Mau Ditaruh ke Panti Sosial, Mbah Irah yang Tinggal di Kuburan China Sudah 30 Tahun Malah Hilang
Mujib Anwar July 29, 2025 04:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Masih ada ratusan orang tinggal di pemakaman di kota metropolitan Jakarta.

Itulah yang terjadi di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.

Seorang lansia yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung, Mbah Irah, mengaku nyaman tidur di atas tempat tempat peristirahatan terakhir orang yang tak pernah dikenalnya.

Wanita berusia 74 tahun tersebut sudah 30 tahun memilih kuburan China jadi rumah.

Luasnya sekitar 8x5 meter dengan nisan kokoh di ujungnya.

Kuburan China tersebut beratap beton, disangga enam tiang tebal berdiameter sekitar 30 cm.

Beton makam etnis Tionghoa alias kuburan China tersebut disekat menjadi kamar tidur dan tempat mencuci.

Ada kasur tergulung hingga dispenser di tempatnya beristirahat.

Sementara di sisi lain, ada 11 ember berisi beberapa benda berbeda tak tertata.

Semua ruang tersebut terbuka tanpa dinding.

Hanya selembar spanduk yang menutupi satu sisi kamar tidur.

Jika butuh buang air besar atau kecil, Irah menumpang kamar mandi tetangga yang berupa bangunan semi permanen di antara makam.

30 tahun silam, Mbah Irah mengaku tinggal di sebuah gubuk di sisi lain Jatinegara, namun, terdampak penggusuran.

"Dulu saya ada gubuk, tapi sudah dibongkar. Enggak apa, saya enggak marah," kata Mbah Irah kepada Tribun Jakarta, Senin (30/6/2025).

Irah (74), warga Cipinang Besar Selatan yang tinggal di atas petak makam etnis keturunan Tionghoa TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025).
Irah (74), warga Cipinang Besar Selatan yang tinggal di atas petak makam etnis keturunan Tionghoa TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Menurut warga sekitar, Mbah Irah sebenarnya sempat diboyong anak dan cucunya untuk tinggal bersama di rumah yang layak.

Tetapi dia menolak dan memilih tempat tinggal di atas petak makam.

Mbah Irah tidak sendiri, Ketua RT 15/RW 02 Cipinang Besar Selatan, Sumiati mengatakan, hingga kini tercatat ada 100 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 300 jiwa tinggal di wilayah TPU Kebon Nanas.

"Sebagian ada KTP DKI, tapi ada KTP daerah juga. Untuk yang KTP DKI enggak semua KTP Cipinang Besar Selatan, ada dari (Jakarta) Pusat, Selatan, Utara," kata Sumiati, Senin.

Menurut pengurus lingkungan, pada awalnya hanya ada dua KK yang mendiami area TPU Kebon Nanas.

Namun, selepas tahun 2007, jumlahnya melonjak drastis hingga mencapai ratusan.

Lonjakan jumlah warga yang mendiami TPU Kebon Nanas melonjak drastis usai Pemprov DKI Jakarta menertibkan bangunan liar untuk proyek aliran Kanal Banjir Timur (KBT).

Bahkan, ada warga yang sudah memiliki keturunan, namun tetap memilih tinggal di area TPU Kebon Nanas,

Mereka beralasan tidak memiliki tempat tinggal lebih layak untuk bermukim.

"Lebih banyak yang tinggal di bangunan semi permanen dibandingkan tinggal di atas petak makam. Kalau (warga) yang tinggal di atas petak makam enggak terlalu banyak," ujarnya.

Sumiati menuturkan, saat awal Pemprov DKI Jakarta meresmikan Rusun Cipinang Besar Selatan, pengurus lingkungan sempat berupaya mengusulkan agar warga direlokasi.

Namun, kala itu Rusun Cipinang Besar Selatan hanya diperuntukkan untuk warga terdampak normalisasi Kali Ciliwung, bukan untuk warga umum yang belum memiliki tempat tinggal.

Pengurus RT 15/RW 02 berharap, Pemprov DKI Jakarta dapat menyediakan solusi agar 100 KK warga yang tinggal di TPU Kebon Nanas dapat difasilitasi untuk mendapat tinggal lebih layak.

Pasalnya, warga yang tinggal di TPU Kebon Nanas umumnya pekerja sektor informal seperti pemulung, sehingga tidak memiliki gaji bulanan untuk mendapatkan hunian lebih baik.

"Kalau harapan saya sebagai RT, mereka kan juga manusia, butuh dimanusiakan juga. Harapannya, kalau bisa ada tempat untuk relokasi mereka dan seusai kemampuan ekonomi," tuturnya.

Meski bagi banyak orang tinggal di area pemakaman tidak layak dan terkesan menyeramkan, tapi warga yang mendiami TPU Kebon Nanas mengaku tetap merasa nyaman.

Nenek Irah (74), lansia warga Cipinang Besar Selatan yang sudah 30 tahun tinggal di TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025).
Mbah Irah (74), lansia warga Cipinang Besar Selatan yang sudah 30 tahun tinggal di TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Saat hendak dirujuk agar tidak terus tinggal di atas kuburan China di Jakarta Timur, Mbah Irah justru pergi pulang kampung.

Sebelumnya, Pemkot Jakarta Timur merencanakan merujuk Irah ke panti sosial.

Hal ini dilakukan agar Mbah Irah tidak terus tinggal di TPU Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Plt Kepala Sudin Sosial Jakarta Timur, Rizqon Hermawan mengatakan, Mbah Irah yang hendak dirujuk agar tidak terus tinggal di atas kuburan China, kini justru pergi pulang kampung.

Mbah Irah pergi pada Selasa (1/7/2025), atau satu hari berselang setelah petugas Satpol PP dan Satpel Sosial Kecamatan Jatinegara datang menawarkan agar sang nenek dirujuk ke panti sosial.

"Menurut pengakuan tetangga, Mbah Irah telah meninggalkan kediamannya di TPU Kebon Nanas dan memilih untuk kembali ke kampung halamannya," kata Rizqon di Jakarta Timur, Selasa (1/7/2025).

Namun, Sudin Sosial Jakarta Timur belum mendapatkan informasi valid terkait di mana kampung halaman Irah, dan alasan dia memilih pulang kampung secara mendadak.

Padahal saat petugas Satpol PP, Satpel Sosial Kecamatan Jatinegara, dan Pamdal TPU Kebon Nanas menawarkannya dirujuk, Mbah Irah menyatakan bersedia dirawat di panti sosial.

Mbah Irah pun sempat menyerahkan fotokopi KTP miliknya kepada petugas Satpol PP dan Satpel Sosial untuk proses administrasi, tapi kini keberadaannya justru tidak diketahui pasti.

"Saat ini masih dilakukan monitoring (pemantauan) untuk kembalinya Mbah Irah. Karena sekarang yang bersangkutan sudah tidak ada di TPU (Kebon Nanas) lagi," ujar Rizqon.

Menurut warga sekitar, jauh sebelumnya, Mbah Irah sempat mendapatkan bantuan agar dapat dirawat di panti jompo.

Bantuan tersebut diberikan secara langsung mendiang artis Olga Syahputra.

Tapi hanya berselang sekitar tiga hari setelah mendapat bantuan perawatan dari mendiang Olga Syahputra, Mbah Irah memilih keluar dari panti jompo lalu kembali tinggal di atas nisan TPU Kebon Nanas.

"Dulu sempat dikasih bantuan, sampai sama (almarhum) Olga diminta pilih mau tinggal di panti (jompo) mana. Tapi ya enggak lama keluar dari panti dan kembali ke sini lagi," tutur seorang warga sekitar.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.