Hadapi Krisis Iklim, Ahli: Konsep Blue Food Bakal Hasilkan Pangan Bebas Emisi
GH News July 31, 2025 05:06 PM

Program Impact Manager Oceans Climateworks Centre, Etwin Kuslati Sabarini, mengatakan blue food memberikan panganan yang proporsional dalam menghadapi krisis iklim.

Blue bites, kata Etwin, merupakan bentuk dari konsep blue food, yaitu pangan yang berasal dari ekosistem perairan, laut, pesisir, sungai, dan danau seperti ikan, rumput laut, moluska, dan krustasea. 

"Di tengah krisis iklim dan menurunnya keanekaragaman hayati, blue food menawarkan solusi rendah emisi, kaya nutrisi, dan menopang ekonomi masyarakat pesisir serta perairan darat," ujar Etwin melalui keterangan tertulis, Kamis (31/7/2025).

Hal tersebut diungkapkan oleh Etwin pada side event bertajuk Blue Bites: A Culinary Dive into ClimateFriendly Food Solutions yang digelar Climateworks Centre bersama Climate Reality Indonesia dan IPB University. 

Acara ini bagian dari The 5th International Conference on Integrated Coastal Management and Marine Biotechnology di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta

Panel diskusi dipandu oleh Amanda Katili Niode, Ph.D., Direktur Climate Reality Indonesia. Hadir Dr. Tukul Rameyo Adi, peneliti senior dari IPB University membahas peran blue food dalam dekarbonisasi sistem pangan. 

Meilati Batubara, Direktur Eksekutif NUSA Indonesian Gastronomy Foundation menyoroti kontribusi blue food dalam warisan kuliner berkelanjutan. 

Serta Atin Prabandari, Ph.D., dosen hubungan internasional UGM mengangkat peran perempuan dalam rantai pangan laut.

"Kami mendukung penuh acara ini untuk memperkuat informasi ilmiah dengan bukti nyata, keragaman dan kelezatan blue food Indonesia yang patut dibanggakan," kata Community Action Manager Climate Reality Indonesia, Arifah Handayani.

Sesi interaktif mempertemukan peneliti, aktivis, pembuat kebijakan, serta peserta internasional, membahas pentingnya menggali, mendokumentasikan, dan mempromosikan blue food Nusantara.

Blue Food Nusantara disuguhkan dalam bentuk modern, antara lain belut balado (Sumatra Barat), oyster Noorhosori ( Papua), siput blencong (Pulau Pari), wader bumbu pecel (Yogyakarta), tuna gohu (Halmahera), kepiting soka kari andaliman (Sumatra Utara), rujak bulung boni dan minuman rumput laut (Bali).

Etwin Kuslati Sabarini adalah seorang ahli kelautan dan kebijakan lingkungan yang saat ini menjabat sebagai Program Impact Manager Oceans di Climateworks Centre.

Ia memimpin program SEAFOAM (Southeast Asia Framework for Ocean Action in Mitigation), yang bertujuan mengintegrasikan solusi berbasis laut ke dalam komitmen iklim negaranegara Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Berikut profil singkatnya:

Pendidikan: Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Magister Ecological Marine Management dari Vrije Universiteit Brussels dan Universitas Antwerp, Belgia. Pengalaman: Pernah bekerja di UN Environment Programme, FAO, Wetlands International, dan Sekretariat ASEAN Ahli dalam pengelolaan pesisir terpadu, kebijakan perikanan, dan pembangunan berkelanjutan Gagasan: Mempromosikan konsep blue food sebagai solusi iklim yang berkeadilan dan berakar pada budaya lokal Indonesia Menekankan pentingnya pangan laut seperti ikan, rumput laut, dan moluska dalam menurunkan emisi karbon dan menjaga identitas kuliner Nusantara Etwin dikenal sebagai sosok yang menggabungkan ilmu, kebijakan, dan budaya dalam pendekatan keberlanjutan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.