Gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,7 mengguncang Pesisir Timur Semenanjung Kamchatka Rusia pada Rabu (30/7/2025) pagi waktu setempat.
Gempa bumi yang memicu gelombang tsunami di sejumlah negara, termasuk Indonesia tersebut berpusat di koordinat 52,51° LU; 160,26° BT.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa terjadi sekitar 126 km dari PetropavlovskKamchatsky, Ibu Kota Kamchatka, pada kedalaman 18,2 km.
Sementara jarak Kamchatka dengan Moskow yakni 6.766 Km. Apabila ditempuh menggunakan pesawat akan memakan waktu kurang lebih 9 jam.
Merujuk pada besarnya kekuatan gempa yang terjadi, gempa bumi yang mengguncang Kamchatka Rusia bisa dikategorikan sebagai gempa bumi megathrust.
Lantas, apakah gempa bumi megathrust itu dan seberapa besar dampaknya?
Dikutip dari Wikipedia, gempa bumi megathrust merupakan gempa bumi dengan kekuatan besar yang terjadi pada zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif, di mana satu lempeng tektonik tertekan di bawah lempeng yang lain.
Sejak tahun 1900, gempa bumi dengan magnitudo 8,0 atau yang lebih besar dianggap sebagai gempa bumi megathurst.
Gempa bumi megathrust dapat berlangsung selama 57 menit, atau dalam kasus lain, berlangsung lebih dari 10 menit.
Gempa bumi megathrust memiliki sejumlah karateristik yakni sebagai berikut:
Kekuatan Gempa yang Besar
Gempa megathrust memiliki magnitudo yang sangat besar, seringkali di atas 8,0, bahkan bisa mencapai 9,0 atau lebih.
Durasi Guncangan Panjang
Karena luasnya zona patahan, gempa megathrust dapat berlangsung beberapa menit, berbeda dengan gempa biasa yang biasanya berlangsung lebih singkat.
Potensi Tsunami
Pergerakan vertikal dasar laut yang signifikan saat gempa megathrust terjadi dapat memicu tsunami besar dan merusak.
Aftershocks
Gempa susulan setelah gempa megathrust bisa berlangsung lama dan beberapa di antaranya bisa sangat kuat.
Terjadi di Zona Subduksi
Gempa megathrust kebanyakan terjadi di zona subduksi, yaitu pertemuan dua lempeng tektonik di mana satu lempeng menunjam di bawah lempeng lainnya.
Gempa bumi megathrust yang mengguncang Kamchatka Rusia dan memicu gelombang tsunami pada Rabu (30/7/2025) bukan satusatunya yang pernah terjadi di dunia.
Berikut beberapa gempa bumi megathrust yang pernah terjadi dalam sejarah peradaban manusia:
Gempa Megathrust Valdivia 1960 di Chile
Gempa Valdivia 1960 di Chile tercatat sebagai gempa bumi megathrust paling kuat yang pernah tercatat, dengan magnitudo mengejutkan sebesar 9,5 pada skala Richter. Terjadi pada 22 Mei 1960, gempa ini adalah hasil dari subduksi Lempeng Nazca di bawah Lempeng Amerika Selatan.
Peristiwa ini tidak hanya menghasilkan tsunami yang melintasi Samudra Pasifik, tetapi juga menyebabkan perubahan elevasi daratan yang signifikan di wilayah pesisir Chile.
Gempa Alaska (AS) 1964
Di Amerika Serikat, Gempa Alaska 1964, juga dikenal sebagai Gempa Jumat Agung, tetap menjadi gempa paling kuat dalam sejarah Amerika Utara, dengan magnitudo 9,2.
Pada 27 Maret 1964, gempa ini menyebabkan kerusakan signifikan di Anchorage dan menghasilkan tsunami yang memengaruhi pantai Pasifik.
Gempa Samudra Hindia 2004
Peristiwa megathrust monumental lainnya adalah Gempa Samudra Hindia 2004 di dekat Sumatra, dengan magnitudo berkisar antara 9,1.
Gempa megathrust ini, yang terjadi pada 26 Desember 2004, memicu tsunami besar yang mendatangkan malapetaka di 14 negara, termasuk yang paling parah adalah di Indonesia, juga menerjang Thailand, Sri Lanka, dan India.
Selain tsunami, gempa ini juga memicu longsor bawah laut sepanjang beberapa kilometer di bawah laut.
Gempa Maule di Chile 2010
Chile sekali lagi dilanda gempa megathrust kuat pada 27 Februari 2010, yang dikenal sebagai Gempa Maule.
Dengan magnitudo 8,8, gempa ini menyebabkan kerusakan luas di Chile bagian tengah, terutama di kota Concepción dan Santiago.
Tsunami yang dihasilkan semakin berdampak pada wilayah pesisir, menyebabkan korban jiwa sekitar 525 orang.
Gempa Maule menjadi studi kasus penting dalam memahami bagaimana bangunan dan infrastruktur merespons guncangan gempa yang kuat, memberikan informasi berharga untuk perbaikan desain dan konstruksi di wilayah rawan gempa.
Gempa Tohoku di Jepang tahun 2011
Jepang mengalami salah satu bencana alam paling dahsyatnya pada 11 Maret 2011, ketika Gempa megathrust Tōhoku melanda dengan magnitudo 9,1.
Gempa ini, diikuti oleh tsunami yang menghancurkan, menyebabkan kerusakan parah di Jepang timur laut dan menyebabkan bencana nuklir Fukushima Daiichi yang terkenal.
Terjadinya gempa bumi megathrust tentu saja akan menimbulkan beberapa dampak sebagai berikut:
Tsunami Dahsyat
Salah satu dampak utama dari gempa megathrust adalah tsunami. Gempa di bawah laut yang kuat dapat memicu pergerakan dasar laut secara tibatiba, menyebabkan gelombang tsunami besar yang bisa mencapai daratan dalam waktu singkat.
Hal itu terjadi saat gempa yang mengguncang Kamchatka, Rusia pada 30 Juli 2025. Pasca gempa sejumlah negara mengeluarkan peringatan dini tsunami seperti Jepang, Hawaii, Guam, Alaska, hingga Indonesia.
Kerusakan Infrastruktur Skala Besar
Selain tsunami, gempa bumi megathrust sendiri berpotensi menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur di daratan.
Gempa berkekuatan besar dapat menyebabkan runtuhnya gedunggedung, jembatan, dan fasilitas publik seperti rumah sakit dan sekolah.
Korban Jiwa
Dampak paling mengerikan dari bencana megathrust adalah tingginya angka korban jiwa. Berdasarkan pengalaman gempa dan tsunami sebelumnya, jumlah korban jiwa bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ribu orang.
Kerusakan Ekosistem dan Lingkungan
Bencana megathrust juga akan berdampak pada lingkungan. Selain kerusakan pada ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove, dan hutan bakau, tsunami juga bisa mengangkut limbah dan bahan kimia berbahaya ke daratan, mencemari lahan pertanian, perairan tawar, dan laut.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari bencana megathrust juga akan sangat besar. Kegiatan ekonomi di wilayah yang terdampak akan terhenti, sementara pemerintah dan sektor swasta perlu menggelontorkan dana besar untuk pemulihan infrastruktur, perbaikan ekonomi, dan pemulihan kehidupan masyarakat.
Belakangan ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya isu terkait gempa bumi megathrust.
Meskipun belum diketahui kapan dan di mana akan terjadi, gempa bumi megathrust selalu menjadi ancaman tersendiri, khususnya bagi masyarakat yang yang tinggal di pesisir Barat Sumatra, Selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, dan sejumlah wilayah yang dilalui zona subduksi aktif.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pernah memperingatkan gempa dari dua zona megathrust, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust MentawaiSiberut, tinggal menunggu waktu.
Alasannya, dua zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau ada seismic gap, yakni lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar punya siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.
Namun BMKG belum dapat memastikan kapan bencana alam itu akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.
"Sebetulnya isu megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yang sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk 'ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana)," ujar Dwikorita, dikutip dari laman resmi BMKG.
"Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan," sambungnya.