TRIBUNNEWS.COM - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) bersama istrinya Iriana menghadiri acara Reuni ke-45 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 1980 di Aula Integrated Forest Farming Learning Center, Sleman, Yogyakarta, pada Sabtu (26/7/2025).
Sebagaimana diketahui, Jokowi adalah alumnus Fakultas Kehutanan UGM yang sedang menghadapi polemik kasus dugaan ijazah palsu.
Berdasarkan situs resmi UGM, Jokowi telah melaksanakan seluruh proses studi yang dimulai sejak tahun 1980 dengan nomor mahasiswa 80/34416/KT/1681 dan lulus pada tanggal 5 November 1985.
Berikut sejumlah kesaksian yang disampaikan oleh rekan-rekan Jokowi saat reuni tersebut.
Sejumlah alumni mengatakan, sebagai saksi hidup dan rekan satu angkatan, keaslian ijazah Jokowi tidak perlu diragukan lagi.
Sebagai informasi, acara ini dihadiri 67 orang dari total 88 alumni angkatan 1980. Dari jumlah tersebut, diketahui 17 orang telah meninggal dunia.
Salah satu peserta reuni, Mustoha Iskandar, menegaskan bahwa keberadaan para alumni membuktikan bahwa Jokowi memang benar pernah menjadi mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM.
“Pasti asli. Gimana nggak pasti wong teman-temannya masih ada, saksi hidup,” kata Mustoha yang menyelesaikan studinya pada 1986, seperti dikutip dari TribunJogja.com.
Jokowi lulus satu tahun lebih awal, yaitu pada tahun 1985 dan Mustoha mengaku tidak pernah melihat langsung ijazah milik Jokowi.
“Namanya ijazah gimana, masa nunjukin ijazah-ijazahnya,” ujarnya.
Ia juga menyebut, sejumlah rekan alumni telah menjalani pemeriksaan oleh kepolisian terkait tuduhan pemalsuan ijazah Jokowi. Menurutnya, pemeriksaan itu dilakukan di Polda Metro Jaya.
“Kita sudah banyak, sudah puluhan di-BAP. Ya pasti sidang. Kalau diperlukan panggil lah. Banyak (teman di-BAP). Akan sidang sebagai saksi, termasuk saya,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh rekan satu angkatan Jokowi lainnya, Heri Tribasuki. Ia menyatakan dengan tegas bahwa ijazah Jokowi adalah sah dan tidak dipalsukan.
“Asli, demi Allah, demi Allah itu asli. Saya saksi hidup,” ucap Heri.
Ketua angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM, Arief Hidayat, juga menyampaikan bahwa acara reuni dihadiri oleh sebagian besar alumni yang masih hidup dan berada di dalam negeri.
"Ada yang nggak hadir karena memang jauh di Padang, punya usaha di Padang. Memang ada yang hadir,” ucapnya.
Salah satu peserta reuni, Mulyono, memastikan bahwa Jokowi merupakan alumnus Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980.
“Yang jelas nama saya Mulyono, kalau Pak Jokowi kan saya tahunya Pak Joko Widodo. Pernah sama-sama kuliah, satu kampus, ngobrol gitu,” ujar Mulyono saat ditemui di sela-sela reuni.
Sebagaimana diketahui, nama Mulyono sempat mencuat di tengah polemik ijazah Jokowi.
Pasalnya, Mulyono merupakan nama kecil dari Jokowi yang kemudian karena sering sakit-sakitan--mengikuti tradisi Jawa yang percaya nama bisa memengaruhi nasib dan kesehatan--nama itu diganti.
Mulyono pun mengaku tak mempermasalahkan kesamaan nama itu.
Pria asal Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut juga menyatakan bahwa dari sisi akademik, Jokowi adalah mahasiswa yang lebih unggul darinya.
Menurutnya, Jokowi mampu menyelesaikan kuliah lebih cepat berkat capaian nilai yang lebih baik.
Salah satu rekan kuliah Jokowi, Totok Suripto, jauh-jauh terbang dari Samarinda, Kalimantan Timur ke datang ke UGM demi bertemu teman-temannya semasa kuliah.
Pria yang bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan di Samarinda ini merupakan teman seangkatan Jokowi.
Bukan hanya seangkatan, Totok Suripto juga teman semasa wisuda Jokowi pada 5 November 1985.
“Saya teman seangkatan Pak Jokowi ya. Nomor mahasiswa saya 1696, terus nomor mahasiswa Pak Jokowi 1681,” ungkap Totok Suripto setelah acara reuni.
Pria asli Semarang, Jawa Tengah ini mengaku pernah bermain ke rumah Jokowi di Solo saat masih kuliah.
Ketika itu dirinya tidak sendirian karena ada beberapa teman fakultas yang ke Solo. Setelah dari rumah Jokowi mereka ke tempat wisata.
“Namanya juga masih muda saat itu,” ucap Totok.
Sebagai teman seangkatan sekaligus teman wisuda Jokowi, Totok banyak ditanya orang melalui sambungan telepon, aplikasi, dan sosial media.
“Mereka banyak yang tanya apa bener Pak Jokowi itu lulus. Katanya dia DO karena IP (Indeks Prestasi) hanya 2 begitu."
"Ya saya jawab Pak Jokowi lulus, malah IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)-nya itu 3 koma ya. Saya 3,05 dan Pak Jokowi itu malah lebih besar dari punya saya,” jelas Totok Suripto.
IPK adalah nilai rata-rata dari semua mata kuliah yang diambil mahasiswa selama masa studi di perguruan tinggi dari semester awal hingga akhir. Nilai maksimal dari IPK adalah 4,00.
Ketika wisuda pada 1985 silam, Totok juga sempat berkomunikasi dengan Jokowi. Saat itu, hanya 17 orang dari Fakultas Kehutanan yang mengikuti wisuda.
“Saat itu ya sempat foto-foto, terus kumpul keluarga. Pak Jokowi sepertinya juga diantar orang tuanya,” kenangnya.
(Deni)(TribunJogja.com/Hanif Suryo/Ribut Raharjo)