Jakarta (ANTARA) - China masih menjadi salah satu sumber utama investasi asing yang masuk ke Indonesia, dengan nilai investasinya mencapai 3,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.399) pada paruh pertama (H1) tahun ini.
Meski turun 8 persen dari tahun lalu, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Republik Indonesia (RI) mengatakan minat para investor China untuk masuk ke Indonesia masih cukup tinggi.
"Saya melihat minat investor China ke Indonesia tetap tinggi, dan mereka sekarang tidak hanya fokus ke pengolahan mineral tetapi juga sektor lainnya, termasuk yang terbaru investasi di industri pengolahan kelapa," kata Menteri Investasi dan Hilirisasi RI Rosan Roeslani di Jakarta pada Selasa (29/7).
China menempati posisi ketiga sebagai sumber utama investasi di Indonesia, setelah Singapura dan Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Hong Kong di China, dengan nilai investasi masing-masing sebesar 8,8 miliar dolar AS dan 4,6 miliar dolar AS.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi RI juga menjelaskan bahwa investasi dari China Daratan menyumbang sekitar 12 persen dari total nilai investasi di sektor hilirisasi pada paruh pertama tahun ini, yang mencapai Rp280,8 triliun.
Sektor hilirisasi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah yang mencakup berbagai bidang strategis, antara lain mineral, minyak dan gas bumi, perkebunan dan kehutanan, serta perikanan.
Peneliti sekaligus Direktur China-Indonesia di Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zulfikar Rakhmat memperkirakan aliran investasi dari China ke Indonesia akan segera pulih pada paruh (H2) kedua tahun ini dan tetap kuat memasuki 2026.
Salah satu pendorong investasi dari China ke depannya berasal dari megaproyek industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo pada akhir bulan lalu.
Proyek kerja sama antara perusahaan China dan Indonesia tersebut mencakup pembangunan fasilitas smelter nikel, pabrik produksi baterai, hingga fasilitas daur ulang baterai, dengan nilai investasi mencapai hampir 6 miliar dolar AS.
Namun Zulfikar menyebutkan investasi China di Indonesia berpotensi terdiversifikasi ke berbagai sektor lainnya, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata.
"Kerja sama terbaru antara kedua pemerintah pada Mei lalu membuka pintu bagi investasi di sektor lainnya, seiring pendekatan kolaboratif baru yang lebih inklusif dan multisektor," ujarnya kepada Xinhua.
Pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri China Li Qiang yang berlangsung di Jakarta pada 25 Mei lalu, menghasilkan sejumlah nota kerja sama baru.
Kesepakatan tersebut mencakup penguatan kerja sama industri dan rantai pasokan, kolaborasi antara bank sentral untuk transaksi bilateral dalam mata uang lokal, penandatanganan protokol ekspor durian beku dari Indonesia ke China dan lain sebagainya.