Jakarta (ANTARA) - Film "Lyora: Penantian Buah Hati," yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 7 Agustus mendatang, menawarkan narasi mendalam tentang aral atau halangan kehamilan dari berbagai perspektif.

Film tersebut, menurut penulis skenario Titien Wattimena dan Priska Amalia, bukan biopik tunggal Meutya Hafid, melainkan gabungan kisah nyata dari banyak pasangan yang berjuang menanti kehamilan.

"Ini berdasarkan kisah nyata dari banyak pasangan. Jadi, kami mencoba menggabungkan banyak cerita menjadi satu film ini dengan lini waktu penceritaan yang memang berdasarkan lini waktu yang riil yang pernah terjadi," ujar Titien dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, karakter Meutya juga dibuat menghadapi bermacam-macam rintangan, termasuk rintangan eksternal yang ditunjukkan dalam film seperti pandemi COVID-19 atau berbagai halangan lainnya, demi menunjukkan bahwa konflik ceritanya kian membesar.

"Itu sifatnya adalah kendaraan-kendaraan bagi pesan-pesan yang ingin kami sampaikan bahwa sebuah perjuangan itu pasti banyak aral atau halangannya semakin lama semakin besar," kata Titien.

Titien mengungkapkan kehati-hatian tim penulis agar tidak ada pasangan yang tersakiti oleh kisah yang mereka jadikan konflik cerita, sembari menekankan bahwa mereka percaya, tujuan dari sebuah perjuangan itu bukan hanya hasil akhir, tetapi justru perjalanannya.

Meskipun bukan biopik murni, sutradara Pritagita Arianegara mengatakan inspirasi pendalaman karakter Meutya yang diperankan oleh aktris Marsha Timothy ada yang datang dari sosok Meutya Hafid.

"Kami pernah ketemu. Yang aku ambil dari Bu Meutya itu lebih kepada beliau juga sama ya mengalami hal tersebut," ujar Pritagita.

Inspirasi yang datang dari pengalaman Meutya menjadi menarik, karena ia seorang perempuan modern dan sukses namun tetap mengalami hasrat manusiawi untuk memiliki anak.

"Bagaimana sih rasanya sebagai perempuan sukses [yang] ternyata punya sesuatu yang tidak dia punya," kata Pritagita.

Pritagita juga ingin mengajak para penonton untuk turut merasakan emosi yang dialami oleh suami Meutya, Fajrie, yang telah menanti buah hati sekitar tujuh sampai delapan tahun, termasuk cara dia menghadapi emosi sang istri yang naik-turun akibat suntik hormon rutin setiap bulan sebelum menjalani program bayi tabung.