TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah transisi kekuasaan nasional, Partai Gerindra dikabarkan mengganti pengisi kursi Sekjen: Sugiono disebut menggantikan Ahmad Muzani. Meski belum diumumkan resmi, pergeseran ini memicu spekulasi soal arah baru partai dan dinamika faksi internal.
Struktur hasil KLB Hambalang Februari 2025 belum dipublikasikan, dan SK baru belum terbit.
Muzani sendiri membantah ada serah terima jabatan.
“Enggak ada (serah terima jabatan Sekjen Gerindra),” ujarnya singkat di Kompleks Parlemen.
Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, meminta publik menunggu pernyataan resmi dari Muzani.
Dasco mengakui SK kepengurusan Partai Gerindra hasil KLB Hambalang sudah diajukan ke Kemenkumham, namun masih bisa direvisi jika ada pergantian.
“Kita sudah masukin, tapi kalau memang mungkin ada pergantian, kan bisa dimasukkan lagi. Nah itu kan mekanisme yang biasa di Kementerian Hukum Republik Indonesia.”
Sugiono lahir di Takengon, Aceh, dan merupakan salah satu lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara angkatan 1997. Ia melanjutkan pendidikan militer di Norwich Military Academy, Amerika Serikat, dan meraih dua gelar magister di Jerman. Kariernya dimulai sebagai prajurit Kopassus, lalu menjadi sekretaris pribadi Prabowo, anggota DPR RI, Ketua Fraksi Gerindra MPR, dan kini Menteri Luar Negeri.
Di internal Gerindra, Sugiono memimpin faksi ideologis yang loyal pada visi Prabowo. Ia juga menjabat Ketua Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN), memperkuat jejaring alumni Tarnus yang kini mengisi banyak posisi strategis di kabinet dan partai.
“Sugiono adalah anak ideologis Prabowo. Ia bukan sekadar kader, tapi representasi arah baru partai,” ujar sumber internal Gerindra kepada Tempo.
Faksi Sugiono dikenal solid, teknokratik, dan berorientasi pada stabilitas jangka panjang.
Faksi ini terbentuk secara organik melalui kedekatan ideologis, latar pendidikan militer, dan pengalaman langsung bersama Prabowo.
“Saya sudah hitung, dua, tiga, empat alumni SMA Taruna Nusantara akan jadi menteri di kabinet yang baru,” ujar Hashim Djojohadikusumo, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra.
Beberapa politisi Gerindra yang tergolong dalam faksi Sugiono dan memiliki latar belakang Tarnus antara lain:
Meski faksi Tarnus makin dominan, Sugiono menegaskan bahwa tidak ada eksklusivisme berbasis sekolah atau kelompok tertentu.
“Tidak ada batas-batas itu tadi, alumni-alumni ataupun kelompok-kelompok. Ini merupakan sebuah effort bersama,” ujar Sugiono di Kompleks Parlemen.
Ahmad Muzani lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 19 Juli 1968. Ia menikah dengan Himmatul Aliyah, seorang politisi Partai Gerindra yang juga menjabat sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jakarta II. Dari pernikahan tersebut, Muzani dikaruniai empat anak.
Karier politiknya dimulai di Partai Bintang Reformasi (PBR) bentukan Zainuddin MZ, di mana ia menjabat sebagai Wakil Sekjen. Pada 2008, ia dipercaya menjadi manajer perkebunan kelapa sawit milik Prabowo Subianto, sebelum bergabung dengan Partai Gerindra dan langsung ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal sejak awal pendirian partai.
Muzani dikenal memimpin faksi pragmatis—berbasis jaringan legislatif, birokrasi, dan elite daerah. Ia menjabat sebagai anggota DPR RI selama empat periode berturut-turut dan kini menduduki posisi sebagai Ketua MPR RI periode 2024–2029.
“DPC dan DPD meminta agar Pak Prabowo kembali menjadi Ketua Umum. Beliau siap menerima amanah tersebut,” ucap Muzani saat memimpin Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, pada 13 Februari 2025.
Politisi Gerindra yang tergolong dalam faksi pragmatis Muzani antara lain:
Pada Februari 2025, Gerindra menggelar Kongres Luar Biasa di kediaman Prabowo di Hambalang. Awalnya disebut sebagai Rapimnas, forum itu berubah menjadi KLB setelah seluruh DPD dan DPC mendukung Prabowo sebagai formatur tunggal.
Dalam forum tertutup itu, Sugiono disebut-sebut ditunjuk langsung sebagai Sekjen menggantikan Muzani. Namun, hingga kini belum ada pengumuman resmi dari DPP Gerindra.
“Struktur kepengurusan belum diumumkan. Saya juga baru tahu kabar itu dari media,” ujar Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Umum Gerindra.
Kabar pergantian ini membuka spekulasi tentang arah baru Gerindra. Apakah partai akan lebih militeristik, diplomatis, atau justru tertutup?
Sugiono yang dikenal low profile namun strategis, diyakini akan menjadi figur bayangan Prabowo dalam mengelola partai dan pemerintahan. Sementara Muzani tetap berpengaruh di parlemen dan MPR, menjaga keseimbangan antara faksi ideologis dan pragmatis.
Dengan Prabowo sebagai presiden dan Sugiono digadang-gadang sebagai Sekjen, Gerindra memasuki babak baru. Babak yang bukan hanya soal jabatan, tapi soal arah. Arah yang ditentukan oleh figur-figur bayangan, loyalitas ideologis, dan benturan kepentingan yang tak selalu terlihat di permukaan.
Namun, hingga struktur resmi diumumkan dan Ahmad Muzani menyampaikan langsung dalam konferensi pers, satu hal tetap menggantung: apakah Sugiono benar-benar telah menggantikan Muzani, atau ini hanya awal dari pergeseran yang lebih besar?