SURYA.CO.ID - Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan merupakan tradisi tolak bala yang masih dijalankan sebagian masyarakat Jawa. Tradisi ini jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah.
Bulan Safar dikenal sebagai bulan yang diyakini penuh kesialan. Karena itu, Rabu Wekasan dijadikan momen untuk melakukan ritual doa agar terhindar dari malapetaka.
Bagaimana Hukum Rabu Wekasan dalam Islam?
Secara syariat, Islam melarang kepercayaan tentang hari sial, termasuk keyakinan bahwa bulan Safar membawa kesialan.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada Bulan Safar." (HR. Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad II/327)
Artinya, Islam menolak keyakinan bahwa malapetaka datang karena waktu tertentu seperti Rabu terakhir di bulan Safar.
Pendapat Ulama tentang Rabu Wekasan
Menurut ulama hadits asal Suriah, Imam Ismail Muhammad al-‘Ajaluny al-Syafi’i, kepercayaan terhadap kesialan hari Rabu terakhir Safar termasuk tathoyyur atau keyakinan buruk yang menyerupai akidah ahli nujum.
Dalam kitab Kasyful Khofa wa Muzilul Ilbas, beliau menyatakan:
“Merasa takut dengan hari Rabu di akhir bulan Shafar karena tathoyyur atau akidah seperti ahli nujum, maka hukumnya haram yang amat sangat.”
Apa yang Dianjurkan Saat Rabu Wekasan?
Meski tidak ada dasar syar’i yang kuat untuk meyakini Rabu Wekasan sebagai hari sial, memperbanyak doa dan dzikir tetap dianjurkan.
Doa untuk keselamatan dan perlindungan bisa dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu datangnya Rabu Wekasan.
Intinya, selama tidak disertai dengan keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Islam, berdoa di hari apa pun adalah hal yang baik.
Kapan Rabu Wekasan 2025?
Menurut Kalender Islam Kementerian Agama (Kemenag), Rabu Wekasan tahun ini jatuh pada 20 Agustus 2025.
Namun, kegiatan Rabu Wekasan biasanya dimulai sejak malam sebelumnya, yaitu Selasa malam Rabu.
Pada malam itu, sebagian umat Islam mengadakan doa bersama, membaca ayat-ayat tertentu, hingga melakukan amalan khusus sebagai bentuk permohonan keselamatan.
Dikutip dari laman Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur berikut bacaan doa tolak bala jika merasa khawatir akan datangnya malapetaka.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ – أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَعُوذُ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ، وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْرَتِكَ أَنْ تُجِيرَنِي وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِي وَأَهْلِي وَأَحِبَّائِي، وَمَا تُحِيطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِي مِنْ شَرِّ هَذِهِ السَّنَةِ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيهَا، وَاصْرِفْ عَنِّي شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ، يَا كَرِيمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِي فِي هَذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِي وَالأَهْلِ وَمَا تَحُوطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِي وَجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ – وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Terjemah: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Semoga Allah Ta’ala memberikan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarganya dan seluruh sahabatnya – Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan zaman ini dan para penghuninya. Aku berlindung dengan keagungan-Mu, keagungan wajah-Mu, dan kesempurnaan keagungan kekuasaan-Mu, agar Engkau melindungi aku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, orang-orang yang kucintai, dan semua yang dikasihi hatiku dari kejahatan tahun ini. Lindungilah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan di dalamnya. Jauhkanlah dariku kejahatan bulan Safar, wahai Dzat yang mulia pandangannya. Dan akhiri bulan ini dan masa ini dengan keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan untukku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, semua yang dikasihi hatiku, dan seluruh kaum Muslimin. Semoga Allah Ta’ala memberikan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarganya dan sahabatnya, dan semoga Allah memberikan keselamatan.”