Sekilas tentang Masa Kecil Para Proklamator Kemerdekaan Indonesia
Moh. Habib Asyhad August 07, 2025 04:34 PM

Atas nama bangsa Indonesia, pada 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Inilah masa kecil dua proklamator kita.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intiasri-Online.com -Pada 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi. Dengan ini resmilah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Bukan itu saja! Kedua tokoh ini kemudian diserahi tugas untuk memimpin negara kita. Bung Karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.

Keduanya adalah pemimpin besar kita. Tapi sebelumnya mereka pun seorang anak yang senang bermain dan harus rajin belajar, seperti kita. Tentunya kau ingin tahu sedikit tentang kehidupan mereka di masa kecil.

Kusno, Bung Karno kecil

Pada 6 Juni 1901, ketika fajar menyingsing lahirlah seorang bayi. Kedua orangtuanya, Raden Sukemi Sostrodihardjo gembira sekali. Dan memberinya nama Kusno.

Menurut kepercayaan orangtuanya yang Jawa asli, anak yang lahir di saat fajar di kemudian hari akan menjadi seorang pemimpin. "Ah, semoga hal ini benar-benar terjadi!" ujar ayah Kusno dalam hati.

Semenjak kecil Kusno sering mendengar cerita-cerita kepahlawanan. Cerita ini menarik perhatiannya. Dan diam-diam dia mencamkannya dalam hati.

Siapakah Kusno itu?

Kusno tak lain adalah nama kecil Bung Karno. Semenjak bayi, Kusno sering sakit-sakitan. Dan ketika berusia 11 tahun Kusno diserang sakit typus yang cukup parah. Selama berhari-hari panas tubuhnya tak kunjung turun, sehingga membuat cemas orangtuanya. Untunglah kemudian Kusno sehat kembali. Menurut kepercayaan seorang anak yang sering sakit-sakitan, mungkin karena namanya tidak cocok. Maka orangtua Kusno mengubah nama itu menjadi Sukarno. Yang berarti pahlawan yang baik. Aneh memang! Semenjak saat itu Kusno, eh Sukarno, pun tidak pernah lagi sakit-sakitan.

Pada umur 5 tahun Kusno harus pergi ke sekolah. Mula-mula dia bersekolah di sekolah Melayu. Tapi kemudian ketika duduk di kelas V, dia dipindahkan ke sekolah Belanda. Maksudnya agar kelak Kusno dapat melanjutkan sekolah. Di sekolah yang baru ini Kusno tak senang. Dia sering diolok-olok dan diperlakukan tidak adil oleh orang-orang Belanda. Tentu saja Bung Karno naik pitam, dan perkelahian pun tak dapat dihindarkan.

Sukarno seorang anak yang berbakti pada orangtuanya. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dia selalu menumbuk padi dahulu. Dan sore hari dia sering kali memancing. Dan hasilnya digunakan untuk makan bersama dengan orangtuanya dan kakaknya, Sukarmini. Tapi yang penting dari semua ini, Sukarno rajin belajar.

Pada tahun 1921 Sukarno berhasil menamatkan sekolah HBS (SMA pada zaman Belanda). Mula-mula dia ingin melanjutkan sekolah ke negeri Belanda, tapi ibunya melarang. Sukarno yang patuh pada orangtuanya lalu mengurungkan niat itu. Dan dia pun bersekolah di Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, yang sekarang jadi ITB itu.

Semenjak remaja Bung Karno sering ikut dalam kegiatan politik, yang bertujuan mengusir Belanda. Dia terutama mengobarkan semangat para pemuda melalui tulisan-tulisannya dan pidato. Akibat tindakan yang melawan penjajah, Bung Karno dibenci oleh Belanda. Dia pun pernah ditangkap dan dipenjarakan. Mula-mula dipenjarakan di Bandung. Lalu diasingkan ke Ende/Flores dan akhirnya ke Bengkulu.

Untunglah pada masa penjajahan Jepang Bung Karno dibebaskan. Bung Karno tidak pernah jera. Bersama pemuda-pemuda dia menyiapkan kemerdekaan Indonesia, dia bergabung dalam BPUPKI dan PPKI. Selain itu dia pun diberi kepercayaan untuk menjadi presiden Indonesia yang pertama. Bung Karno memerintah hingga tahun 1967 dan meninggal dunia pada 21 Juni 1970.

Bung Hatta yang kutu buku

Setelah lama menunggu, akhirnya bayi yang ditunggu-tunggu itu pun lahir. Tepatnya pada 12 Agustus 1902 di sebuah desa di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Tentu saja orangtua sang bayi, Syeh Muhammad Djamil bersuka ria. Mereka memberi nama bayi itu Muhammad Athar, yang berarti harum atau wangi. Ya, mereka berharap, bayi ini kelak dapat mengharumkan tanah air. Tapi sayang! Banyak orang tak dapat menyebutkan nama yang indah ini. Sehingga nama itu berubah menjadi Atta dan kemudian Hatta.

Kehidupan masa kecil Bung Hatta tak ada yang istimewa. Hanya ketika masih bayi, ayahnya meninggal. Hatta dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama Islam. Ternyata didikan ini melekat terus sampai Bung Hatta dewasa.

Seperti kita, Bung Hatta pun senang bermain. Permainan yang paling disenanginya adalah sepakbola dan berenang. Dia ingin sekali berenang di sungai seperti anak-anak yang lain. Tapi neneknya melarang. Karena khawatir kalau cucu kebanggaannya ini akan hanyut terbawa arus. Tapi pada suatu hari, ketika sedang bermain kapal-kapalan Bung Hatta terjun ke sungai. Olala, nenek Bung Hatta marah sekali. Dan Bung Hatta dihukum berdiri tegak di bawah pohon.

Selain bermain, Bung Hatta menggunakan waktu luangnya untuk membaca. Buku-buku yang dibacanya kebanyakan dibeli dengan uang tabungannya. Bung Hatta memang seorang yang hemat. Uang jajannya selalu ditabungnya. Dan kalau sudah banyak dibelikan buku. Kegemaran ini tidak hilang sampai akhir hayatnya. Bayangkan Bung Hatta mempunyai 30.000 buku. Wuiiiihhhh!

Ketika usia sekolah, Bung Hatta pun harus bersekolah. Mula-mula dia bersekolah di sekolah Melayu. Kemudian pindah ke sekolah Belanda. Bung Hatta tak senang bersekolah di sekolah barunya. Dia membenci orang Belanda yang sering berlaku tidak adil. Tapi Bung Hatta sadar. Di harus mau bersekolah di sini, demi kemajuan tanah airnya. Bukankah kalau dia pandai, dia dapat membimbing teman-temannya yang tidak bersekolah.

Bung Hatta ternyata anak yang pandai. Pada 1921 dia berhasil menyelesaikan sekolah menengah dagang. Dan kemudian dia mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolah di negeri Belanda. Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Dia pun pergi ke negeri nun jauh di sana.

Bung Hatta berada di negeri orang. Namun demikian kecintaan pada negerinya tidak luntur. Di sana dia ikut dalam perkumpulan pemuda Indonesia, yang selalu memikirkan cara-cara untuk memerdekakan tanah air tercinta. Adapun yang dilakukan Bung Hatta mengobarkan semangat pemuda-pemuda Indonesia melalui tulisan dan pidatonya. Akibatnya Bung Hatta dibenci oleh Belanda.

Akibat tindakan ini Bung Hatta pernah ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Baik sewaktu di negeri Belanda maupun di Indonesia. Antara lain pernah dipenjara di Jakarta. Lalu diasingkan ke Digul, Irian Jaya, dan Bandaneira.

Menjelang saat kemerdekaan, Bung Hatta dibebaskan. Dan dia pun giat dalam BPUPKI dan PPKI. Tugas Bung Hatta dalam badan ini ikut menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Bukan itu saja. Bung Hatta lalu diberi tugas yang lebih berat lagi. Dia diserahi tugas untuk menjadi Wakil Presiden. Jabatan ini dipegangnya sampai tanggal 1 Desember 1956. Dan di wafat pada tanggal 14 Maret 1980.

Kini Bung Hatta telah tiada. Tapi semangatnya tetap melekat di dada kita untuk tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia tercinta.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.