TRIBUNNEWS.COM - Badminton Malaysia (BAM) fokus penguatan mental untuk penggawa andalannya songsong Kejuaraan Dunia BWF 2025.
Sebagaimana melansir NST, para pelatih bulutangkis Malaysia seharusnya tidak hanya berfokus pada teknik, tetapi juga pada pikiran para pemainnya.
Itulah pesan dari mantan juara dunia dan Olimpiade, Rexy Mainaky, yang dianggap oleh banyak orang sebagai sosok yang berjasa dalam kesuksesan bulutangkis Malaysia, terutama di nomor ganda, dalam beberapa tahun terakhir.
Pelatih andalan ganda putra Malaysia asal Indonesia ini mendesak para pelatih Malaysia untuk lebih dari sekadar memberikan instruksi teknis.
Jajaran juru taktik diminta untuk mengadopsi pendekatan yang lebih emosional untuk menempa para pemain menjadi 'pejuang mental'.
"Ini bukan tentang menjadi robot - menekan warna merah untuk kesalahan atau hijau untuk permainan yang sempurna," jelas Rexy.
"Mereka adalah manusia. Untuk mendapatkan yang terbaik dari mereka, kita perlu melatih dengan hati, bukan hanya metode," ujarnya menambahkan.
Meski begitu, Rekan Herry Iman Pierngadi alias Herry IP ini mengatakan peningkatan keterampilan tetap menjadi bagian dari pelatihan.
Inkonsistensi performa dalam jajaran pemain elite lebih sering disebabkan oleh faktor emosional dan psikologis daripada kekurangan teknis.
Berdasarkan pengalamannya, Rexy mengatakan bahwa pelatih harus mengamati dengan seksama, memahami isyarat emosional.
Kemudian memberikan dukungan tepat waktu kepada atlet andalannya yang tengah berjuang.
"Peran pelatih bukan hanya tentang taktik atau keterampilan. Mereka harus memahami pemain mereka sepenuhnya, seperti orang tua memahami seorang anak," papar Rexy.
"Seorang anak mungkin melakukan sesuatu yang salah karena mereka kurang pengalaman."
"Namun, sebagai orang dewasa, kita tahu bahwa hal tersebut dapat memengaruhi karakter mereka. Sama halnya dengan para atlet. Pelatih harus bisa mengenali dan membimbing mereka untuk melewatinya," jelasnya.
Fokus penegasan Rexy lainnya yakni pelatih harus waspada terhadap perubahan halus dalam sikap atau kepercayaan diri pemain.
Khususnya ketika penampilan mereka berfluktuasi meskipun mereka telah berlatih secara konsisten.
"Orang-orang mungkin berkata, ‘Oh, permainan lapangan depan mereka lemah,’ atau ‘Mereka terlalu lamban,’ tetapi masalah sebenarnya mungkin adalah kondisi pikiran pemain," papar sang juru taktik.
"Mungkin fokus mereka terganggu sebelum pertandingan. Kita semua juga manusia - pemain juga," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa peningkatan dalam teknik biasanya bersifat marjinal, dan bahwa kesuksesan membutuhkan keselarasan antara pola pikir pemain dan tujuan pelatih.
"Jika seorang pemain berkembang secara teknik namun secara mental masih tidak konsisten, bagus di satu hari, buruk di hari berikutnya, apa alasannya? Saat itulah pelatih perlu melihat lebih dalam. Apa yang menjadi akar masalahnya?" tegas Rexy.
Rexy juga menekankan bahwa pelatihan dan pembinaan atlet harus meliputi manajemen kehidupan seperti istirahat, diet, dan disiplin emosional yang semuanya berdampak pada performa.
"Persiapan tidak hanya tentang pekerjaan di lapangan. Ini termasuk istirahat, diet, menjaga kesehatan dan mental. Pemain harus ingin sukses, tetapi pelatih harus membimbing mereka menuju pola pikir tersebut," pungkasnya.
(Niken)