Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto mengimbau seluruh petani di desa agar tidak ragu dalam memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan untuk bertani.
Menurut Yandri, dikutip di Jakarta, Selasa, pemanfaatan pekarangan rumah ataupun lahan komunal untuk bertani dapat menjadi solusi dalam memastikan ketersediaan bahan pangan, terutama sayuran hijau, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pangan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Maka, tolong tanam lah padi, ubi-ubian, sayur-sayuran, karena itu nanti dibutuhkan untuk MBG. Insya Allah, Bapak/Ibu akan mendapat untung yang banyak," kata Yandri.
Hal tersebut disampaikan Mendes saat memberikan arahan dalam kunjungan kerjanya ke Kampung Bumi Raya, Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, Senin (11/8).
Ia menyampaikan bahwa keterlibatan petani, pelaku Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan UMKM dalam rantai pasok program MBG akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat dengan seluas-luasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Desa dan Daerah Tertinggal Kemendes PDT, Dicky Yosepial mengajak segenap warga desa agar mulai memanfaatkan lahan pekarangan sebagai solusi mewujudkan ketahanan pangan skala rumah tangga.
Ia mengatakan pekarangan rumah yang selama ini dianggap sempit dan kurang potensial, sejatinya menyimpan peluang besar jika dikelola secara terpadu.
“Setiap jengkal tanah bisa dimanfaatkan secara optimal dengan pendekatan pertanian terpadu. Ini artinya, meskipun lahan terbatas, keluarga tetap bisa menghasilkan pangan sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan warga desa dapat menerapkan konsep pertanian terpadu (integrated farming) dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan perkarangan.
Ia menyampaikan pertanian terpadu merupakan sistem budi daya yang menggabungkan tanaman, ternak, dan perikanan dalam satu lahan kecil.
Menurut Dicky, pendekatan tersebut tidak hanya efisien, tetapi juga dapat menciptakan siklus berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Selain itu, kata dia, pertanian terpadu juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan dari luar. Rumah tangga pun dapat menghemat pengeluaran, bahkan memiliki kelebihan pangan untuk dijual atau dibagikan ke tetangga.
Di tengah ancaman krisis pangan global dan naik-turunnya harga komoditas di pasar, Dicky menekankan bahwa ketahanan pangan tidak harus bergantung pada skema besar, tetapi bisa dimulai dari skala rumah tangga.