Indonesia resmi melangkah ke era baru pertahanan udara nasional melalui kerja sama strategis dengan Turkish Aerospace Industries (TUSAŞ) dalam pengadaan jet tempur generasi kelima, KAAN.
Perjanjian ini disahkan Kementerian Pertahanan RI mencakup pengadaan 48 unit jet tempur canggih dalam konfigurasi khusus untuk Indonesia.
Langkah monumental ini tidak hanya memperkuat armada TNI Angkatan Udara (TNI AU), tetapi juga menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk membangun ekosistem pertahanan mandiri berbasis teknologi tinggi.
Kerja sama ini melibatkan alih teknologi, pengembangan kapasitas SDM, serta keterlibatan aktif industri pertahanan nasional.
“Kami sebagai industri pertahanan nasional siap mendukung dan melakukan proses alih teknologi KAAN dari Türkiye ke Indonesia. Ini adalah momentum strategis untuk membawa kemampuan manufaktur dan peningkatan kapasitas dukungan domestik yang mandiri,” ujar Norman Joesoef, Founder Republikorp, dalam keterangannya, Selasa (5/8/2025).
Republikorp sebagai perusahaan induk badan usaha milik swasta yang merupakan mitra strategis nasional yang telah berhasil meyakinkan para produsen dan pemilik teknologi internasional guna mengadopsi teknologi strategis dengan membangun lini produksi di dalam negeri dalam bentuk joint venture guna mencapai kemandirian industri pertahanan nasional.
Jet tempur KAAN dirancang sebagai pesawat superioritas udara bermesin ganda yang mampu beroperasi dalam segala cuaca. Dengan teknologi radar AESA (Active Electronically Scanned Array), ruang senjata internal, serta desain siluman (lowobservable), KAAN dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tempur modern di kawasan yang semakin dinamis.
Indonesia akan menerima 48 unit pesawat dalam varian khusus "Indonesian Configuration" yang menggunakan mesin buatan Türkiye.
Selain itu, infrastruktur pendukung seperti simulator penerbangan lokal dan pusat pelatihan juga akan dibangun di dalam negeri, lengkap dengan program pelatihan bagi pilot, teknisi, dan kru darat.
Keterlibatan Industri Dalam NegeriKerja sama strategis ini turut melibatkan dua entitas industri pertahanan nasional, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan PT Republik Aero Dirgantara (PT RAD).
Keduanya akan berperan aktif dalam proses produksi, integrasi teknologi, serta pemeliharaan jangka panjang sistem senjata ini.
Dengan dukungan penuh dari TUSAŞ sebagai original equipment manufacturer (OEM), serta sinergi antar mitra lokal, Indonesia memposisikan diri bukan hanya sebagai pengguna, tetapi sebagai bagian dari rantai pasok dan pengembangan teknologi pertahanan global.
“Kami telah berhasil meyakinkan para produsen dan pemilik teknologi internasional untuk membangun lini produksi di dalam negeri dalam bentuk joint venture. Ini adalah bukti komitmen kami untuk mencapai kemandirian industri pertahanan nasional,” tambah Norman.
Proyek KAAN menjadi simbol transformasi Indonesia dari negara konsumen alutsista menjadi negara dengan kemampuan rekayasa dan produksi sistem pertahanan modern.
Dia mengatakan kolaborasi ini juga memperkuat visi jangka panjang Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri pertahanan di kawasan Asia Tenggara dan global.
Dengan kerja sama ini, Indonesia tidak hanya memperkuat kekuatan tempur udara, tetapi juga membangun fondasi bagi kemandirian teknologi strategis yang akan berdampak pada pertahanan dan keamanan nasional di masa depan.