BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Keterbatasan hidup melingkupi kehidupan Aluh Saniah. Sejak beberapa tahun silam warga Desa Pagatanbesar, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), ini menghuni rumah reyot.
Rumah yang dihuni perempuan 50 tahun ini menempel di bagian belakang rumah kakaknya, Johni, yang berada di lingkungan RT 9.
Tak ada sekat apa pun di rumah kayu berukuran sekitar 4x4 meter yang ditempati Saniah.
Dindingnya banyak yang keropos, bahkan di beberapa titik bolong hingga ukuran sekitar 1x0,5 meter. Papannya terlepas saat tersentuh.
Begitu pula lantai kayunya, juga kian keropos. Menapakinya harus ekstra hati-hati agar tak runtuh ketika terinjak. Bagian atap sengnya juga banyak yang bolong.
"Kalau hujan, basah semua rumah marina ulun (tante saya) ini," ucap Hadijah, keponakan Saniah, Sabtu (9/8/2025) siang.
Ia mengatakan tiap kali hujan mendera, marinanya tersebut ngungsi ke rumahnya yang berada di belakang rumah tantenya tersebut. Jaraknya sekitar 30 meter.
Dikatakannya telah cukup lama tantenya menempati rumah reyot itu, tinggal seorang diri. Tantenya yang pendiam tersebut belum pernah menikah.
Pekerjaan tidak ada sehingga untuk kebutuhan makan sehari-hari tergantung dari pemberian keluarga. Sementara, keluarga yang ada rata-rata juga hidup pas-pasan.
Namun tantenya tersebut mau saja bekerja kalau ada yang meminta tolong. Namun yang mampu dilakukan hanya aktivitas ringan mengingat fisik yang juga tak begitu kuat lagi.
Mewakili keluarga, dirinya sangat berharap adanya perhatian atau bantuan dari pemerintah atau dermawan agar tantenya tersebut dapat hidup di rumah yang layak dihuni.
Sementara itu Saniah yang karakternya pendiam, agak sulit ditanyai. Namun dengan bahasa tubuh mengiyakan semua yang dikatakan keponakannya itu.
Tak ada satu pun barang berharga di rumah kayu reyotnya itu. Di sisi kanan depan ada tungku memasak yang terlihat kering, menandakan sesekali memasak.
Barang pecah belah cuma ada beberapa unit piring dan gelas plastik. Semua teronggok di lantai karena tak ada meja.
Tempat tidurnya juga cuma beralaskan tikar plastik. Di sekitarnya tumpukan pakaiannya yang diletakkan di lantai karena tak ada lemari.
Kesahajaan hidup Saniah tersebut membuat terenyuh Marliana, wakil bendahara II Pengurus Pusat Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI).
Secara khusus pegawai Kementerian Agama (Kemenag) Tala ini menyambangi Saniah, Sabtu (9/8/2025) pagi. Ia sekaligus membawa dan memberikan sembako.
Saniah begitu terharu yang terlukis jelas pada akspresi wajahnya. Ungkapan lirih terimakasihnya pun mengalir.
Marliana mengatakan akan mengupayakan perbaikan rumah atau bedah rumah Saniah tersebut.
"Akan kita perbaiki supaya layak dihuni, tidak kehujanan lagi. Insya Allah dalam waktu cepat, mohon doanya," ucapnya.
Ia mengaku sangat terenyuh melihat kondisi rumah yang dihuni Saniah, yang begitu reyot dan compang-camping. Empati kemanusiaan sangat dinantikan untuk membantu membedah rumah perempuan tua tersebut. (banjarmasinpost.co.id/banyu langit roynalendra nareswara)