---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Pada 29 April 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI memperkenalkan konsep Kampuis Berdampak sebagai pengganti Kampus Merdeka. Kampus Merdeka sendiri adalah kampanye Kemendikbudristek pada 2020 lalu.
Artikel ini akan membahas tentang bagaimana ciri utama kurikulum yang selaras dengan konsep Kampus Berdampak. Semoga bermanfaat.
Pengertian Kampus Berdampak
Apa itu Kampus Berdampak? Sebagaimana dikutip dari Kemdiktisaintek.go.id, program Diktisaintek Berdampak atau dikenal sebagai Kampus Berdampak punya tujuan menetapkan arah baru kebijakan kementerian yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, sains, dan teknologi di Indonesia.
Menurut Dirjen Dikti Khairul Munadi, sebagaimana dikutip juga dari kemdiktisaintek.go.id, adalah aktualisasi dari nilai-nilai luhur Ki Hadjar Dewantara tentang "Dengan ilmu kita menuju kemuliaan, dengan amal kita menuju kebajikan".
Secara lebih lanjut dia mengatakan bahwa "Kampus berdampak itu adalah kampus yang tidak hanya menghasilkan lulusan, publikasi, ranking global, tapi juga kampus yang mentransformasi kehidupan masyarakat. Sehingga nantinya peran perguruan tinggi itu diharapkan menjadi pusat solusi yang nyata untuk masyarakat, selain itu juga perguruan tinggi diharapkan menjadi motor inovasi sosial dan ekonomi berkelanjutan. Kemudian paling tidak kalah penting juga menjadi mediator kolaborasi antar pihak," katanya.
Kurikulum yang selaras dengan konsep Kampus Berdampak memiliki ciri utama fokus pada penyelesaian masalah nyata di masyarakat, melibatkan berbagai pihak, berorientasi pada dampak nyata, dan berkelanjutan. Kurikulum ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mampu berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Begini penjelasannya:
1. Berbasis Tantangan Sosial
Kurikulum dirancang untuk menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi masyarakat sekitar. Ini melibatkan penelitian dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada solusi.
2. Kolaboratif dan Inklusif
Melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, industri, dan komunitas lokal dalam proses pembelajaran dan inovasi.
3. Berorientasi pada Dampak
Fokus pada hasil nyata yang dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya pada pemenuhan administrasi atau prosedur.
4. Keberlanjutan
Kegiatan tridharma (pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat) tidak berhenti pada laporan akhir, tetapi dilanjutkan menjadi inisiatif yang berkelanjutan dan memberikan dampak jangka panjang.
5. Fleksibel dan Adaptif
Kurikulum memberikan ruang bagi fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
6. Pengembangan Keterampilan Abad 21
Kurikulum menekankan pengembangan keterampilan seperti berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi, yang relevan dengan tantangan di era industri 4.0.
7. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran dilakukan melalui proyek-proyek nyata yang melibatkan mahasiswa dalam pemecahan masalah, pengembangan produk, atau solusi inovatif.
8. Penilaian Berbasis Kinerja
Penilaian tidak hanya berfokus pada ujian tertulis, tetapi juga pada kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks nyata.
9. Pemanfaatan Teknologi
Kurikulum mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dengan perkembangan zaman.
10. Peningkatan Kapasitas Mahasiswa
Kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, berinovasi, dan berkontribusi pada masyarakat.