yang befungsi untuk melumpuhkan korban agar tidak melakukan perlawanan saat dieksekusi, kemudian disinkronkan dengan hasil otopsi," paparnya.
Ketiga menyoal akses masuk pintu kos yang slotnya hanya bisa dibuka dari dalam, belum menjamin bahwa saat itu sudah di slot oleh korban.
"Jendela juga bisa menjadi akses keluar bagi orang lain dengan mengembalikan posisi slot terkunci jika slotnya vertikal," urai Dosen Purna Universitas Gadjah Mada tersebut.
Keempat terkait handphone Arya Daru yang hilang merupakan sebuah pertanda bahwa ada orang lain yang mengusik kehidupan korban di malam itu.
"Dari rangkaian temuan sepertinya kasus ini mengindikasikan keterlibatan orang lain," imbuhnya.
Diketahui, diplomat muda ADP (39) ditemukan tewas di kamar kos kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.
Laporan kepolisian saat awal penemuan mayat, kepala korban terlilit lakban warna kuning.
Posisi tubuh korban berada di atas tempat tidur.
Pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam.