Grid.ID- Dedi Mulyadi diketahui sering ditunding anti-Islam sejak jadi dirinya menjadi bupati Purwakarta. Gubernur Jawa Barat itu kemudian memberikan respons ini.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, akhirnya buka suara menanggapi tudingan yang menyebut dirinya anti-Islam. Tuduhan ini telah muncul sejak dia masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Saat itu, sejumlah kebijakan dan gaya kepemimpinannya dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Hal ini karena pejabat satu ini dinilai lebih menonjolkan pelestarian budaya Sunda.
Isu tersebut terus berkembang bahkan setelah Dedi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Kritik serupa kembali muncul usai Dedi Mulyadi meresmikan perubahan nama Rumah Sakit Al-Ihsan di Baleendah, Bandung, menjadi RSUD Welas Asih.
Saat itu, Dedi menegaskan bahwa pergantian nama tersebut bukan merupakan tindakan anti-Islam. Dedi menjelaskan bahwa hal itu bagian dari penataan ulang identitas rumah sakit yang kini sepenuhnya dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Yang ramai dikritisi adalah perubahan nama dari RS Al-Ihsan menjadi RS Welas Asih. Padahal, Al-Ihsan artinya kebaikan, sedangkan Welas Asih dalam bahasa Arab berarti ar-Rahman ar-Rahim. Dua-duanya indah dan spiritual," jelas Dedi Mulyadi, dilansir dari Kompas.com.
Gubernur yang dikenal dengan sapaan KDM (Kang Dedi Mulyadi) itu menyatakan bahwa penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk mengangkat kearifan lokal budaya Sunda dan menciptakan citra rumah sakit yang lebih membumi dan dekat dengan masyarakat. Namun, langkah itu justru menimbulkan kontroversi, terutama dari pihak-pihak yang tidak sepakat dengan kebijakannya, hingga muncul kembali tudingan bahwa dirinya anti-Islam.
Selain karena perubahan nama rumah sakit, tuduhan itu juga dikaitkan dengan kebijakan Dedi yang mengurangi alokasi dana hibah. Selanjutnya, dalam sebuah kesempatan, Dedi Mulyadi secara terbuka merespons tudingan tersebut.
Meskipun tidak secara eksplisit menanggapi label anti-Islam, Dedi menyentil soal tuduhan yang mempertanyakan keislamannya. Politisi partai Gerindra itu, menegaskan bahwa sejak masa jabatannya sebagai Bupati Purwakarta, dia selalu konsisten.
Menurut Dedi, upaya menjaga dan melestarikan budaya Sunda tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. Dia menegaskan bahwa budaya lokal dan nilai-nilai Islam bisa berjalan beriringan.
Tudingan terhadap keyakinannya bahkan sempat memicu keraguan publik. Dedi mengaku pernah menjelaskan langsung mengenai keyakinan pribadinya kepada Ketua MUI saat masih menjadi Bupati.
Alih-alih menjawab secara langsung tuduhan anti-Islam, Dedi Mulyadi justru menyoroti kebijakannya dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menurutnya berorientasi pada pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dedi juga menyinggung kasus-kasus penyalahgunaan dana hibah fiktif sebagai pembanding terhadap pendekatannya dalam pengelolaan anggaran.
“Pak Kyai, kalau mau menilai keislaman saya jangan dilihat dari tradisi spiritualitas saya, karena itu hak pribadi dan tak bisa diukur orang lain," ujar Dedi.
“Tetapi lihatlah bagaimana saya menyusun APDB. Kalau APDB yang saya susun itu 80 persen untuk membangun jalan-jalan, sekolah, memberikan layanan seluruh rakyat agar bisa berobat di mana pun walaupun harus membayar Rp 1 miliar untuk biaya operasi jantung,” lanjutnya.
Melansir dari TribunJabar.id, pejabat yang dituding anti-Islam itu menyatakan bahwa selama menjabat, dia berusaha memaksimalkan efisiensi anggaran. Menurutnya, lebih baik anggaran digunakan langsung untuk masyarakat melalui kegiatan yang menyentuh kebutuhan mereka, daripada habis untuk pos-pos anggaran yang tidak berdampak.
Dari caranya mengelola keuangan daerah, Dedi menganggap pendekatan tersebut merupakan bagian dari implementasi nilai-nilai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dedi juga menambahkan, jika dana APBD hanya dialokasikan untuk bantuan hibah yang tidak sampai kepada penerima yang membutuhkan, maka itu justru mencederai nilai agama.
“Kalau yang saya lakukan hanya memberikan uang hibah untuk organisasi politik saya, maka saya berdosa, maka di Provinsi pun saya memberlakukan itu,” tegas Dedi Mulyadi.