TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keinginan PSIM Yogyakarta untuk memperpanjang sewa mes yang akrab disebut Wisma PSIM di Jalan Mawar, Baciro, ditengarai menemui rintangan.
Hal tersebut disebabkan kenaikan signifikan terkait tarif sewa penggunaan bangunan yang ditetapkan oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Yogyakarta.
Berdasar surat jawaban permohonan sewa dengan kop BPKAD Kota Yogyakarta yang beredar, tarif sewa Wisma PSIM naik menjadi Rp304.900.000 per tahun, serta Rp914.700.000 per tiga tahun.
Sementara, untuk bangunan gedung atau kantor PSIM Yogyakarta, ditetapkan tarif sewa sebesar Rp110.200.000 per tahun dan Rp330.600.000 per tiga tahun.
Merespons polemik tersebut, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengungkapkan bahwa pemerintah harus menjalankan kewajiban untuk memungut pajak dari para wajib pajak.
Namun, ia memastikan, pintu negosiasi tetap terbuka, di mana PSIM Yogyakarta dapat mengajukan permohonan dispensasi jikalau memang merasa keberatan dengan ketetapan itu.
"Saya kira bisa dibicarakan. Pemerintah kan selalu menjalankan ketugasannya, semua wajib pajak harus ditagih, entah itu sewa atau apa, semua ditagih," tandasnya, Kamis (31/7/2025).
"Kalau pemerintah nggak nagih, kita salah. Tapi, ketika wajib pajak yang ditagih kemudian ada masalah, kan kita bisa melakukan suatu dispensasi," tambah Hasto.
Melalui potensi keringanan tarif tersebut, Wali Kota pun menegaskan komitmennya untuk mendukung sepak terjang salah satu klub sepakbola tertua di tanah air itu.
Sehingga, Laskar Mataram yang musim ini bakal berlaga di kompetisi kasta tertinggi, atau Super League, dipastikan tetap menggunakan Wisma PSIM sebagai mesnya.
"Kalau Saya, ya jangan digusur, mosok terus digusur. Bagaimanapun PSIM ini kan membawa nama baik Kota Yogyakarta," terangnya.
Bahkan, tidak hanya terkait eksistensi mes, Pemkot Yogyakarta juga tengah menggodog anggaran untuk merehabilitasi sejumlah lapangannya.
Nantinya, lapangan-lapangan tersebut dapat dimanfaatkan PSIM untuk menggulirkan pembinaan usia dini, melalui Elite Pro Academy (EPA).
"Secara bertahap, lapangan di Kota Yogyakarta harus jadi seperti Lapangan Karang. Supaya nanti bisa menjadi fasilitas untuk pembinaan sepakbola," ucapnya.
"Adanya Liga 1 kan harus didukung sekolah sepakbola, mulai dari U-13 sampai U-18, bahkan U-20 harus terwujud. Kalau tanpa itu kan nggak bisa," pungkas Hasto. (*)