TRIBUNNEWS.COM - Film animasi Panji Tengkorak dijadwalkan tayang pada 28 Agustus 2025.
Penayangannya berdekatan dengan film animasi Merah Putih One for All.
Dekatnya jadwal tayang dua film animasi lokal tersebut, membuat publik membandingkannya.
Daryl Wilson, selaku sutradara animas Panji Tengkorak, menilai wajar jika publik membandingkan dua film tersebut.
“Wajar ada silang pendapat, apalagi jarak tayangnya berdekatan. Tapi dari proses pengerjaan, Panji Tengkorak melibatkan tim besar dan proses pengerjaan lebih dari tiga tahun,” jelas Daryl Wilson.
Dalam prosesnya, ia melibatkan tenaga profesional di setiap departemen film animasi, mulai dari penata kamera (DOP), lighting, penulisan naskah, desain properti, hingga efek visual.
"Kami membangun semuanya dengan detail, pencahayaan, cerita, hingga animasinya dengan orang-orang yang memang ahli di bidangnya," lanjut Daryl.
Total ada 250 personel yang terlibat di pembuatan Panji Tengkorak. Mereka juga tidak buru-buru dalam pemggarapannya yang kemudian memakan waktu tiga tahun.
"Target kami bukan sekadar rilis, tapi menghadirkan kualitas yang utuh dan memuaskan ekspektasi penonton. Kami melakukan yang terbaik untuk film ini,” demikian Daryl menambahkan.
Deretan pengisi suara melibatkan aktor terkenal, antara lain Denny Sumargo, Aghniny Haque, Donny Alamsyah, Cok Simbara, Nurra Datau, Revaldo.
Kemudian Donny Damara, Prit Timothy, dan Tanta Ginting.
Falcon Pictures optimistis Panji Tengkorak akan menjadi salah satu karya animasi Indonesia paling berkesan di layar lebar tahun ini.
Film animasi Panji Tengkorak mengisahkan pendekar bernama Panji yang hidup dalam kutukan ilmu hitam setelah membalas dendam atas kematian istrinya.
Dalam pencariannya untuk mengakhiri penderitaan, Panji harus mengejar pusaka sakti yang diyakini bisa membebaskannya.
Dalam perjalanan tersebut ia terlibat dalam konflik besar antar kerajaan.
Film animasi Merah Putih: One For All dibuat dan ditayangkan di bioskop pada 14 Agustus 2025, untuk meyambut HUT ke-80 kemerdekaan Republik Indonsia.
Sejak trailer film bertema kebangsaan ini dirilis, publik kontan melancarkan kritik, perihal kualitas visual dan ceritanya.
Bahkan ada yang menyebut kualitas visualnya belum standar untuk film layar lebar.
Konon proses pembuatannya tak sampai dua bulan hingga akhirnya tayang di bioskop.
Bisa dibandingkan dengan animasi Panji Tengkorak yang membutuhkan waktu tiga tahun penggarapan hingga akhirnya tayang.
Sutradara sekaligus produser eksekutif Endiarto menyadari filmnya masih jauh dari kata sempurna.
Namun, membuat film animasi itu adalah caranya untuk ikut mewarnai kemeriahan perayaan HUT ke-80 RI.
"Ini hasil karya kami, sumbangsih kami, dana kami sendiri, effort kami sendiri, dan kami memberikan sumbangsih buat kemeriahan perayaan khusus 80 tahun ini," kata Endiarto.