TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik sekaligus Direktur Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengungkap adanya dugaan skenario politik yang dirancang untuk menggoyang struktur internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pangi Syarwi selain dikenal sebagai seorang analis politik, dirinya juga merupakan dosen tetap ilmu politik di Universitas Bung Karno, salah satu universitas swasta yang terletak di Jakarta.
Pangi menyebut skenario itu, menurutnya, berawal dari upaya memenjarakan, Hasto Kristiyanto yang kala itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, sebagai pintu masuk untuk merebut posisi strategis tersebut.
Hingga akhirnya posisi Sekjen PDIP yang sebelumnya kosong lantaran Hasto berada di balik jeruji, dijabat oleh Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Megawati rangkap jabatan (Ketum-Sekjen PDIP) masuk dalam informasi jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP periode 2025–2030, merupakan hasil Kongres ke-6 di Bali, dikonfirmasi oleh Ketua Steering Committee Kongres, Komarudin Watubun, dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (2/8/2025).
Siapa yang mengisi kursi jabatan Sekjen PDIP sempat jadi tanda tanya, usai Hasto dinyatakan terbukti bersalah dalam kasus suap terhadap eks Komisioner KPU Wahyu Setiawan dalam pengurusan Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI Harun Masiku.
Pada 25 Juli 2025, dalam sidang vonis, Hakim pun menjatuhkan vonis penjara 3 tahun dan 6 bulan terhadap Hasto.
Namun kini Hasto telah bebas dari penjara usai diberikan amnesti oleh Presiden Prabowo Subianto, diumumkan langsung oleh Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, didampingi oleh Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Menteri Sekretaris Desa Prasetyo Hadi serta Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, Kamis (31/7/2025) malam.
Amnesti merupakan penghapusan hukuman yang diberikan oleh Presiden kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana tertentu, mengutip ditjenpas.go.id.
"Desain awal skenario tersebut, yang membuat Hasto menjadi tersangka, kemudian kan pintu masuknya kebuka untuk penggantian Sekjen PDIP, kemudian masuklah orang-orang yang dianggap sebagai barang selundupan itu," ujar Pangi kepada Tribunnews.com, Sabtu (2/8/2025).
Meski tidak secara gamblang menyebut siapa yang dimaksud dengan “orang-orang selundupan”, Pangi menilai mereka memiliki kualitas politik yang jauh di bawah Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Dan Ibu Mega piawai serta mahir soal membaca kondisi partainya," lanjutnya.
Menurut Pangi, kecermatan politik Megawati menjadi kunci dalam menggagalkan skenario tersebut.
Sense politik putri Proklamator RI, Soekarno, itu dinilainya sangat tajam, bahkan mampu menghalangi upaya terselubung yang bertujuan memecah belah partai berlambang banteng tersebut.
"Sense of politics Ibu Mega itu berkelas, makanya beliau gantung posisi Sekjen PDIP, walaupun saat itu Hasto sudah menjadi tersangka," jelasnya.
Lebih lanjut, Pangi menyebut langkah Megawati dalam mempertahankan posisi Sekjen PDIP bukan tanpa alasan. Ia menduga Megawati ingin mencegah “penumpang gelap” masuk ke dalam tubuh partai.
Akhirnya, menurut Pangi, upaya tersebut berhasil menjaga marwah PDIP sebagai partai nasionalis, sekaligus menggagalkan usaha pihak-pihak tertentu yang ingin mengguncang soliditas internal partai.
Pangi Syarwi menilai langkah Megawati untuk rangkap jabatan (Ketum-Sekjen) itu bukan tanpa alasan.
Menurutnya, Megawati sedang berupaya menjaga partai berlambang banteng tersebut dari infiltrasi kekuatan eksternal yang ingin mengintervensi arah politik PDIP.
"Ibu Mega ini menjaga partai PDIP supaya tidak dirongrong 'barang selundupan' atau titipan atau pesanan politik dari ruang-ruang gelap kekuasaan lain," ujar Pangi kepada Tribunnews.com, Sabtu (2/8/2025).
Pangi menyebut bahwa posisi Ketua Umum PDIP sudah menjadi semacam hak veto bagi Megawati, yang sulit digantikan oleh sosok lain.
Hingga kini, Megawati tetap mempertahankan kursi tersebut tanpa perlawanan berarti di internal partai.
"Posisi Ketua Umum PDIP hampir sulit untuk digantikan karena itu semacam hak veto Ibu Mega. Untuk menjadi Ketum PDIP memang tidak akan terganti, dan terbukti belum berganti. PDIP tetap strategis," lanjutnya.
Lebih jauh, Pangi menilai absennya pengganti Hasto sebagai Sekjen PDIP merupakan bentuk konsolidasi internal.
Menurutnya, Megawati menggantung posisi tersebut demi menghindari gangguan eksternal yang berpotensi mengganggu stabilitas internal partai.
"Memang untuk mengunci supaya tidak ada tangan-tangan orang lain untuk mengotak-atik partai PDIP, merusak konsolidasi partai, merusak persatuan para kader PDIP," tegasnya.
Pangi bahkan menyebut adanya ‘kotoran-kotoran dari luar kekuasaan’ yang berusaha masuk ke tubuh PDIP dan kini tengah dibendung oleh Megawati.
"Agar tidak bisa merusak partai PDIP, dan itu yang saya cermati. Ibu Mega menghindari penumpang-penumpang gelap yang ingin menyerobot PDIP," imbuhnya.
Dalam pidato yang disampaikan saat Kongres VI PDIP, Sabtu (2/8/2025), Megawati menegaskan partainya tak akan jadi oposisi pemerintah.
Hal itu disampaikan saat mengucap pidato politiknya dalam penutupan Kongres VI PDIP di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali.
Melanjutkan langkahnya menjadi pimpinan partai, Megawati Soekarnoputri mengarahkan agar PDIP mengambil sikap sebagai penyeimbang dalam pemerintahan Prabowo.
"Kita adalah partai ideologis, yang berdiri di atas kebenaran berpihak pada rakyat dan bersikap tegas sebagai penyeimbang demi menjaga arah pembangunan nasional, tetap berada rel konstitusi dan kepentingan rakyat banyak," kata Megawati.
Meski begitu, Presiden kelima RI ini pun mengatakan PDIP akan mendukung setiap kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat, dilansir Tribun-Bali.com.
Namun, kata Megawati, PDIP akan bersuara lantang dan bertindak tegas terhadap setiap penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila, keadilan sosial, dan amanat penderitaan, hukum yang berkeadilan.
"Sebab bagi kita keberpihakan bukan soal berada di dalam atau di luar pemerintahan tetapi soal setiap pada kebenaran dan berpihak pada moralitas politik yang diajarkan bapak bangsa kita Bung Karno," ujarnya.
Megawati pun mengajak kepada seluruh kader PDIP untuk menjaga peran strategis partai dalam wajah demokrasi Indonesia yang susah payah telah laksanakan dengan nama reformasi.
(Garudea Praabwati) (Tribun-Bali.com)