TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan dokter spesialis, ahli bedah, dokter umum, bidan dan tenaga medis dari Indonesia dan Malaysia bertemu dan bertukar pengetahuan tentang perkembangan terkini penanganan kanker di simposium internasional di Jakarta bertema “Advancing Holistic Cancer Care: From Precision Surgery to Comprehensive Treatment Solutions" di Jakarta.
Simposium internasional ini diselenggarakan rumah sakit swasta asal Malaysia, Sunway Medical Centre (SMC) dan Sunway Medical Centre Penang (SMCP).
Fokus utama simposium ini adalah penerapan teknologi mutakhir seperti bedah presisi berbantuan robot, radioterapi canggih, hingga model perawatan terpadu yang melibatkan berbagai disiplin medis.
Senior Manager International Business Development SMC, Suhana Elsa, mengatakan kegiatan ini selain menjadi ajang berbagi ilmu, juga mempererat jejaring penyedia layanan kesehatan lintas negara.
"Walaupun Indonesia sudah memiliki teknologi modern, tidak ada salahnya kita berkongsi informasi demi meningkatkan kesehatan di kawasan. Kesehatan tidak mengenal batas negara,” kata Suhana Elsa di acara media gathering di Jakarta, Minggu (10/8/2025).
“Dengan mempertemukan keahlian dari para spesialis di Malaysia dan Indonesia, kami membangun pondasi bersama untuk keunggulan dalam perawatan kanker yang akan memberikan manfaat bagi pasien di kedua negara," ungkapnya.
Simposiun ini mengggunakan format gabungan studi kasus klinis, kemajuan teknologi, dan pengalaman praktis lintas negara dan menjadi gambaran strategi komunikasi Sunway yakni memberikan edukasi berbobot sekaligus memperkuat citra sebagai pelopor inovasi kesehatan di kawasan.
Konsultan Ginekolog, Ginekolog Onkologi, dan Ahli Bedah Panggul Robotik dari SMC, Dr. Thangesweran Ayakannu, memaparkan kondisi umum ginekologi dan onkologi serta menekankan manfaat bedah berbantuan robot untuk mengurangi komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien.
Menurutnya, teknologi dapat menjadi pembeda signifikan dalam kualitas layanan.
Di tempat sama, Dr. Vance Koi Yung Chean, Konsultan Onkologi Klinis dari SMC, menguraikan evolusi dan inovasi dalam pengobatan kanker, termasuk kemajuan di bidang radioterapi, terapi sistemik, dan perawatan terpadu yang mengedepankan hasil pengobatan optimal serta peningkatan kualitas hidup pasien.
Pendekatan komprehensif ini memperlihatkan bahwa pengobatan kanker modern tidak lagi hanya berfokus pada tumor itu sendiri, tetapi juga pada kondisi menyeluruh pasien.
Dr. Kelvin Voon, Konsultan Bedah Saluran Cerna Atas, HPB, dan Bedah Robotik dari SMCP, membagikan pengalamannya dalam menangani kanker esofagus dengan teknik bedah robotik presisi. Ia memaparkan studi kasus, perkembangan teknologi bedah, dan bagaimana teknik ini mampu memberikan hasil onkologis yang lebih baik bagi pasien.
Dr. Diyah Septiti Wulan, SpOG, dari RS Permata Depok membagikan pengalaman klinis serta hasil pengelolaan kasus serupa di tanah air, sehingga memberikan gambaran perbandingan yang kaya antara pendekatan di kedua negara.
SMC berlokasi di Sunway City, Malaysia, dan merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Malaysia dengan 810 tempat tidur berizin.
Kapasitas rumah sakit ini akan diperluas menjadi 1.100 tempat tidur dengan didukung hampir 350 dokter spesialis.
Rumah sakit tersebut memiliki 28 Center for Excellence dan peralatan medis modern seperti empat mesin MRI, dua linear accelerator, dan dua CT-scan canggih.
SMC juga menjadi satu-satunya rumah sakit di Malaysia yang mengantongi tiga akreditasi internasional bergengsi, serta masuk daftar 250 rumah sakit terbaik dunia versi Newsweek.
Sementara, SMCP berlokasi di Penang, Malaysia, dan kini berkembang sebagai pusat rujukan regional dengan kapasitas awal 180 tempat tidur dan teknologi bedah terkini.
Kedua rumah sakit ini memiliki visi sama, memperkuat kapasitas layanan dan membangun kolaborasi strategis dengan institusi global seperti University of Cambridge dan Harvard Medical School.
Melalui simposium ini, Sunway Healthcare Group juga menegaskan strategi jangka panjangnya untuk membangun jejaring kesehatan yang saling terhubung di Asia Tenggara, khususnya dalam menangani kanker yang membutuhkan teknologi presisi dan kerja sama multidisiplin.
Laporan Reporter: Leni Wandira | Sumber: Kontan