Grid.ID -Dedi Mulyadi berupaya selamatkan gereja dari penyitaan di Cianjur. Aksi Gubernur Jabar langsung jadi sorotan sampai membuat pendeta menangis.
Di balik sikap tegas dan kewibawaannya sebagai seorang pemimpin, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi rupanya memiliki sisi kemanusiaan yang sangat tulus. Tindakan nyata yang ia lakukan baru-baru ini membuktikan bahwa ketegasan bisa selaras dengan hati yang dipenuhi rasa empati.
Tangis pendeta pecah saat Dedi Mulyadi selamatkan gereja dari penyitaan di Cianjur. Aksi sang Gubernur Jabar langsung menjadi sorotan.
Momen itu terekam dalam sebuah video yang menyebar luas, memperlihatkan pertemuan Dedi Mulyadi dengan seorang pendeta di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Video tersebut diunggah melalui akun TikTok pribadinya, @dedimulyadiofficial, pada 10 Agustus 2025.
Dalam video itu, sang pendeta terlihat tidak mampu menahan tangis saat menyampaikan keluhannya. Kedatangannya bukan hanya untuk berbincang, tetapi untuk memohon bantuan di tengah masalah besar yang mengancam keberadaan rumah ibadah yang ia pimpin.
Pendeta itu bernama Paripurna Simatupang. Dengan suara bergetar, ia mengungkapkan bahwa gerejanya terancam disita oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena persoalan perdata yang membuatnya dianggap menunggak pembayaran utang. Tanah gereja yang menjadi agunan pinjaman kini berada di ujung risiko penyitaan, sehingga nasib jemaat pun ikut tidak menentu.
Meski belum jelas detail penyebab macetnya pembayaran, situasi ini semakin pelik karena jumlah tunggakan mencapai Rp6 miliar. Dalam unggahan video tersebut, Pendeta Simatupang tampak beberapa kali menangis haru dan sesekali menyandarkan kepalanya di bahu Dedi saat proses “ngevlog” berlangsung, sambil menceritakan beratnya beban yang ia hadapi.
Menanggapi hal itu, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa masalah yang dialami gereja tersebut termasuk perkara perdata.
"Kalau gereja disita BPR, berarti harus bangun gereja baru. Itu lebih mahal, harus beli tanah lagi, urus izin lagi, dan kadang berpotensi menimbulkan konflik lingkungan, apalagi ini di Cianjur," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (9/8/2025).
Pernyataan Dedi mengingatkan pada berbagai kasus penolakan pendirian rumah ibadah di Jawa Barat, seperti yang pernah terjadi di Bandung maupun penolakan kegiatan keagamaan di Sukabumi, dua wilayah yang berdekatan dengan Cianjur. Ia menilai, melunasi tunggakan jauh lebih bijak dibanding memulai pembangunan gereja dari awal.
Karena itu, ia berinisiatif menjembatani komunikasi dengan para pengusaha Kristen untuk membantu menyediakan dana yang dibutuhkan.
"Saya akan cari teman-teman yang sama-sama Kristen, para pengusaha Kristen, untuk membantu membayar tunggakan ke BPR sehingga gerejanya tetap berdiri dan BPR terlunasi," tutur Dedi.
Tak hanya itu, upaya Dedi Mulyadi selamatkan gereja dari penyitaan di Cianjur membuat tangis pendeta pecah. Aksi Gubernur Jabar itu langsung menjadi sorotan.
ia juga berencana menemui pihak pengadilan guna meminta penundaan proses penyitaan sambil menggalang dukungan dari jemaat dan komunitas pengusaha Kristen. Dengan cara tersebut, diharapkan dana bisa segera terkumpul sehingga ancaman penyitaan dapat dihindari.
"Tugas saya memfasilitasi. Saya koordinasi dengan para pengusaha Kristen dan jemaat untuk melunasi. Kita selamatkan gereja ini," tegasnya.
Dedi pun mengimbau agar kegiatan ibadah jemaat tetap berjalan seperti biasa, sementara ia berupaya keras mencari solusi demi mempertahankan rumah ibadah tersebut. Tindakannya ini bukan hanya menunjukkan rasa peduli, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana seorang pemimpin mampu merangkul seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan keyakinan.