Polisi dalam hal ini Polda Metro Jaya sudah merilis secara resmi hasil penyelidikan terkait kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan. Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa kematian korban adalah karena bunuh diri.
“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, Selasa(29/7/2025).
Arya ditemukan tak bernyawa oleh penjaga kos di dalam kamar nomor 105 sebuah indekos di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025) pagi. Sebelum ditemukan tewas, Arya masih menjalani aktivitasnya sebagai seorang diplomat Kemlu seperti biasa.
Kalau diingat jauh ke belakang tanggal kematian Arya Daru Pangayunan ternyata sama persis dengan kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau yang lebih dikenal Brigadir J.
Brigadir J tewas pada 8 Juli 2022 di rumah dinas Ferdy Sambo kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Kematiannya menjadi perhatian publik karena diduga ada unsur pembunuhan yang melibatkan beberapa anggota kepolisian, termasuk Ferdy Sambo.
Polapola seusai ditemukan tak bernyawa juga ada kemiripan antara Arya Daru dan Brigadir J. Dalam kasus kematian Brigadir J tidak lama setelah tewas juga muncul video kamera pengawas pos sekuriti di lingkungan rumah dinas Ferdy Sambo menunjukkan Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat masih hidup pada Jumat (8/7/2022) pukul 17.12 WIB.
Rekaman itu terlihat dari jam 16.0018.00 WIB pada 8 Juli 2022. Jelas dalam rekaman tersebut mobil dan aktivitas mulai dari Ibu PC (Putri Candrawathi) tiba, Ferdy Sambo dan masih ada Yosua (Brigadir J) di taman masih hidup.
Setali tiga uang dengan kasus kematian Arya Daru Pangayunan, tidak lama setelah ditemukan tak bernyawa di rumah kos dengan lilitan lakban di kepala dan wajah muncul rekaman video kamera pengawas. Arya terekam CCTV di tiga tempat sebelum ia ditemukan tewas di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat.
Rekaman video kamera pengawas yang muncul pertama kali adalah saat Arya Daru berada di rumah kos sedang membuang sampah ke luar dan aktivitas penjaga rumah kos yang bolak balik melihat kondisi kamar Arya Daru Pangayunan.
Dalam rekaman video CCTV juga terlihat Arya Daru sedang berada di Mal Grand Indonesia, Jakarta bersama seorang perempuan bernama Vara dan pria bernama Dion. Arya juga terekam kamera pengawas berada di lantai 12 gedung Kemlu RI Jakarta.
Sebelumnya, Dokter Forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM mengungkapkan bahwa penyebab kematian korban adalah mati lemas. “Maka sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas nafas yang sebabkan mati lemas,” ucapnya.
Kematian Arya Daru Pangayunan juga menyisakan kepingkeping misterius Beberapa kepingkeping misteri yang belum terpecahkan coba dirangkum, berikut daftarnya:
Penyelidik mengamankan barang bukti berjumlah 103 unit. Rincian barang bukti tersebut, dibagi ke dalam beberapa klaster. Pertama, ialah klaster barang bukti yang diamankan di kantor korban. Kemudian yang kedua, penyelidik mengamankan barang bukti tersebut di tempat kos korban. Berikutnya lagi penyelidik mengamankan barang bukti tersebut dari keluarga korban maupun dari saksisaksi yang lain.
Dari sekian banyak barang bukti yang menarik adanya dua alat kontrasepsi dan pelumas. Satu alat kontrasepsi sudah bekas pakai dan satu lagi dibawa Arya Daru dalam tas yang digendongnya saat berada di gedung Kemlu RI lantai 12.
Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan salah satu dari dua kondom yang ditemukan sudah terpakai. "Alat kontrasepsi ada di dua tempat ada yang dibuang dari kamar," ujar Kombes Wira.
Satu buah kondom lain ditemukan polisi kata Kombes Wira tersimpan di tas gendong yang dibawa Arya Daru Pangayunan saat berada di rooftop gedung Kemenlu RI Jakarta. "Satu lagi ditemukan di tas gendong yang ditemukan di lantai 12 gedung Kemlu," kata Kombes Wira. Namun Kombes Wira mengaku tidak mengetahui dipergunakan untuk apa kondom tersebut. "Digunakan untuk apa kami kurang tahu," ujar Kombes Wira.
Penemuan dua alat kontrasepsi tersebut kontra dengan pernyataan dari Puslabfor Bareskrim Polri. Ahli sidik jari Pusat Identifikasi (Pusident) Bareskrim Polri, Aipda Sigit Kusdiyanto mengatakan dari sisa gulungan lakban kuning itu, ditemukan DNA Arya. "Ada 13 item (barang bukti) yang kami periksa, hanya 1 yang sangat menarik adalah pada sisa lakban di bonggol atau gulungan lakban itu terdapat DNA dari almarhum ADP," kata Sigit. Selain itu, hasil pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP), tidak ditemukan bercak darah baik ataupun lainnya, baik dari Arya atau pun pihak lain. Informasi penting disajikan secara kronologis.
"Pemeriksaan TKP yang kami lakukan, kami tidak menemukan di TKP adanya bercak darah, sperma arau material biologi di TKP, baik di dalam kamar korban, maupun di luar, kamar mandi, kami tidak menemukan materi biologi orang lain," ucapnya.
Ada jejak digital yang sampai sekarang masih misterius. Salah satunya soal Arya Daru salah mengirim pesan Whatsapp kepada sang istri. Awak media saat jumpa pers kemarin sempat menanyakan soal pesan WhatsApp yang diduga salah kirim oleh Arya kepada istrinya, Meta Ayu Puspitantri. Pesan itu disebut seharusnya ditujukan kepada orang lain kemungkinan perempuan yang disebut sebagai Vara(Sebelumnya disebut Farah) namun polisi tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Padahal, saat jumpa pers polisi sempat memaparkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah rekaman CCTV. Termasuk, CCTV di mal Grand Indonesia, Jakarta. Dalam pemaparan itu, polisi turut menampilkan foto tangkapan kamera CCTV disertai dengan narasi penjelasan yang ditampilkan pada monitor. Salah satu yang ditampilkan adalah momen saat Arya sedang antre menunggu taksi untuk pulang dari Grand Indonesia pada Senin(7/7/2025) sekitar pukul 21.18 WIB.
Dalam narasi yang ditampilkan disebutkan Arya sedang mengantre taksi sambil membawa tas gendong dan tas belanja. Masih dalam narasi itu, disampaikan pula rekaman CCTV itu sesuai dengan keterangan saksi bahwa Arya salah mengirim pesan WhatsApp. "BERDASARKAN CCTV TERLIHAT KORBAN ANTRE TAXI BLUE BIRD. KORBAN MEMBAWA TAS GENDONG DAN TAS BELANJA, SESUAI DENGAN KETERANGAN SAKSI BAHWA KORBAN SALAH MENGIRIM PESAN WHATSAPP," demikian narasi pada monitor.
Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra juga sempat menyebut bahwa Arya Daru memang sempat belanja di Mal Grand Indonesia bersama perempuan bernama Vara. Usai berbelanja, Arya Daru pulang sendiri naik taksi. Tadinya hendak menuju bandara, akan tetapi mendadak putar haluan menuju gedung Kemlu RI Jakarta.
Kombes Wira juga menyebut perempuan bernama Vara sudah diperiksa sebagai saksi. "Sudah diperiksa," ujar Kombes Wira.
Tekateki mengenai keberadaan telepon seluler milik diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan hingga kini belum juga terpecahkan. Polisi mengaku hanya menemukan satu unit handphone merk Samsung Note 0. Sementara Arya Daru diketahui memiliki telepon seluler lain yakni Samsung Ultra 22 yang hingga kini keberadaannya tidak diketahui.
"Samsung Ultra 22 saya tidak terima, hilang atau nggaknya saya nggak tahu," ujar Anggota Tim Digital Forensik dari Direktorat Siber Polda Metro Jaya, Ipda Saji Purwanto.
Sementara itu Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra juga mengatakan hal serupa. Kata dia handphone jenis Samsung Ultra 22 seharihari digunakan korban sampai sekarang dan belum ditemukan. "Handphone itu sampai sekarang belum ditemukan," ujar Kombes Wira.
Ipda Saji Purwanto menjelaskan handphone yang diberikan kepada penyidik pertama kali adalah Samsung Note 0 dan dinyalakan tahun 2019 tepatnya bulan Juni.
"Kemudian kami melakukan penelitian bahwa handphone digunakan untuk komunikasi instant messenger pada September 2022 dan dinyalakan lagi pada Januari 2024, " kata Ipda Saji.
Kemudian lanjut Ipda Saji mencari perangkat laptop. Setelah ditemukan laptop milik Arya Daru ada koneksi ke perangkat Samsung Ultra 22 dari laptop tanggal 25 Juni 2025. "Jadi handphone yang kami periksa adalah handphone yang terakhir kali digunakan pada tahun 2022," kata Ipda Saji.
Ponsel Arya Daru yang hilang dan belum ditemukan yakni ponsel yang biasa digunakan korban untuk berkomunikasi dengan keluarga dan rekan kerja. Padahal, saat awal penyelidikan polisi tegas bilang tak ada barang berharga milik korban yang hilang di tempat kejadian perkara.
Kompolnas juga membenarkan informasi soal ponsel Arya Daru yang belum ditemukan. Ketua Harian Kompolnas, Arief Wicaksono bilang pada 7 Juli 2025 lalu, setelah berkomunikasi dengan istrinya sepulang dari Mal Grand Indonesia, sekira pukul 21.00 WIB tanpa sebab yang jelas tibatiba ponsel Daru off atau mati total dan tak bisa lagi dihubungi.
Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Nathanael E. J. Sumampouw mengungkap kondisi psikologis diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan. Ahli Asosiasi Psikologi Forensik—atau yang tergabung dalam Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia)—adalah para psikolog profesional yang memiliki keahlian khusus dalam menerapkan ilmu psikologi dalam konteks hukum dan peradilan.
Pemeriksaan terhadap Arya Daru dilakukan oleh tim yang terdiri dari tujuh psikolog berpengalaman dengan pendekatan autopsi psikologis. Nathanael menyebut dalam proses pengungkapan pihaknya mewawancarai keluarga, rekan kerja, atasan, dan orangorang yang mengenal almarhum.
Selain itu pihaknya juga mempelajari dokumen dan informasi dari kehidupan pribadi, pekerjaan, serta data dari kepolisian untuk memahami kondisi psikologis. Dari hasil pemeriksaan mendalam terungkap bahwa almarhum memiliki riwayat untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring. Data yang dihimpun, upaya itu pertama kali tercatat pada tahun 2013 dan terakhir kali terpantau pada tahun 2021.
Menurutnya, almarhum menjalankan tugas sangat mulia yakni memberikan perlindungan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Nathanael mengungkap Arya Daru seorang pekerja kemanusiaan yang memikul berbagai tanggung jawab, pelindung, pendengar, dan penyelamat (rescuer) bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis.
Hal itu menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial. Dalam bahasa psikologis, almarhum mengalami burnout (kelelahan mental), compassion fatigue (kelelahan karena kepedulian), serta terpapar penderitaan dan trauma. Apsifor menyimpulkan almarhum memiliki karakteristik kepribadian yang cenderung menekan dan menyembunyikan apa yang dirasakan.
"Almarhum mengalami dinamika psikologis yang kompleks," ujarnya.
Istilah psikologis merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan proses mental manusia. Ini mencakup cara seseorang berpikir, merasakan, berperilaku, dan merespons terhadap lingkungan atau situasi tertentu.
Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa kematian Arya Daru karena bunuh diri.“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra. Namun, mengenai motifnya, polisi tidak menjelaskan lebih lanjut. Meski begitu, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan, hasil pemeriksaan digital forensik, tidak ditemukan adanya ancaman terhadap Arya Daru semasa hidup."Hasil digital tidak ditemukan ancaman fisik, psikis terhadap korban termasuk kekerasan," kata Wira.
Rilis kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan sempat menyinggung isu perselingkuhan. Mulanya wartawan menanyakan bahwa ada informasi bahwa Arya Daru sempat salah mengirim pesan WhatsApp kepada istrinya.
Di mana pesan itu maksudnya tujukan untuk pihak lain, namun belum diketahui pasti untuk siapa pesan tersebut. Terkait pertanyaan itu, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra enggan memberikan komentar.
Menurutnya, bahwa kematian Arya Daru bukan disebabkan keterlibatan orang lain. Nada Wira meninggi saat memberikan jawaban perihal isu perselingkuhan.
"Korban meninggal bukan karena keterlibatan orang lain dan penyelidik belum menemukan pidana dalam perkara ini," tegasnya.
Dalam rilis kasus, polisi menampilkan CCTV detikdetik Arya Daru pergi ke mal Grand Indonesia (GI) di wilayah Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025) petang. Saat disinggung soal kedekatan Vara dan Arya, polisi enggan mengungkapnya. "Kami tidak bisa sampaikan karena privasi," jawab Kombes Wira. Nah, Vara ini juga disebut polisi masuk bersama Arya Daru dan Dion ke sebuah toko baju di mal.
"Berdasarkan CCTV pintu masuk H&M korban masuk ke dalam mal Grand Indonesia bersama Dion dan Vara sesuai dengan keterangan saksi," demikian keterangan pada paparan rangkaian rekaman CCTV yang ditampilkan Wira.